"Maya sedang menunggumu, Lang," Hendra memberitahu. Erlang yang sedang menyeruput kopi di balkon kamarnya segera menoleh pada sang asisten. "Untuk apa dia menemuiku lagi, apa tidak cukup dia mempermalukanku kemarin? Pakai blokir nomor segala," jelasnya dengan geram, lalu menyeruput kembali kopi hangat yang hanya tersisa setengah."Alaaah, jangan banyak gaya lagi, mumpung dia datang, temui sana!" Hendra malas meladeni atau pun berdebat. Dia paham jika sifat Erlang yang terlihat dingin kali ini hanya karena ego semata akibat merasa sakit hati ditinggalkan Maya secara sepihak.Erlang berdecak kesal. Hati kecilnya turut menyuruh agar segera berdiri dan menemui Maya. Sambil meraih ponselnya yang berada di atas meja bundar tersebut, Erlang berucap pelan, "Kamu memang paling paham dengan keadaanku.""Ha ha ha ha," tawa Hendra menggelegar mengisi ruangan itu ketika melihat Erlang sudah berdiri. "Aku doakan semoga kamu secepatnya bisa buka puasa," ledeknya.Erlang mengabaikan suara sumbang Hen
Erlang tersenyum miring mendengar pertanyaan Maya. Momen ini yang ditunggu-tunggu. Bukan hanya kesepakatan yang akan menguntungkan Erlang, namun juga berdampak bagus untuk Maya.Sepertinya skandal masa lampau terulang kembali. Kisah kali ini juga nyaris sama dengan pernikahan Erlang dengan Arsyila 6 tahun yang lalu. Saat itu, Syila menginginkan tubuh Erlang sebagai pemuas nafsunya, sedangkan Erlang sendiri sedang berusaha ingin mendekati kekasihnya yang telah menjadi istri dari saudara kembar Arsyila. "500 juta untuk pembayaran di muka," Erlang berkata dengan yakin. "Setiap bulan kamu juga akan mendapatkan uang selama menjadi istriku. Selain itu, kamu juga akan tinggal di sebuah apartemen mewah yang akan disediakan oleh Hendra," sambungnya."Selama menjadi istrimu?" Maya merasa tertohok dengan kalimat itu. Ternyata selain pernikahan di bawah tangan, hubungan ini juga sudah dipastikan tidak akan berjalan untuk seumur hidup. Mungkin hanya menunggu Erlang bosan saja hingga dia akhirnya
Tidak perlu bagi seorang Erlang untuk mengetuk pintu atau membunyikan bel terlebih dulu. Begitu dia tiba di apartment yang ditempati Maya, langkahnya langsung menuju kamar utama.'Lupakan dulu Zoya untuk sementara, lupakan rasa bersalahmu itu!' Erlang berseru dalam hati saat tiba di depan pintu kamar. Mendadak pikirannya kacau balau saat hendak menghadapi malam panjang bersama istri mudanya.Di saat yang bersamaan, pesan Hendra masuk ke dalam ponsel Erlang. Dia membuka sandi, lalu membaca teks dari sang sahabat yang isinya sedang memberikan dukungan.(Selamat berbuka puasa, Bro, nikmati saja! Bukankah kamu sudah keluar uang banyak? Dan ingat, ini semua adalah keinginanmu sendiri dari awal.)Usai membaca pesan dari Hendra, Erlang segera meletakkan ponselnya di atas meja yang berdekatan dengan pintu kamar.'Aku pasti bisa,' suara batin Erlang kembali terdengar.'Huhhh ...!" Erlang membuang napas kasar. Tidak ada yang menyangka jika malam ini pria yang kerap berpenampilan rapi itu sengaj
Langkah Erlang begitu pasti dan perasaannya tentang Zoya segera dibuang jauh-jauh. Toh, wanita itu yang selalu menyiksa batinnya selama ini, dan jika dia jujur, sudah pasti Zoya menolak keinginannya untuk menambah istri. Erlang siap bertempur malam ini. Dia menarik pinggang Maya hingga tubuh mereka menyatu. Namun demikian, Erlang tetap mengajukan pertanyaan sensitif pada Maya sebelum memulai kegiatannya."Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatanmu?" Erlang tidak lupa menanyakan apa yang telah di perintahkan di hari sebelumnya. Meski Hendra sudah bercerita dan melihat hasilnya secara langsung, tetep saja pertanyaan itu keluar untuk memastikan lagi. Katakanlah Erlang kejam mencurigai Maya, namun dia tidak peduli dengan hal itu. Mengingat Maya memiliki pergaulan yang bebas, dia tidak ingin kecolongan dengan penyakit berbahaya yang ditularkan dengan cara berhubungan badan. Cukup Zoya yang terinfeksi akibat skandal yang pernah mereka lalui.Tentu ada rasa sakit dalam diri Maya ketika dicuri
Maya berniat untuk mengacaukan momen romantis Erlang dan Zoya lewat telepon. Langkahnya begitu pelan ketika mendekati Erlang dari belakang. Tidak ada keraguan dalam dirinya, karena sudah mengetahui jika Erlang dan Zoya lah yang melakukan pembunuhan berencana pada kakaknya.Drttz.. drttz.Secara bersamaan, ponsel Maya yang diletakkan di atas nakas juga bergetar. Ada pesan masuk ke dalam ponselnya. Dia terpaksa menoleh ketika langkahnya sudah setengah jalan.Erlang melakukan hal yang sama. Dia memutar tubuhnya ke belakang, dan melihat Maya sedang berdiri di samping ranjang.Buru-buru Erlang berpamitan pada Zoya. "Sudah dulu ya, Sayang, sampai jumpa di rumah!" Erlang memberi kecupan, setelah itu mematikan panggilan."Sudah rapi aja, mau ke mana hari ini?" Erlang bertanya sambil berjalan mendekati Maya.Usai membalas pesan salah satu temannya, Maya menjawab pertanyaan Erlang. "Aku mau kerja. Sudah beberapa hari aku tidak memeriksa keadaan butikku.""Hanya itu?" Erlang menatap Maya dengan
Dari beberapa hari terakhir, Zoya sudah mulai mencurigai suaminya. Dia mengenal Erlang dengan baik. Bahkan dari siapapun, Zoya yang paling paham dalam setiap perubahan pria yang sangat dicintainya itu. Erlang dan Zoya hidup bersama bukan hitungan bulan atau tahun lagi. Mereka juga hidup dalam suka dan duka, sedih, terancam dan masih banyak hal hal menegangkan yang membuat keduanya tetap bertahan hingga saat ini.Erlang dan Zoya berasal dari desa yang sama. Selain itu, keduanya juga sudah bersama sejak masih dalam masa kanak-kanak, berpacaran di masa remaja, hingga banyak kejadian buruk yang menimpa hidup mereka, terutama ketika dilanda krisis finansial. Itu adalah pengalaman terburuk Erlang dan Zoya hingga mereka berdua terjerat skandal dalam keluarga Bagaskara.Kini, saat Erlang menunjukkan gelagat anehnya, Zoya dapat merasakan jika Erlang sedang menyembunyikan sesuatu hal darinya. Dan ini bukan masalah kecil, Zoya sangat yakin dengan pikirannya itu.Begitu Erlang keluar dari kamar,
Erlang berusaha rileks menghadapi penuturan Zoya. Sembari mempererat pelukannya, dia menyunggingkan senyum khasnya. Bisa saja sang istri tercinta mulai mencurigai sesuatu, maka dia harus bersikap setenang mungkin. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Erlang, karena bibirnya kini sudah lebih dulu mendarat di ceruk leher Zoya. Wangi khas sang istri sontak terendus pada hidungnya yang bangir.Begitu cara Erlang bermanja-manja pada Zoya. Sangat intim, namun hal itu tidak berlangsung lama. Zoya langsung menolak dengan menahan tubuh Erlang."Aku sudah rapi, Lang," menggunakan kedua tangannya, Zoya juga menahan mulut Erlang agar terlepas dari leher jenjangnya. "Jangan rusak penampilanku, hari ini kita akan bertemu keluarga.""Kamu tahu perasaanku padamu kan?" Erlang menggoda dengan nada yang lembut. "Aku tidak mungkin membagi cintaku pada wanita mana pun."Zoya menatap mata Erlang yang begitu terang. Penuh dengan kejujuran dan cinta yang tulus.Erlang kemudian menyatukan dahin
Sebelum Rasputin mengangkat tubuhnya dari kursi roda, Erlang lebih dulu bergerak. Sedangkan Angkasa sontak memeluk ibunya setelah mendengar gertakan sang kakek.Terbiasa mendengar ucapan Rasputin yang kerap menyakiti perasaan ibunya, Angkasa tampak khawatir dengan suasana di siang hari itu. Sembari mencengkram kaki Zoya, dia memejamkan mata karena ketakutan."Dia hanya anak kecil, Dad. Tolong jangan diambil hati ucapannya!" pinta Erlang seraya menahan tubuh ayah mertuanya yang tengah berusaha berdiri. "Sama seperti Rafael, dia juga tidak terlalu paham dengan apa yang keluar dari mulutnya."Kentara sekali jika Angkasa dan Rafael hanya mengungkapkan isi hati mereka. Kedua anak yang memiliki persamaan usia itu refleks berkata sesuai dengan apa yang mereka rasakan.***Di tempat lain, Maya terlihat tengah sibuk beres beres di tempat tinggal yang lama. Dia baru saja selesai mengambil barang barang berharga miliknya untuk dibawa ke apartment Erlang."Meski terlihat lusuh, tapi ini adalah s