Share

Hari Bahagia (?)

Rara sedang berada di perjalanan untuk kembali ke kota. Dia sengaja mencari jadwal Bus paling pagi, agar segera pergi dari rumah Ibunya. Nanti sore saat sampai di kota, Rara harus segera pergi ke butik untuk mencoba gaun pengantinnya.

Mama mertuanya memilih untuk memesan gaun pengantin baru untuk Rara. Beliau tidak mau Rara menggunakan gaun yang sudah pernah dipakai orang lain sebelumnya. Rara sangat bersyukur, karena meskipun Joe tidak memperlakukannya dengan baik, setidaknya orang tua Joe sangat menyayangi Rara.

Saat masih di perjalanan, Rara mengirimkan pesan pada Joe. Dia mengingatkan Joe untuk menemaninya ke butik. Namun, dia kembali dibuat kesal oleh balasan pesan dari Joe.

  [Pergi saja sendiri, jangan manja! Kamu belum menjadi istriku, jadi aku tidak harus mengantarmu! Naik taksi saja!]

Rara hanya bisa menghela nafas saat membaca pesan dari Joe. Dia enggan membalas pesan dan berdebat dengan cslon suaminya. Rara memilih untuk kembali memasukkan ponselnya kedalam tas.

***

  “Rara, Mama dengar Joe ada pekerjaan penting sore ini. Jadi, biar Mama yang menemanimu ke butik, ya,” ujar mama Joe yang menelepon Rara saat dia sedang bersiap untuk pergi ke butik.

  “Tidak usah, Ma. Biar Rara pergi sendiri naik taksi,” jawab Rara lembut.

  “Jangan menolak, Ra. Mama sekalian ingin jalan-jalan denganmu.”

  “Baiklah, Ma. Terimakasih.”

  “Sebentar ya, Mama akan segera menjemputmu.”

  “Wah, Joe memang jago dalam berpura-pura,” gumam Rara, saat Mama Joe sudah mematikan sambungan teleponnya.

Rara mengutuk Joe dalam hati. Dia berharap bertemu dengan Joe dan kekasihnya saat berjalan-jalan nanti, agar mamanya tahu kelakuan Joe yang menyebalkan itu.

***

Rara sudah selesai mencoba gaun pengantin yang akan dipakai saat pernikahannya nanti. Mama Joe sangat senang, karena Rara terlihat sangat cantik mengenakan gaun pengantin pilihannya. Beliau bilang bahwa Joe sangat beruntung mendapatkan Rara sebagai calon pengantinnya. Meski senang mendengarnya, jauh di dalam lubuk hati, Rara ingin mendengar ucapan itu dari Joe.

Rara dan Mama Joe pergi ke salah satu mall terbesar di kota. Mama Joe membelikan banyak sekali pakaian baru untuk Rara. Tidak hanya pakaian, beliau juga membelikan beberapa sepatu dan tas untuk Rara.

Dari kejauhan, Joe dan Clay melihat keberadaan mereka. Joe segera menarik Clay ke arah yang berlawanan, agar mamanya tidak melihat Joe.

  “Jadi, itu tadi calon istri kamu?” tanya Clay dengan wajah cemberut.

  “Iya, namanya Rara.”

  “Cantik, ya.”

  “Kamu jauh lebih cantik dibanding Rara, Sayang,” Joe menggenggam erat tangan kekasihnya.

  “Dia beruntung, bisa akrab dan pergi belanja dengan Mama kamu.”

  “Sayang, jangan membuatku semakin merasa bersalah," ucap Joe memohon pada kekasihnya.

***

  “Kamu pasti senang kan, Mama membelikanmu barang sebanyak itu?!”

  “Joe! Tolong jangan keterlaluan! Aku tidak pernah meminta untuk diberi banyak barang!”

  “Kamu memang tidak meminta, tapi aku tahu kamu berharap untuk itu! Tidak usah malu, lagi pula hanya aku yang tahu,”

Rara tidak habis pikir dengan sikap Joe. Bukannya minta maaf karena kemarin dia tidak mengantar Rara, tapi malah kalimat menyakitkan yang dia lontarkan. Rara sudah banyak mengalah padanya, bahkan hari ini mereka baru mencari cincin pernikahan karena tingkah Joe yang selalu mencari alasan untuk tidak pergi membeli cincin bersama Rara.

  “Biar aku pulang sendiri saja, aku akan naik taksi,” ujar Rara setelah selesai membeli cincin pernikahan.

  “Baguslah, aku jadi tidak perlu mengantarmu!” Joe tersenyum sinis ke arah Rara.

Joe pergi begitu saja meninggalkan Rara. Rara bahkan sudah mulai terbiasa dengan sikap Joe yang ketus.

Rara berjalan ke arah cafe dekat toko perhiasan, karena berjanji akan menemui Brian di sana. Rara melambaikan tangan pada Brian, segera setelah dia melihat sahabatnya duduk sendiri dengan dua minuman di atas meja. Rara mempercepat langkahnya dan segera menyapa Brian.

  “Sudah menunggu lama?”

  “Tidak, baru saja sampai,” jawab Brian lembut.

  “Aku ingin memberikan undangan pernikahanku,” ujar Rara sambil menyodorkan undangan pernikahan.

  “Selamat ya, Ra. Akhirnya kamu benar-benar akan menikah,” ujar Brian sambil tersenyum miris.

  “Terimakasih, Brian. Tolong pastikan kamu datang ke pernikahanku, ya.” 

Brian membuka undangan pernikahan Rara, lalu tiba-tiba wajahnya berubah. Dia tampak serius dan senyumnya hilang.

  “Kenapa, Brian?”

  “Ka-kamu... menikah dengan Joe Arthur dari JP corp?!”

  “Kamu mengenalnya?”

  “Dia sepupuku, Ra.”

  “Benarkah? Wah dunia benar-benar sangat sempit, ya. Kita bahkan akan menjadi saudara!”

  “Jadi, laki-laki yang kamu sukai, adalah Joe?”

Rara mengangguk sembari tersenyum untuk menutupi kebohongannya.

  “Kenapa kaget begitu?” tanya Rara.

  “Ah, tidak. Aku hanya tidak menyangka kamu mengenalnya.”

Brian tahu, Joe bukan orang yang baik. Brian bahkan tahu, bahwa Joe menjalin hubungan dengan Clay. Dia bahkan sempat berpapasan dengan mereka beberapa hari lalu. Brian tidak mengerti, mengapa Joe menikahi Rara yang bukan kekasihnya?

*** 

Hari pernikahan pun tiba. Rara tampak cantik dengan riasan dan gaun pengantin yang dipakainya. Dia duduk sambil menunggu acara dimulai dengan sangat gugup dan berdebar. Dari kejauhan, Rara melihat Brian berjalan mendekat dan tersenyum padanya.

  “Selamat ya, Ra.”

  “Terimakasih, Brian.”

Rara tersenyum sangat manis. Brian menatap Rara lekat dan membalas senyuman Rara. Tak lama, Joe datang dan menghampiri Rara di kursinya.

  “Brian? Sedang apa disini?”

  “Ah, aku sedang mengucapkan selamat pada Rara.”

  “Kalian saling mengenal?”

  “Iya, aku dan Brian sudah bersahabat sejak lama,” jawab Rara.

  “Aku akan keluar dan bergabung dengan keluarga yang lain. Selamat ya, Joe.”

Brian menepuk pundak Joe, kemudian segera keluar.

  “Wah, aku tidak tahu kalau kamu ternyata lumayan genit,” ucap Joe saat Brian sudah meninggalkan mereka berdua.

  “Joe! Apa maksudmu?! Tolong jangan merusak suasana hari ini!”

  “Kamu menempel pada Brian karena kamu tahu dia kaya, kan?”

  “Joe! Tolong henti—“

Belum sempat Rara menyelesaikan kalimatnya, Mama Joe datang dan tersenyum saat melihat penampilan Rara.

  “Wah, Rara cantik sekali. Mama sampai pangling," puji mama Joe sambil tersenyum.

  “Terimakasih, Ma,” Rara tersenyum hangat.

  “Pilihan Joe memang tidak pernah salah kan, Ma. Lihat saja, sekarang Joe memberikan Mama menantu yang sangat cantik dan baik.”

Aduh! Mendengar perkataan Joe, Rara rasanya ingin muntah! Dia seharusnya menjadi aktor, bukan pengusaha!

  “Setelah ini, tolong berikan Mama cucu yang cantik dan tampan, ya.”

Rara dan Joe saling menatap, mereka bingung bagaimana harus menanggapi. Pernikahan ini hanya pura-pura. Bagaimana bisa Joe dan Rara memberikan cucu untuk orang tua Joe?

  “Oh, maafkan mama. Kalian belum siap membicarakan hal ini, ya?" ujar Mama Joe menggoda mereka. "Baiklah, mama pergi menemui tamu undangan dulu, ya."

  “Jangan harap kamu bisa mendapat keturunan dariku!” ujar Joe saat mamanya menjauh pergi.

  “Joe, boleh aku bertanya?”

Joe tidak menjawab dan hanya melihat sinis ke arah Rara. Susana hatinya sedang buruk harı ini, dia ingin kabur dan menemui Clay.

  “Kenapa kamu memilih untuk menikahiku?”

  “Karena papa tidak suka pada Clay! Dia menyuruhku mencari istri yang baik dan kebetulan aku bertemu denganmu hari itu!”

  “Tapi, kenapa? Kenapa kamu buru-buru menikahiku tanpa saling mengenal?”

  “Raja tidak akan naik tahta tanpa seorang Ratu. Kalau aku tidak segera menikah, Papa akan memberikan perusahaan pada Brian yang tidak tahu diri itu!”

Tangan Rara mengepal mendengar ucapan Joe. Dia hampir menangis sekarang, namun harus menahannya. Sepertinya, memang tidak akan ada kebahagiaan dalam pernikahan ini, kan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status