Kenneth masih terus memegang tangan Claire dan mendorong tubuh wanita itu masuk ke kamarnya yang luas. Pikiran Claire menjadi tidak fokus karena takut kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Bagaimana jika Kenneth merindukan belaian Chloe dan betul-betul ingin menjadi suaminya? Gadis malang itu mundur selangkah begitu melihat Kenneth menyeringai. "Kenapa kau membawaku ke sini, huh?" "Sudah kukatakan untuk menungguku pulang kerja. Aku memintamu berhias, tetapi apa yang kau lakukan? Lihat dirimu dalam cermin, kau sangat jelek!" Tunjuk Kenneth pada cermin besar yang ada dalam kamarnya. Hati Claire mendadak panas mendengarnya. Kenapa dia harus menuruti keinginan Kenneth jika lelaki itu saja sangat membencinya? Bahkan dia mengatainya jelek hanya karena rambut yang acak-acakan. "Karena aku jelek, maka tidak usah menemuiku. Ingat, kau tidak punya hak untuk mengaturku!" Baru saja gadis itu ingin pergi dari sana Kenneth mencekal tangannya. Lelaki itu menarik tubuh ramping Claire sehi
Elena yang sudah tidak tahan dengan keadaan di mansion berpikir untuk melakukan sesuatu. Entah akan berhasil atau tidak, dia harus melakukannya. Lagi pula, 'Chloe' semakin tidak tahu cara menghormati orang, kepada mertua saja dia sangat kurang ajar.Wanita tua itu melangkah menjauh dari meja makan, dia memerintahkan seorang pelayan untuk mengambil ponselnya. Setelah benda pipih itu berada dalam genggaman, dia menelepon seseorang yang dipercaya bisa menghentikan Kenneth.Sangat sulit menghubungi Wilson karena panggilannya baru tersambung setelah menunggu hampir sepuluh menit. Elena yang tidak sabar berakhir kesal dan menekuk wajahnya."Ya, halo. Kau sibuk sekarang?" Elena merasa dia tidak perlu berbasa-basi karena amarahnya sudah semakin memuncak."Tidak, aku baru saja istirahat. Kenapa kau menelepon? Aku sudah sering mengingatkanmu untuk tidak menggangguku ketika di luar kota. Apa ada berita penting?" Suara berat Wilson sedikit menambah kegugupan Elena, tetapi ketika dia tidak menyamp
Claire memaksa diri bangun pagi agar bisa segera mengurus Nicholas sesuai janjinya. Dia sudah selesai, kaki panjang wanita itu pun melangkah cepat menuju sebuah kamar di mana putranya berada.Pintu kamar yang tinggi menjulang itu dia buka sangat lebar dan mendapati Nicholas sudah siap dengan seragam sekolahnya. Meskipun sedikit berantakan, tetapi dia sudah berusaha untuk itu.Senyum terpancar di wajah Claire, dia mengapresiasi dengan tepukan dan pelukan hangat untuk Nicholas. "Putra ibu yang pintar, kau selalu terlihat tampan dan terimakasih sudah bangun pagi," puji Claire sambil merapikan seragam Nicholas dan memakaikan tas ranselnya."Aku pikir harus melakukan ini agar ibu tidak pergi. Apa ibu senang karena aku bisa bangun lebih pagi?"Claire mengangguk senang. "Tentu saja. Kau adalah putra ibu yang sangat pandai. Ayo, sekarang kita sarapan sebelum terlambat ke sekolah."Nicholas menarik kembali tangannya dan berbalik memunggungi Claire. Anak lelaki itu takut jika ketahuan oleh ayah
"Nyonya?""Jika kau tidak memindahkan David dan tiga kawannya tadi, maka aku akan memberitahu Kenneth kalau putranya tidak dihargai di sini. Ingat itu baik-baik, hari ini aku harus membawa Nicholas pulang dan jika besok mereka berempat masih di sini, lihat akibatnya!" ancam Claire tidak main-main.Gadis itu yakin kalau Kenneth pasti akan mendukungnya membela Nicholas. Entah apa yang ada di pikiran lelaki berkepala batu itu sehingga tidak tahu apa yang sudah dialami putranya.Dia meraih tangan Nicholas emosi. Bagaimana pun juga, anak lelaki itu adalah keponakannya sehingga masih memiliki ikatan batin. "Dan ingat, aku tidak bercanda atau sekadar mengancam!" tambah Claire."Nyonya, Anda harus mengerti kalau mereka semua adalah anak kecil. Mereka tidak tahu apa-apa, kenapa malah sekeras ini menghukumnya?""Kalau kau tidak memindahkan mereka, haruskah aku yang memberi pelajaran? Mereka memang anak kecil, tetapi tingkahnya yang mem-bully Nicholas apa masih bisa dimaafkan? Kau akan tahu jika
Sesampainya di rumah sebelum makan siang, tiga wanita jahat langsung menghadang merek sebelum menaiki anak tangga. Mereka adalah Elena, Keily dan Jennifer yang selalu merendahkan dan menghina Nicholas selama ini padahal dia putra kandung Kenneth."Kau dari mana, Nicholas?" tanya Elena langsung menarik tangan anak kecil itu, tetapi Claire menahannya.Sejak tadi, gadis itu bersumpah akan menjaga dan mencintai Nicholas layaknya perasaan seorang ibu kepada anaknya. Dia tidak akan membiarkan siapapun menghina Nicholas lagi sekalipun itu nenek atau bibinya."Katakan, kalian dari mana?" Jennifer mengulangi dengan penuh penekanan sambil menatap benci pada Claire."Dari sekolah, apa kau tidak melihatnya?" Claire membalas tatapan itu santai. Dia menyuruh Nicholas untuk langsung ke kamar sementara Claire ada menyelesaikannya sendiri.Anak lelaki itu tidak mau, dia bertekad untuk menemani ibunya, tetapi Claire terus melarang. Suatu keajaiban karena bisa mengatur Nicholas yang sama keras kepalanya
Claire kembali turun untuk mengambil makanan, dia tidak mau meminta pelayan yang melakukannya agar Nicholas semakin tahu bagaimana gadis itu peduli padanya.Sialnya, mereka bertiga masih berada di bawah sana. Tidak, tepatnya Billy juga datang. Claire menghembuskan napas kasar berusaha untuk terlihat santai dan menganggap mereka tidak ada."Sediakan makanan untukku dan Nicholas, biar aku sendiri yang membawanya ke atas!" perintah Claire pada seorang pelayan yang langsung menunduk hormat."Sungguh enak menjadi mantan istri dari Kenneth, bisa memerintah pelayan di sini tanpa sadar kalau dia datang sebagai pengasuh Nicholas. Seharusnya iblis itu sadar kalau dia bukan nyonya lagi!" sindir Elena yang dianggap angin lalu oleh Claire.Billy Carl maju masih dengan tatapan mesumnya dan Claire merasa tidak nyaman. Gadis itu tahu kalau Billy adalah lelaki yang tidak mudah setia pada satu wanita dan kenapa Jennifer tidak menghalanginya?Apakah gadis bodoh itu terlalu diperbudak oleh cinta sehingga
"Kau tidak bisa menolaknya, tetapi harus melakukannya. Nicho, ayah membesarkan kamu dan membawanya ke sini bukan untuk mencintainya. Dia pengasuh, bukan ibumu!""Ayah, dia ibuku! Kalau kau tidak bisa mencintainya, maka jangan memintaku untuk menganggapnya pengasuh. Apa ada seorang pengasuh yang berani membelaku di sekolah?" Nicholas mulai menunjukkan kemarahannya. Dia semakin tidak takut pada Kenneth karena kecintaannya untuk gadis itu.Di saat bersama Claire lah hati Nicholas bisa setenang malam. Anak lelaki itu merasa telah menemukan dunianya. Saat di luar rumah, dia punya alasan untuk pulang, bukan karena tidak menemukan tempat tinggal lagi.Suara Claire yang lembut juga kasih sayangnya, bagaimana mungkin Nicholas akan melupakan itu dan menyia-nyiakannya demi melihat sang ayah bahagia? Keegoisan yang mereka miliki membuat Nicholas tertekan."Kenapa dia harus membelamu di sekolah? Apa yang sudah terjadi di sana? Bukankah kemarin kau malah ke taman di saat teman-temanmu sedang belaja
Kenneth memukul meja kerjanya, dia tidak menyangka kalau mantan istrinya bisa setenang itu bahkan dengan mudah mencuri hati Nicholas yang selama ini sudah dihasut untuk membencinya.Bahkan untuk kembali ke kantor saja dia sudah tidak bisa. Menggeram, Kenneth melempar line telepon ke sembarang arah. Di satu sisi dia senang melihat kedekatan Nicholas dengan wanita itu, tetapi di sisi lain Kenneth belum bisa melupakan bagaimana Chloe merintih di bawah tubuh lelaki lain.Kesalahan di masa lalu, sekalipun telah tujuh tahun berlalu, tetapi Kenneth tidak bisa memaafkannya. Dia hampir miskin dan harus berjuang karena ulah Chloe pula. Entahlah, lelaki itu merasa tidak bisa mengaku masih mencintai Chloe.Pantaskah dia memaafkannya? Kenneth tidak bisa tenang, dia melangkah cepat menuju kamar Nicholas karena ingin tahu lebih banyak. Dia harus mengulik informasi agar tahu bagaimana perasaan Chloe terhadapnya. Mungkin demi kebahagiaan sang anak, Kenneth harus belajar menerima kehadiran wanita itu.