Lima tahun kemudian suara musik riang gembira terdengar memenuhi aula sebuah sekolah internasional. Cloud sesekali melempar senyuman ke orangtua murid yang juga hadir untuk menyaksikan pentas seni anak mereka.
[Kala, sebentar lagi tampil. Jangan kecewakan dia seperti yang kamu lakukan kemarin]
Cloud duduk sambil menggenggam ponsel di tangan, dia baru saja mengirim pesan ke Nic, mengingatkan pria itu yang sudah berjanji untuk datang ke acara sekolah putra mereka.
Cloud bertepuk tangan saat kelas putranya disebut oleh MC. Lagi dan lagi, sepertinya Cloud harus berbohong ke Kala, jika sampai Nic tidak datang ke acara sekolahnya.
"Kala! Hai!"
Cloud tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah sang putra. Dia pikir bisa dengan mudah lepas dari Nic setelah Kala lahir. Namun, setiap kali Cloud ingin mengajukan perceraian, hal-hal tak terduga selalu terjadi dan selalu berakhir membuatnya mengurungkan niat.
Kala terlihat paling tampan di antara teman-temannya. Bocah berumur empat tahun itu memiliki garis wajah tegas mirip sang papa. Di saat beberapa temannya menangis karena grogi, Kala berdiri dengan kepala tegak penuh percaya diri.
Bocah itu mencari-cari tempat Nic dan Cloud duduk, dia tersenyum melihat mamanya, tapi seketika murung saat sadar kursi di sebelah wanita yang melahirkannya itu kosong.
Cloud merasa bersalah saat menyadari perubahan ekspresi di wajah Kala, tapi sedetik kemudian dia dibuat kaget. Nic datang, pria itu berdiri di depan kursi kosong tepat di sebelahnya lalu bertepuk tangan dengan kencang.
"Kala! Semangat!" Teriak Nic.
Cloud sendiri langsung mengalihkan pandangan ke putranya, Kala tersenyum lebar dan itu membuat hati Cloud lega. Bocah itu melambaikan tangan, kemudian mengikuti irama lagu dan melakukan pentas seni kelasnya dengan senyum lebar.
"Akhirnya kamu datang juga." Cloud berbicara dengan nada sinis setelah Nic mendaratkan bokong di kursi.
"Aku sudah janji ke Kala, aku tidak mungkin mengingkari."
“Kamu kemarin juga janji menjemputnya saat geladi, tapi apa yang terjadi? Kamu tidak datang,”sindir Cloud.
Nic tak menjawab karena tahu dia salah. Ia pun memilih fokus melihat penampilan putranya yang lincah melompat-lompat di atas panggung memakai kostum kelinci.
Seolah orang asing, Cloud tak peduli dengan Nic yang duduk di sampingnya, wanita itu hanya menoleh sekali saat sekretaris pria itu yang bernama Rio hendak mengambil foto mereka.
"Minta sekretarismu itu untuk fokus saja mengambil gambar Kala! Aku tidak butuh foto berdua denganmu," sewot Cloud.
Nic menoleh Rio. Hanya dengan melempar tatapan dingin ke sekretarisnya itu, Nic bisa membuat Rio takut lalu menunduk sebagai bentuk permintaan maaf.
"Setelah ini, kita pergi makan bersama, aku sudah mereservasi restoran kesukaan Kala," ucap Nic tanpa memandang ke arah sang istri.
"Apa kamu berniat meracuniku lagi?" Cloud menjawab dengan seringai penuh ironi. Ucapannya itu cukup membuat Nic kesal dan tak bertanya lagi.
Setelah acara itu selesai, para orangtua tampak menunggu putra-putri mereka di depan aula. Begitu juga Nic dan Cloud yang berdiri berdekatan hanya untuk menunjukkan ke guru dan orangtua murid yang lain kalau hubungan mereka sangat harmonis.
"Papa!"
Kala berlari menghampiri Nic. Pria itu sedikit membungkuk menyambut dan menerima pelukan dari sang putra.
"Hello, my energizer rabbit!"
Nic mengangkat tubuh Kala, dia sangat suka mencium aroma parfum anak itu. Tak bisa dia pungkiri, Cloud memang memiliki selera yang sangat baik dalam segala hal, termasuk parfum yang dipakai sang putra.
"Papa lihat penampilanku 'kan tadi? Aku sama sekali tidak salah gerakan," celoteh Kala.
"Tentu saja, karena anak Papa yang terbaik."
Nic tersenyum, dia diam saat Kala memandang Cloud dan membuat gerakan minta diturunkan dari gendongan.
"Mama, kenapa onty Nina tidak datang?"
Nic memasang muka masam, saat Kala menyebut nama managernya. Dia sama sekali tidak suka melihat Kala menjadi selebriti dan model di usainya yang masih sangat belia. Nic selalu menyalahkan Cloud atas hal ini. Awalnya, perusahaan Cloud mencoba masuk ke segmen baju balita, saat sempel produk jadi, Cloud memakaikannya ke Kala dan mengunggah foto anak itu ke sosial media. Ternyata ketampanan wajah Kala membuat orang-orang tergila-gila. Semenjak itu putranya menjadi selebritis dan Nic tidak bisa melakukan apa-apa.
"Onty Nina hari ini cuti, karena tahu Kala ada acara," jawab Cloud.
Kala membantuk huruf O dengan mulut, setelah itu menatap ke arah temannya yang berjalan menuju mobil diikuti papa dan mamanya yang saling bergandengan tangan. Kala mengernyit heran, selama ini dia sama sekali tidak pernah melihat Nic dan Cloud bergandengan, bahkan diam-diam bocah itu tahu kalau papa dan mamanya memiliki kamar masing-masing di rumah.
"Ayo kita pergi makan pasta!"
Ajakan Nic membuat Kala melompat kegirangan. Dia pun menggandeng tangan sang putra dan meninggalkan Cloud sendirian.
"Mama bawa mobil sendiri, jadi nanti dia menyusul," ucap Nic menyadari Kala kebingungan.
Sesampainya di restoran, Nic langsung memesankan pasta dengan saus kacang merah kesukaan Kala. Bocah itu sangat mirip dengannya, bahkan makanan favorit mereka pun sama. Berbeda dengan Cloud yang memiliki intoleran makanan terhadap kacang merah, dan pernah hampir mati saat Nic mengajaknya makan di restoran yang sama.
Waktu itu Cloud menganggap Nic sengaja ingin membunuhnya, di saat dia tengah mengandung Kala.
"Enak?" Tanya Nic sambil mengusap sudut bibir Kala yang belepotan.
Meski tak pernah mengatakannya, tapi Cloud bersyukur sang putra tidak memiliki masalah dengan kacang merah.
Namun, tak ada yang menyangka hari itu sebuah petaka terjadi. Kala berhenti makan dan mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakwajaran.
"Apa sudah kenyang?" Tanya Cloud penuh perhatian. Ia hendak menyingkirkan piring pasta milik Kala, tapi wajah bocah itu tiba-tiba merah kebiruan seperti tidak bisa bernapas.
Cloud pun panik begitu juga dengan Nic. Ia berdiri sampai membuat piring miliknya jatuh.
"Kala! Kamu kenapa?”
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.“Misal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,” ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.“Kamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,” ucap Bianca. “Kayak masih setengah ga percaya.”Cloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, “Bukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.”“Sudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,” ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.“Ayo!” Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
“Hai.”Arkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.“Bagaimana kondisimu dan juga bayimu?” Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.“Kami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,” jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya