Mentari perlahan mulai naik. Cahayanya mulai bingar menyentuh permukaan bumi. Sesosok tubuh yang tadi nyenyak tak sadarkan diri kini mulai menggeliat perlahan
Aina baru saja siuman. "Ohh"Wanita itu kembali menggeliatkan tubuhnya yang separuh telanjang. Gaun berwarna silver yang sedari kemarin sore ia kenakan masih saja melekat di badannya. Namun kondisinya sudah centang perenang tiada beraturan. Bahkan bagian bawah gaun tersebut sudah tersibak ke atas dan membiarkan organ intim Aina terbuka tanpa sehelai benang pun yang menutupinya selain bulu-bulu halus yang legam. "Oh, apa yang telah terjadi..?" Aina kembali mendesah dan meraba liang peranakannya lebih dalam lagi. Cairan berlendir serta merta membasahi jemari Aina dan terasa sedikit lengket. Mata Aina membesar dan ia berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Sisa-sisa kenikmatan masih menjalari sebagian besar sarafnya. Aina akhirnya tersenyum bahagia. Wanita itu telah dipengaruhi bayangan ilusi alam bawah sadarnya tadi. "Zano telah membuat kejutan yang sangat manis..!" desah Aina kemudian dengan senyuman semakin mengambang. Ia bergegas bangkit dari ranjang dan mulai mencari keberadaan suaminya. "Zaan.. sayaang... kamu dimana?"Tiada sahutan yang menyambut panggilan Aina walau ia sudah memanggil berkali-kali. Dengan sedikit memegang bagian bawah gaunnya agar tidak menghalangi langkahnya, Aina mulai memeriksa beberapa ruangan di dalam rumah itu mulai dari kamar mandi dan seluruh kamar tidur bahkan ruang makan serta ruang tamu. Namun dirinya tidak menemukan Zano dimana pun. "Sayaang.. jangan main petak umpet sayang. Ayo keluar...! Aku tidak akan marah padamu..!" teriak Aina yang kini tengah memeriksa bagian atas rumah berlantai dua tersebut. Wanita itu begitu yakin kalau Zano telah pulang secara diam-diam dan langsung menyetubuhi dirinya yang tengah tertidur nyenyak. Hal itu memang pernah dilakukan Zano sebelumnya ketika ia pulang dan mendapati istrinya sedang pulas tertidur. Setelah lelah mencari tanpa hasil, Aina akhirnya merasa bingung sendiri. "Mengapa Zano tidak ada di rumah? Bukankah dirinya sudah meniduriku di awal pagi tadi." bisik Aina sendiri semakin bingung. "Ataau... oh.. atau Zano telah pergi kembali ke kantornya untuk bekerja." seru Aina seperti baru sadar sembari menepuk ringan keningnya. Aina segera berlari menuruni anak tangga karena ia ingin segera memeriksa garasi mobil. Sepintas di ruang tengah Aina melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10.15 pagi hari menjelang siang. "Ooh, Zano pasti telah kembali ke kantor tanpa ingin mengganggu tidurku! " pekik Aina penuh sesal. Dengan tidak sabar ia membuka pintu utama rumah itu dan berlari ke samping dimana garasi mobil berada.Hati Aina langsung merasa senang begitu melihat mobil berwarna putih yang kemarin dikendarai Zano masih terparkir disana. Aina tidak tahu kalau sebenarnya Zano baru saja pulang dan beberapa belas menit yang lalu mematikan mesin mobilnya tersebut. Di dalam hati Zano sedang berperang rasa was-was karena ia yakin Aina akan marah kepadanya karena dirinya tidak pulang ke rumah semalam. Demi mencari alasan yang tepat Zano memutar otak beberapa menit lamanya dengan bermenung di depan kemudi. Dirinya tengah berfikir keras agar istrinya tidak curiga. "Zaaan.. kamu dimana sayaang..?"Suara Aina menyentakkan lamunan Zano. Ia serasa tidak percaya kalau Aina memanggilnya dengan tiada nada marah sedikit pun bahkan terdengar sangat mesra. Dahi Zano sesaat mengerut heran. Sebuah amplop besar berwarna coklat yang sedang ia pegang hampir saja jatuh ke bawah setir kemudi. "Oh sayang, syukurlah kamu belum pergi. Aku mohon maaf karena telah tertidur sangat nyenyak..!" seru Aina yang tiba-tiba telah berdiri di samping kanan kendaraan Zano. Suaranya jelas terdengar karena kaca mobil memang sedang terbuka. Zano memberanikan diri menoleh kepada Aina. Hatinya riuh dihujani tanda tanya melihat wajah Aina yang memandangnya penuh bahagia. "Oh sayang.. hari ini aku libur karena semalam telah bekerja lembur." sahut Zano sangat hati-hati. Zano makin terheran-heran melihat wajah Aina berseri-seri. "Ada apa dengan Aina? Biasanya ia akan marah besar kalau aku telat pulang. Tapii... kok Aina terlihat happy happy saja aku tidak pulang semalaman?" tanya Zano dalam hati. "Ooh, kalau begitu mengapa kamu bengong disini Zan..? Ayo mandi dan kita masak bersama hari ini..!" seru Aina bersorak semakin riang. Aina membuka pintu mobil Zano dengan senyuman yang tiada lepas dari bibir mungilnya. Perlahan Zano mulai menguasai rasa gugupnya. Ia mencoba tersenyum walau hatinya masih sangat gelisah. "Aku ingin memberikan ini padamu Ain..!" ucap Zano sambil menyerahkan amplop besar yang masih ia pegang setelah ia turun dari mobil dan berdiri sempurna di lantai garasi. Aina melepaskan pegangan tangannya di gaun yang ia pakai sehingga ujung gaun yang bermodel panjang itu tergerai di lantai. "Apa ini sayang...?" tanya Aina sambil menerima amplop tebal dan besar pula. Sesaat wanita itu menimang-nimang amplop tersebut lalu menatap wajah Zano yang tersenyum sempurna. "Itu upah kerjaku semalam Ain. Aku ingin kamu tabung atau kamu belikan apa pun yang kamu mau." sahut Zano lalu merangkul bahu Aina dan menuntun wanita itu masuk ke dalam rumah. "Ooh, isinya duit dan banyak sekali Zan...!" seru Aina dengan mata terbelalak begitu ia mengintip isi amplop tersebut. Zano tersenyum kecut begitu ia teringat apa yang telah ia lakukan dengan Nyonya Nisti satu harian kemarin. Perempuan cantik berusia matang itu terus menagih kenikmatan kepada dirinya sehingga ia hampir saja kewalahan sehingga harus meminum pil penambah tenaga yang memang sudah ia siapkan sebelumnya atas saran seorang temannya yang sudah berpengalaman menjadi simpanan nyonya-nyonya. "Kok kamu bengong sih Zan?" tanya Aina mengerutkan dahi sambil melotot ke arah Zano. "Ooh.. ho. he.. hm.. tiii.. tidak. Aku tidak bengong sayang. Aa... aku cuma merasa senang karena bisa membuatmu bahagia." sahut Zano gugup dan tergagap. Zano tidak sepenuhnya sadar kalau mereka berdua telah sampai di dalam kamar yang kondisinya acak-acakan seperti baru saja terjadi gempa yang maha dahsyat. Aina tersenyum lalu membimbing tangan Zano untuk duduk di sisi ranjang. "Bukan uang yang membuat aku sangat bahagia sayang.." ucap Aina lalu meletakkan amplop besar itu di sisinya tanpa ingin menghitung dulu berapa uang yang ada di dalamnya. Ia lalu merebahkan kepalanya ke bahu Zano dan menggenggam jemari suaminya itu. "Tapi aku bahagia karena kejutan yang baru saja kamu berikan. Tidak kusangka kamu semakin perkasa saja.. Ohh.. permainan kita tadi sungguh lebih nikmat dari biasanya." beber Aina dengan desahan seperti orang kecanduan. Lengkap sudah keterkejutan Zano. Ia semakin tidak mengerti mendengar ocehan Aina yang tiada berujung berpangkal. Apalagi saat pandangan matanya tertumbuk pada sebuah benda yang teronggok begitu saja di karpet dekat kaki mereka terjuntai. Mata Zano terbelalak seakan mau keluar dari rongganya. Benda yang terlihat oleh Zano adalah celana dalam milik Aina istrinya. Sontak tangan Zano meraba bagian yang sangat pribadi milik istrinya tersebut. "Aiih..." Aina menggelinjang geli lalu melepaskan tangan Zano yang menyentuh dua belah bibir bawahnya yang masih lembab. "Apa-apaan sih Zaan...? Kita baru saja melakukannya. Aku mau mandi dan membersihkan badanku yang terasa lengket." ucap Aina langsung berdiri dan bergegas menuju kamar mandi. Ia tidak sempat melihat betapa wajah Zano memerah bagaikan udang yang baru saja kecemplung air panas.*****
Sepeninggal kedua lelaki itu, Aina kembali dihadapkan oleh pemikiran tadi. Ia berusaha mengingat suara salah seorang laki-laki yang baru saja mengantarkan makanan kepadanya.“Siapa dia? “Beberapa kali Aina mencoba memeras ingatannya namun ia belum juga berhasil mengetahui pemilik suara yang ia yakin pernah ia dengar sebelumnya.“Ia memanggilku ‘Ain'. Panggilan itu hanya diketahui oleh orang-orang dikampungku saja. Bukankah sejak pindah ke Jakarta aku tidak pernah memperkenalkan namaku ‘Ain' kepada siapa pun. Hm, jangan-jangan dia adalah teman sekampungku. Ooh.. Atau salah satu teman sekolahku. Tapi.. Siapa? Ooh, aku tidak bisa mengingat sama sekali.”Lelah memaksa ingatannya untuk mengenali suara lelaki tadi, Aina akhirnya tertidur pulas. Ia terbangun beberapa jam kemudian begitu mendengar ada orang bercakap-cakap diluar terali yang kini mengurung dirinya.Perlahan Aina membuka mata dan melihat dua lelaki kekar yang semalam menyeretnya masuk ke dalam kurungan itu.“Kau sudah bangun?
Aina berlari sekencang mungkin. Ia tidak memperdulikan suara lengking Tuan Fulton, Tuan Arnold dan Ratu Rasta yang memanggilnya dengan serempak dan setengah berteriak.Suasana pesta mendadak kacau balau. Para tamu kebingungan dan ada juga yang ikut berteriak bahkan beberapa orang diantaranya mengejar Aina yang sudah menggapai pintu.Dengan sigap Aina membuka pintu yang terbuat dari besi dengan gagang stainless.Dan ia berhasil keluar.Namun alangkah terkejutnya Aina begitu menyadari bahwa bangunan megah yang disebut istana itu ternyata bukanlah bangunan tembok atau rumah. Istana Tuan Fulton adalah sebuah kapal yang sangat besar dan bertingkat.Mulut Aina makin ternganga lebar begitu melihat ke bawah. Hamparan lautan luas yang terlihat kelam karena saat itu hari sudah malam. Ternyata kapal tersebut terapung di tengah lautan luas dan tenang.“Oh, betapa bodohnya aku hingga aku tidak menyadari kalau aku tengah berada di atas kapal. Mengapa aku tidak merasakan getaran mesin kapal ini? “B
"Ibu..??! ""Lalu aku harus memanggil dia apa..?! " Aina bertanya-tanya di dalam hati."Tundukkan kepalamu di hadapan Ratu! " Perintah Tuan Arnold lirih di telinga Aina ketika wanita itu terlihat kebingungan karena belum menemukan jawaban atas panggilan apa yang pantas ia berikan kepada wanita cantik bermahkota yang berdiri tepat di hadapannya."Ooh.. Se.. Selamat malam Ratu! " Tergagap suara Aina menyapa Ratu Rasta yang tersenyum bagaikan seringaian yang ia sembunyikan dalam keramahan palsu."Selamat malam! Malam ini kamu akan diresmikan menjadi menantu terbaru di istana megah ini. Jadi jaga sikapmu agar tidak memalukan keluarga besar Tuan Fulton yang sangat terhormat..! " Ulas Ratu Rasta terdengar sinis disela alunan musik yang mengalun lembut. Beberapa pasang manusia berusia tak lagi muda terlihat berdansa di lantai hall yang cukup luas itu.Namun bukan itu yang menjadi perhatian Aina. Aina cukup terkejut dengan pernyataan Ratu Rasta yang sangat janggal di telinganya."Menantu terb
"Dia tidur pulas sekali, Tuan! Kami sudah membangunkannya berulang kali." Lapor pelayan hitam manis kepada Tuan Arnold. "Ini sudah pukul berapa hah.. ? Ayahku Tuan Fulton, sudah duduk di singgasananya. Bagaimana perempuan itu bisa tidur dengan tenangnya...? Huuuh... " Tuan Arnold menyeret langkah dengan kasar menuju kamar tempat Aina berada. Ia melewati para tamu yang duduk bersantai di sofa yang sudah disediakan di hall rumah besar yang menyerupai istana tersebut. Sepasang mata seorang lelaki mengawasi pergerakan Tuan Arnold. Lelaki itu berpakaian sedikit lusuh dan tampaknya bertugas sebagai tenaga kebersihan. Beberapa kali ia terlihat sudah mengemasi kotak-kotak kosong dan gelas bekas makan dan minum para tamu. "Hei bodoh! Cepat bawakan minuman dingin untukku...! Aku kehausan menunggu perempuan busuk yang bakal menjadi permaisuri baru disini...!" Bentak seorang perempuan yang langsung membuat si lelaki berpakaian lusuh sedikit terkejut. Namun itu tidak berlangsung lama. Ia segera
"Bangunlah Nyonya.. ! Saya tahu sejak tadi Anda hanya berpura-pura tidur." Salah satu dari dua orang pelayan berkulit hitam manis membangunkan Aina dengan suara lembut namun dengan kalimat yang sedikit tegas. Kedua pelayan itu berdiri di samping pembaringan, melipat tangan di dada dan menekuk wajah menatap sinis ke arah tubuh Aina yang tergolek di atas pembaringan. Ucapan salah satu pelayan itu tentu saja membuat Aina terperanjat. Ia tidak menduga kalau aktingnya yang ia anggap sangat sempurna ternyata tidak mampu mengelabui kedua pelayan tersebut. "Kalau Anda terus saja berpura-pura tidur, maka jangan salahkan jika sebentar lagi Anda akan tidur untuk selamanya. Perut Anda butuh diisi. Anda butuh tenaga untuk keluar dari neraka jahanam ini." Sambung pelayan tadi, kali ini dengan kalimat lebih horor dan menakutkan. Sontak Aina terkejut lalu bergegas duduk mendengar ucapan itu. Ia berfikir tiada gunanya melanjutkan kepura-puraan. Toh kedua perempuan itu sudah tahu kalau dirinya hanya
"Jaga dia dan kalau sudah bangun dandani dengan cantik..!" Teriak Tuan Arnold kepada dua orang pelayan berkulit hitam manis. Tampaknya kedua pelayan itu berasal dari belahan timur Indonesia. Walaupun hitam, keduanya sangat manis. "Ya Tuan..!" Jawab kedua pelayan sembari membungkukkan badan dan melirik tubuh seorang wanita cantik yang terlihat tertidur pulas di atas pembaringan yang beralaskan kain sutera terbaik. "Siapa lagi wanita yang kau rebut dari kekasihnya? Apakah kau tidak ada puasnya merusak hubungan orang-orang yang saling mencintai?"Kalimat teguran itu dilontarkan oleh seorang wanita cantik, berpakaian ala seorang ratu lengkap dengan mahkota kecil di kepala. Kedatangannya di kamar itu cukup membuat kedua pelayan ketakutan dan bersegera undur diri. Tampaknya kekuatan perempuan tersebut melebihi power yang dimiliki oleh Tuan Arnold. Buktinya kedua pelayan memilih mengabaikan perintah Tuan Arnold untuk mematuhi perintah wanita bermahkota tersebut. Hening beberapa saat. Hany