Home / Romansa / Istri Penebus Dosa / Pakaian yang Menggoda

Share

Pakaian yang Menggoda

Author: Young Lady
last update Last Updated: 2023-07-27 23:52:43

“Bukannya Tuan menganggapku sebagai pembunuh istrimu? Dan bagaimana dengan bayi mungil ini? Bukankah aku bisa lebih mudah lagi menghabisinya jika aku mau? Bahkan, dia tidak bisa melawan saat aku—aakhh!”

Dalam hitungan detik, Tama bergerak maju dan mendorong tubuh mungil Syera ke dinding. Kobaran amarah terpampang jelas dari manik matanya yang tampak datar. “Berani kamu melakukan itu, aku pastikan hidupmu akan jauh lebih menderita dari sekarang!”

Mengabaikan nyeri yang menyerang punggungnya, Syera tetap mempertahankan senyum angkuh yang terpatri di wajahnya. “Silakan saja jika Anda ingin melakukan itu, Tuan. Tapi, bukankah itu tidak akan berguna lagi jika aku benar-benar melenyapkan putri kesayanganmu?”

Segila apa pun dirinya, sudah jelas Syera tidak akan pernah melakukan itu. Mengorbankan bayi yang tak berdosa dan belum mengerti apa-apa demi dendam semata. Ia hanya sedikit menggertak, namun bisa dipastikan tepat sasaran melihat bagaimana ekspresi murka di wajah Tama saat ini.

Orang yang paling tepat untuk bertanggungjawab atas kesengsaraan hidupnya adalah lelaki di hadapannya. Lelaki yang tega memaksanya menebus kesalahan yang tak pernah dirinya lakukan. Kemudian, mengikatnya dalam pernikahan yang sudah pasti akan membunuhnya perlahan-lahan.

Syera mengerutkan kening, menahan nyeri ketika Tama mencengkram kedua bahunya. Akan tetapi, wanita itu berusaha tetap mempertahankan ekspresi menantangnya. Ia tidak mau terlihat lemah lagi di hadapan lelaki ini, apalagi sampai memohon.

“Apa sekarang kamu sudah mulai mengakui kesalahanmu?” desis Tama penuh penekanan.

“Sudah aku katakan berkali-kali jika aku tidak bersalah,” jawab Syera dengan dengus samar. “Aku hanya bertanya, ‘kan? Tuan sendiri yang bersikukuh menganggap aku pembunuh, meski tanpa bukti yang jelas. Tapi, sekarang malah ingin aku merawat bayimu?”

Tama mencondongkan wajahnya seraya berbisik di samping telinga Syera. “Aku pastikan kamu tidak akan memiliki kesempatan untuk melakukannya.” Lelaki itu segera menarik diri setelahnya dan kembali menegakkan tubuhnya.

“Lakukan tugasmu dengan baik jika kamu ingin bernapas dengan tenang di sini. Bersihkan tubuhmu dulu sebelum menyentuh anakku. Begitu juga selanjutnya, kamu harus selalu bersih saat menyentuh anakku. Tapi, kamu tetap harus membereskan tugas lainnya tepat waktu. Terlambat semenit saja, aku akan menambah tugasmu,” tutur Tama dengan tatapan tajamnya.

Syera membulatkan manik matanya mendengar serentetan aturan dari mulut lelaki di hadapannya. Aturan yang Tama buat untuknya benar-benar tidak masuk akal. Bahkan, di tempatnya bekerja saja tidak ada aturan seketat itu.

Tanpa memedulikan Syera yang sudah menyiapkan segala macam sumpah serapah, Tama langsung beranjak pergi dari kamar. Membuka sebuah pintu yang berada di salah satu sudut ruangan dan menghilang dari balik pintu tersebut.

Syera menebak jika ruangan yang Tama masuki itu adalah sebuah kamar juga. Sebelum ruangan itu tertutup, ia sempat melihat interior khas kamar mewah di sana. Sudah pasti kamar lelaki itu yang terhubung dengan kamar ini.

Setelah menenangkan emosinya yang bergejolak, Syera pun melangkah menuju toilet untuk membersihkan diri. Bukan karena mengikuti keinginan Tama, tetapi karena tubuh dan pakaiannya memang penuh debu dari gudang tadi. Sebenarnya ia ingin mengganti pakaiannya terlebih dahulu, namun anak lelaki kejam itu sudah menangis.

“Hei,” sapa Syera yang berusaha menarik sudut bibirnya di hadapan bayi mungil itu. Ajaibnya, bayi cantik yang sedang meraung itu langsung terdiam. “Aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku belum pernah menyentuh apa lagi merawat bayi sebelumnya. Apakah kita bisa bekerja sama, Cantik?”

Pertanyaan Syera langsung disambut dengan seulas senyum di bibir mungil bayi yang entah siapa namanya itu. Seolah-olah bayi itu tengah menyetujui negosiasi yang Syera lakukan. Dan itu berhasil membuat senyum di wajah Syera semakin lebar.

Masih terpatri jelas di ingatan Syera bagaimana keadaan ibu dari bayi ini ketika dirinya datang. Ia sempat berpikir jika kemungkinan bayi ini tidak akan selamat. Namun, yang terjadi malah sebaliknya dan sekarang dirinya dapat melihat sendiri betapa kuatnya anak wanita itu.

Kalau bukan karena permintaan terakhir ibu dari bayi ini, sudah pasti Syera akan melakukan segala cara agar tidak perlu merawatnya secara langsung. Sebab, ia tidak tahu bagaimana caranya merawat bayi dengan baik.

“Tolong jaga anakku.”

Kalimat lirih itu kembali terngiang di telinga Syera. Kalimat yang dikatakan oleh mendiang istri Tama beberapa detik sebelum benar-benar tidak sadarkan diri. Syera tidak menyangka pesan tersebut malah menjadi pesan terakhir dari wanita yang ditolongnya itu.

Syera tidak ingin menyesali keputusannya yang memilih menolong wanita itu tanpa berpikir panjang. Namun, melihat bagaimana nasibnya saat ini membuatnya merasa miris. Dirinya malah terjebak di tempat yang tidak seharusnya dan entah kapan dapat terbebas.

Syera segera menepis kesedihan yang tiba-tiba menyergap dadanya. Sekarang bukan waktunya bersedih lagi. Ia harus mencari cara untuk membuktikan jika dirinya tidak bersalah. Hanya meratapi nasib saja tidak berguna untuk saat ini.

“Cantik, apa kamu haus? Tunggu sebentar ya, aku membuatkan susu untukmu,” tutur Syera seraya melangkah menjauh dari ranjang kecil bayi itu dan mengambil wadah yang berisi susu formula beserta perlengkapannya.

“Akhirnya selesai juga,” gumam Syera sembari menarik selimut dan membungkus tubuhnya sebatas dada.

Helaan napas lega lolos dari bibir Syera, akhirnya tugasnya hari ini selesai juga. Ia baru saja membersihkan diri setelah selesai merapikan gudang. Elvina—putri Tama juga sudah tidur sebelum dirinya pergi tadi. Seharusnya tugasnya sudah selesai dan semoga saja tidak ada lagi gangguan setelah ini.

Dalam hitungan detik, Syera yang sudah kelelahan langsung terlelap. Namun, tidurnya harus terganggu karena merasa haus. Terpaksa ia beranjak dari ranjang dengan mata setengah terpejam. Wanita itu berjingkat kaget ketika tak sengaja melihat seseorang yang berdiri di samping ranjang.

“Apa yang kamu lakukan di sini?!”

Syera nyaris melempar bantalnya jika sosok itu tidak lebih dulu merangsek maju dan menahan pergerakannya. Namun, akibat serangan mendadak tersebut, Syera kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atas ranjang.

Syera ingin kembali bangkit, namun tubuhnya malah membeku di tempat. Apalagi ketika Tama bergerak semakin dekat dan menahan kedua tangannya. Ia meremang karena tatapan lelaki itu yang menelusuri tubuhnya.

Wanita itu mengumpat dalam hati. Pakaian tidur yang Utari pinjamkan entah dari siapa ini sangat tipis dan terbuka. Ditambah lagi saat ini posisinya sedang kurang menguntungkan. Gaun tidur yang hanya menutupi setengah pahanya itu tersingkap ke atas. Menampilkan area pribadinya yang seharusnya tidak dilihat sembarangan orang.

“Apa kamu sengaja memakai pakaian seperti ini untuk menggodaku?” bisik Tama dengan suara yang lebih berat dari biasanya.

Dalam pencahayaan yang temaram, manik mata Syera dan Tama terkunci satu sama lain. Syera ingin melepaskan diri, namun lelaki di hadapannya ini berhasil mengunci ruang geraknya hingga dirinya tak dapat bergerak sama sekali.

“Aku baru ingat kalau malam ini adalah malam pertama kita.” Lelaki itu menjeda kalimatnya seraya mengelus sebelah pipi Syera. Menelusuri kulit mulus dan menyibak rambut yang menutupi leher wanita itu. “Kamu pasti mengerti apa yang seharusnya kita lakukan, ‘kan?”

“Tu-tuan—” Manik mata Syera membulat sempurna ketika bibirnya bersentuhan dengan bibir Tama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penebus Dosa   Titipan yang Luar Biasa

    “Huek! Huek!” Syera memejamkan mata seraya memijat pelipisnya setelah mual yang dialaminya sedikit membaik. Selama beberapa saat, wanita itu masih berpegangan pada pinggiran wastafel sembari mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Setelah dirasa mualnya tak akan datang lagi, barulah wanita itu membersihkan mulut dan wajahnya. Kemudian, beranjak dari toilet dengan langkah pelan karena kepalanya masih berdenyut-denyut. Padahal ia sudah meminum obat masuk angin, namun tetap saja tak ada hasil yang signifikan. Semenjak hari ulang tahun Aidan yang ke-1 seminggu lalu, Syera selalu seperti ini. Tubuhnya lemas dengan pening dan mual yang melengkapinya. Untung saja Bianca dan Rebecca sering berkunjung belakangan ini. Jadi, dirinya tidak keteteran mengurus kedua anaknya dalam keadaan seperti ini. “Kamu masih mual-mual? Yakin tidak perlu ke dokter? Suamimu akan marah besar kalau tahu kamu sakit tapi tidak mau ke dokter,” tutur Bianca yang baru saja masuk ke kamar putrinya bersama Aidan yang sedang

  • Istri Penebus Dosa   Aku Mencintaimu, Mas

    “Maaf membuatmu kesal seharian ini. Aku sengaja melakukan itu agar kamu tidak sadar kalau orang-orang rumah sedang mempersiapkan pesta ini,” ucap Tama membongkar rencana terselubungnya memuat Syera kesal seharian ini. Syera spontan menoleh. Tak menyangka jika sikap menyebalkan suaminya adalah unsur kesengajaan. Ia menyadari hari ini para pelayan yang biasanya jarang berkeliaran tampak lebih sibuk. Tetapi, mengabaikannya karena dibuat kesal dengan sikap sang suami. Hal yang lebih mengejutkan adalah mereka mengingat hari ulang tahunnya. Entah siapa yang memiliki ide untuk merayakan ulang tahunnya. Tetapi, jujur saja ini sangat membahagiakan baginya. Sebelumnya tak pernah ada yang membuat kejutan di hari ulang tahunnya. Dulu, sang ayah hanya mengucapkan selamat ulang tahun jika ingat saja dan tidak ada perayaan spesial setelahnya. Syera mengira hal itu karena ayahnya masih mengingat ibu kandungnya. Tetapi, ternyata itu terjadi karena Kuncoro memang bukan ayah kandungnya. Wajar jika

  • Istri Penebus Dosa   Kejutan

    “Kenapa mataku harus ditutup, Mas? Memangnya kita akan ke mana? Bagaimana kalau aku tersandung?” protes Syera setengah menggerutu karena Tama memaksa menutup matanya dengan kain begitu mereka turun dari mobil. Ketika pulang dari kantor, tiba-tiba Tama memaksa Syera yang saat itu sedang memasak di dapur untuk bersiap-siap pergi. Ternyata lelaki itu mengajaknya mengunjungi salah satu salon di dekat tempat tinggal mereka dan langsung meminta para stylish mendandaninya. Syera tak sempat bertanya karena para stylish itu langsung membawanya memasuki ruangan lain. Setelah dirinya selesai didandani oleh mereka dengan riasan yang cukup mewah, barulah ia bertanya pada sang suami ke mana mereka akan pergi karena riasan juga gaun yang dirinya pakai rasanya terlalu merah jika untuk menghadiri undangan dari rekan bisnis lelaki itu. Namun, seperti biasa, Tama lebih senang membuat Syera penasaran dan bertanya-tanya sendiri. Lelaki itu hanya mengatakan jika mereka akan mendatangi acara penting. Enta

  • Istri Penebus Dosa   Berterimakasih pada Penjahat

    “Tadi kamu mengunjungi makam Kirana, ‘kan? Kenapa tidak terus terang padaku?” Tama yang baru saja berbaring di ranjang langsung bertanya tanpa basa-basi. “Supirku tidak mungkin bisa kamu ajak bekerja sama.” Tama yang tahu kalau Syera belum tidur langsung membalikkan tubuh wanita itu. “Aku tidak akan marah atau melarangmu kalau kamu jujur. Jadi, kenapa kamu memilih berbohong? Bagaimana kalau terjadi sesuatu di luar sana dan aku tidak tahu?” Syera merutuk dalam hati. Ia memang tak ingin Tama mengetahui dirinya mengunjungi makam sang kakak karena tidak mau ditanya macam-macam. Sebenarnya wanita itu berencana berangkat menggunakan taksi. Namun, hal itu pasti semakin memicu kecurigaan Tama. Syera sudah berpesan pada supir yang mengantarnya agar tidak perlu memberitahu ke mana dirinya pergi setelah mengunjungi makam Kuncoro. Namun, ia lupa jika semua orang yang bekerja di rumah ini pasti memberitahu aktivitasnya pada lelaki itu. “Emm … aku tidak bermaksud menyembunyikannya. Lagipula aku

  • Istri Penebus Dosa   Maafkan Aku Mencintainya

    Selama ini Syera tak pernah mendengar informasi apa pun mengenai ayah mertuanya. Ia sempat mengira jika mungkin saja kedua orang tua Tama sudah berpisah dan hidup masing-masing hingga tak pernah berkumpul lagi. Namun, setelah Tama mengajaknya ke suatu tempat yang mengejutkan, Syera tahu dugaannya salah. Setelah mereka makan siang bersama, Tama benar-benar mengajak istri dan anaknya mendatangi tempat papanya berada. Syera mengikuti langkah Tama yang lebih dulu berjalan memasuki area pemakaman umum yang ternyata berlokasi cukup dekat dengan kantor lelaki itu. Tak berselang lama, mereka sampai di sebuah pusara bertuliskan nama Bagas Ravindra. “Selamat siang, Pa. Maaf baru mengunjungi Papa lagi. Aku ingin mengenalkan orang-orang yang sangat ku sayangi. Istri dan anak-anakku,” ucap Tama sembari berjongkok di samping pusara sang papa dan mengusap batu nisannya. Syera ikut berjongkok di samping suaminya sembari membetulkan gendongan Aidan yang sedikit melorot. “Halo, Pa. Maaf baru d

  • Istri Penebus Dosa   Membongkar Kebusukan Sendiri

    “Apa?! Lalu, bagaimana, Mas?” sahut Syera khawatir. Syera sudah menduga jika cepat atau lambat Elena pasti melakukan sesuatu yang akan merugikan pihak mereka. Walaupun jelas wanita itu yang salah, Elena tak mungkin tinggal diam setelah diperlakukan seperti itu oleh Tama. Perusahaan yang Tama pimpin baru mulai stabil beberapa bulan lalu, itupun karena bantuan dari Elena juga. Jika wanita itu tiba-tiba menarik seluruh investasi, pasti dampaknya cukup besar bagi perusahaan sang suami. Tama menarik pelan sang istri yang hendak bangkit kembali ke pelukannya. “Jangan khawatir, Sayang. Sejak kejadian malam itu aku sudah menebak kalau dia akan melakukan ini. Aku juga sudah mempersiapkan semuanya. Tadi aku hanya memperbaiki sedikit masalah. Perusahaanku tidak akan kolaps seperti waktu itu lagi.” Syera yakin Tama pasti dapat menyelesaikan masalah di perusahaan yang lelaki itu pimpij secepatnya. Akan tetapi, bukan tidak mungkin Elena kembali berulah setelah ini. Sebelumnya wanita itu selalu m

  • Istri Penebus Dosa   Permintaan Maaf Tak Terduga

    Syera yang merasa tidak pernah dekat dengan ibu mertuanya terus tak berhenti menerka apa yang akan wanita paruh baya itu bicarakan dengannya. Selama ini Rebecca hanya mengancam, menghina atau mengintimidasinya ketika mereka sedang berbicara. Wanita paruh baya itu berubah lebih baik setelah mengetahui siapa dirinya. Akan tetapi, mereka belum pernah berbicara empat mata setelah itu. Terlebih, saat ini tak ada Tama di rumah. Bukannya ia tak suka dengan keberadaan Rebecca, hanya saja menurutnya sangat aneh ketika wanita itu tiba-tiba mengajaknya mengobrol. Syera masih dipusingkan dengan sikap aneh suaminya. Ia tak mau menambah beban pikirannya hanya karena pembicaraannya dengan Rebecca. Walaupun belum tentu juga wanita paruh bata itu akan membicarakan sesuatu yang melukai hatinya. “Atau jangan-jangan ini juga ada hubungannya dengan sikap aneh Mas Tama?” gumam Syera menebak-nebak. Ia sedang membuat teh chamomile untuk teman mengobrolnya dengan sang ibu mertua nanti. Selain sedang malas

  • Istri Penebus Dosa   Sesuatu yang Disembunyikan

    “Sayang, kamu yakin tidak mau bergabung bersamaku?” tutur Tama sembari menyugar rambutnya yang basah menggunakan tangan. Ia sengaja berenang mendekati Syera dan mencipratkan air kolam ke arah wanita itu. “Mas, basah!” gerutu Syera kesal. Pakaian yang baru dipakainya beberapa menit sebelum datang ke privat pool ini basah karena kelakuan suaminya. Sejak awal ia memang tidak akan ikut berenang karena cukup sadar jika dirinya tak mahir berenang. Kalau bukan karena Tama yang tadi memaksanya ikut kemari ia akan memilih bermain bersama anak-anaknya di kamar. Syera tahu pasti suaminya akan terus mengusiknya jika berada di sini. Apalagi hanya ada mereka berdua di sini. Villa yang Tama sewa untuk bulan madu mereka memang dilengkapi dengan fasilitas privat pool di bagian belakangnya. Namun, sejak pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Syera sama sekali tak tertarik untuk mencoba berenang di sini. Apalagi setelah melihat jika air kolam itu mencapai dada suaminya yang berarti mencapai dag

  • Istri Penebus Dosa   Tak Sesuai Ekspektasi

    Walaupun kesalahpahaman di antara Syera dan Tama telah terungkap, nyatanya pesta pernikahan mereka tetap tidak jadi dilaksanakan karena Elvina jatuh sakit. Mereka sepakat menunda pesta tersebut dan fokus merawat Elvina dulu. Dua hari kemudian pesta tersebut baru bisa dilaksanakan. Pesta sangat mewah yang bahkan jauh lebih indah dari yang Syera bayangkan. Syera sempat mendengar dari beberapa pelayan yang berbincang jika pesta ini lebih mewah dari pesta pernikahan Tama dengan Kirana. Syera tak tahu hal itu benar atau tidak karena dirinya tidak berani menanyakan secara langsung pada Tama. Lagipula ia tidak ingin bersaing dengan kakaknya sendiri. Diberi pesta seperti ini saja sudah sangat membahagiakan baginya. 6 “Mas, kenapa saat di restoran waktu itu Mas malah mencekik Elena? Memangnya apa yang dia katakan?” tanya Syera sembari menyelipkan tangannya di lengan Tama. Syera tahu pembahasan ini kurang cocok dibahas sekarang, namun ia sudah terlanjur penasaran. Setiap hendak bertanya, pas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status