"Apa?!"Ferdinand terkejut dengan syarat yang diberikan oleh kakeknya. Ia mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya dengan kuat. Apakah mungkin ia akan melakukan itu?Gunawan tersenyum remeh. "Kenapa reaksimu begitu? Bukankah itu bagus? Tidak ada salahnya bukan, suami istri memiliki anak?"'Aku harus memiliki anak dengan Airy? yang benar saja,' batin Ferdinand.Ferdinand tak tahu harus melakukan apa. Menolak syarat yang diberikan Gunawan pun tidak mungkin. Ia pernah berniat untuk menyentuh Airy untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Namun, Airy menegaskan tidak mau melakukan hubungan bersama suaminya sebelum Ferdinand mencintainya.Ferdinand adalah pria yang tidak percaya dengan cinta. Dan mana mungkin, ia bisa mencintai wanita yang telah menjadi istrinya serta harus memberikannya seorang anak?"Apa kamu tidak setuju memiliki anak dengan Airy?" tanya Gunawan mencoba meraba.Ferdinand beralih menatap kakeknya. Ia melayangkan tatapan tak suka terhadap keputusan yang telah dibuat oleh
"Apa yang telah kamu rundingkan kepada kakek sehingga kamu bisa menguasai 40% dari saham perusahaan?" tanya Ferdinand pada istrinya dengan tidak terima. Airy mengerutkan kening mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. "Aku tidak pernah membicarakan apapun. Aku bahkan tidak mengerti apa yang terjadi." Ferdinand menggebrak meja dengan keras membuat Airy berjingkat kaget. Pria itu marah besar kepada istrinya semenjak ia mengetahui bahwa kakeknya menetapkan saham 40% kepemilikan kepada Airy. Pria itu menuduh bahwa Airy itulah mempengaruhi kakeknya agar memberikan saham.Airy mengusap dadanya efek dari terkejut. "Kamu tahu kalau aku jarang bertemu dengan kakek. Apalagi soal membahas mengenai perusahaan. Aku sama sekali tidak mengerti tentang perusahaan. Belajar bisnis pun aku belum sampai persentase 50% yang aku ketahui.""Ini benar-benar sebuah penghinaan untukku. Apa kakekku tidak lagi percaya kepadaku? Dan dia malah memberikan sebagian saham untukmu. Kenapa tidak sekalian kau kuasa
"Apa yang Kak Wina masukkan ke dalam minuman suamiku?" tanya Airy dengan tajam.Wina dengan cepat menampilkan ekspresi yang semula terkejut, menjadi datar. Ia bersikap seolah tidak melakukan apa-apa dan tanpa rasa bersalah sedikitpun."Tidak. Aku tidak memasukkan apa-apa," bantahnya dengan tenang.Airy melangkah perlahan mendekati kakaknya. Ia menatap tajam Kakak tirinya itu. Kemudian matanya beralih kepada secangkir kopi yang baru saja dibuat oleh Wina. Kopi itu masih mengepulkan asap karena Wina membuatnya menggunakan air panas mendidih."Yakin tidak memasukkan apa-apa?" tanya Airy menyeringai tajam.Wina tertawa kecil melihat tingkah Airy. "Kamu ini kenapa sih? Kok curiga begitu?" "Aku tanya, benar atau tidak Kak Wina tidak memasukkan apa-apa ke kopi itu?" Wina mengalihkan pandangan ke arah lain dan menghembuskan napas kasar. "Tentu saja tidak. Memangnya kamu pikir aku memasukkan apa? Racun?" Airy tertawa mendengar ucapan Wina. Jika ia tidak membuktikannya sendiri, Wina akan ter
"Aku tahu kalau kamu kakaknya Airy ,kan?"Nadine mengajak Wina untuk menikmati teh hijau bersama-sama di kantin sebelah kantor. Ia sengaja melemparkan pertanyaan yang cukup mengejutkan Wina. Wina mendengus samar, mencoba menetralkan ekspresi terkejutnya."Benar. Lalu kenapa?" tanya Wina dengan cuek.Nadine menggelengkan kepala melihat ekspresi Wina. Ia menangkap bahwa Wina tak suka bila dirinya disebut sebagai kakak Airy. Dan bagi Nadine, Wina terlalu angkuh dalam pandangannya."Aku tahu maksud kamu bekerja dengan Ferdinand, karena ingin merebut suami adikmu." Nadine tersenyum miring."Jangan sok tahu!" desis Wina.Beberapa hari lalu, Nadine sengaja mencari tahu tentang sekretaris baru Ferdinand. Nadine merasa aneh dengan Wina yang mencoba untuk membela Airy. Wina mencoba untuk memihak Airy padahal dia tahu itu hanyalah pura-pura."Tidak apa-apa kalau tidak mengaku. Biasanya seorang wanita yang berpura-pura menjadi orang lugu, biasanya dia memiliki hati yang busuk," sindir Nadine."Ap
"Jadi ... maksudmu istriku selingkuh?" tanya Ferdinand dengan tatapan yang tajam."Benar. Kamu selidiki saja." Wina tersenyum miring.Kali ini Wina tidak memandang Ferdinand sebagai atasan. Ia berbicara secara bagaimana berhadapan antara kakak dan adik ipar. Wina berusaha untuk meracuni otak adik iparnya agar membenci adik tirinya. Sudah sedari lama Wina berniat untuk menghancurkan hidup Airy. Terutama rumah tangga adik tirinya itu.Tak peduli bagaimana mereka hidup dan tumbuh besar secara bersamaan. Bagi Wina, Airy memang tidak pantas untuk hidup bahagia.Pada dasarnya yang memang tak menyukai ketika ayahnya membawa seorang bayi yang bernama Airy. Rasa dendamnya semakin menguat setelah ia mengetahui ayahnya menikahi ibu kandung Airy. Wina merasa cemburu karena sang ayah begitu menyayangi Airy. Meskipun Ratih memperlakukan mereka berdua dengan berbeda dan Ratih lebih menyayangi Wina, ia tak bisa menerima kenyataan."Kamu tidak berusaha untuk menjatuhkan adikmu sendiri, bukan?" Ferdi
"Siapa yang membayar wartawan untuk mengunggah berita itu?" tanya Ferdinand pada Airy.Airy mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu tanya aku? Yang bertemu selalu bertemu dengan itu kan kamu. Aku tidak punya koneksi dengan jurnalis."Pagi ini, layar televisi dan media sosial dihebohkan dengan beredarnya berita tentang hubungan antara Ferdinand dan Nadine. Di artikel yang tertulis, tertera bahwa Ferdinand dan Nadine adalah sahabat yang saling mencintai. Namun di tentang oleh Gunawan karena pekerjaannya sebagai DJ."Kalau kamu tidak meminta wartawan untuk mengungkap berita itu, lalu ini apa?" Ferdinand menyodorkan ponsel miliknya.Airy mengerutkan kening melihat foto yang ditunjukkan oleh suaminya. Di dalam sana, terdapat foto yang menggambarkan ia dekat dengan seorang reporter di lobby hotel saat ia akan pulang diantar oleh Dicky. Airi ingat bahwa ia meminta tolong kepada Dicky untuk mengambilkan air minum. Dan kebetulan reporter wanita itu menanyakan kepadanya mencari keberadaan temannya
["Kenapa kamu tidak melarangnya, Airy?"] tanya Gunawan dengan nada marah.Airy memejamkan matanya. "Kenapa aku tidak melarangnya? Apakah aku dianggap, jika aku melarangnya? Kakek sebagai pengganti orang tuanya saja, tidak dianggap ketika berbicara apapun."["Tapi kamu tidak berpikir, bahwa esok hari pasti media akan memberitakan bahwa Ferdinand dan Nadine, memiliki hubungan?"]Airy menghela napas dengan dalam. Ia lupa bahwa ada beberapa media dan wartawan yang meliput di pesta walikota tersebut. Bahkan, ada salah seorang reporter yang membawa kamera berada di sekitar tempat parkir saat Ferdinand dan Airy berdebat. Esok hari, pasti berita itu sudah tersebar ke media sosial dan televisi."Iya maaf. Aku salah," ujar Airy mengalah.["Aku sudah mengatakan padamu, untuk berusaha memisahkan antara Ferdinand dan Nadine. Aku tidak mau cucu ku dipengaruhi negatif oleh wanita itu. Apakah kamu tidak mengerti dengan peringatan ku? Bahkan, setelah 4 bulan menikah saja kamu belum bisa meluluhkan hat
Pesta pernikahan putri walikota berlangsung cukup meriah. Para tamu undangan cukup senang menikmati pesta yang diselenggarakan oleh walikota. Ferdinand dan Airy pun ikut unjuk gigi di lantai dansa.Nadine dan Wina yang menatap interaksi keduanya, menatap dengan sinis. Nadine terlihat seperti memiliki rencana licik untuk mengganggu Ferdinand dan Airy. Namun ia akan melakukan itu setelah selesai nanti. Ketika pesta hampir usai, dan waktu hampir larut, Airy mengajak suaminya untuk pulang. "Ayo, Mas!" Airy menggamit lengan Ferdinand. Ferdinand tidak menolak digandeng istrinya.Tiba-tiba, dari arah belakang, Nadine berlari dan mendekati Ferdinand, serta menggenggam erat tangan pria itu. Nadine memegangi perutnya dan merintih kesakitan."Ferdinand! perutku sakit," keluhnya.Airy mengerutkan keningnya melihat ekspresi Nadine. Sedangkan Ferdinand, melepaskan genggaman tangan istrinya. Ia berkata ..."Maaf, Airy! Aku harus mengantarkan Nadine ke rumah sakit," kata Ferdinand."Bisa diantarkan
Airy berjalan anggun keluar dari mobil, dengan dituntun oleh Ferdinand. Setelah tadi siang sang suami mengabarkan dirinya untuk bersiap-siap dan tidak pulang malam, Airy menepati janji. Airy pulang dengan cepat, dan berdandan dengan rapi.Airy menggamit lengan Ferdinand, dan berjalan masuk menuju aula pesta. Malam ini digelar sebuah pesta pernikahan putri walikota, yang juga merupakan kolega bisnis keluarga Arlyansyah."Pesta ini adalah kumpulan para pejabat dan pengusaha. Tolong jaga diri, dan jangan bersikap memalukan," ucap Ferdinand memperingatkan istrinya.Airy tersenyum. "Jangan khawatir. Aku tidak akan membuat suamiku, dan keluarga Arlyansyah malu."Setelah beberapa bulan menikah dengan Ferdinand, Airy banyak belajar mengenai tata cara dalam bersikap sebagai istri seorang pemimpin perusahaan. Dengan nama keluarga Arlyansyah yang kini ia sandang, Airy harus bersikap hati-hati dalam bersikap, maupun berbicara. Apalagi jika dia harus ikut menemani sang suami ke dalam sebuah pertem