Home / Rumah Tangga / Istri Pengganti CEO Arrogant / Bab 8: Statusmu tak Lebih dari Sekadar Istri Pengganti

Share

Bab 8: Statusmu tak Lebih dari Sekadar Istri Pengganti

Author: Suhadii90
last update Last Updated: 2024-10-29 11:04:05

“Siapa lagi, kalau bukan Pak Fandy. Kemarin kan dia menikah sama pujaan hatinya,” jawab Vivi tanpa sadar, tak tahu bahwa Riana adalah orang yang dimaksud.

Riana hampir ingin tertawa mendengar ucapan Vivi yang polos itu, namun rasa getir dalam hatinya membuatnya hanya tersenyum lemah. “Baiklah, silakan, Vivi,” ujarnya dengan suara yang dipaksakan ceria.

‘Rupanya tidak semua orang tahu kalau pengantinnya adalah aku,’ pikir Riana dalam hati. ‘Pengantin pengganti yang terpaksa menerima pernikahan itu karena dia sudah merenggut kesucianku.’

Dalam hati, Riana masih merasakan kepedihan yang tak terucapkan. Sekalipun kini menyandang status sebagai istri Fandy, hatinya terasa hampa, seperti jiwanya tak pernah benar-benar menyatu dengan lelaki itu. 

Dia tak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan berakhir dalam ikatan tanpa cinta, namun itulah takdir yang kini ia jalani.

Riana berjalan menuju kamar yang harus ia bersihkan. “Aku harus mengunci kamar ini supaya tidak ada yang masuk ke dalam kamar ini. Aku tidak ingin kejadian malam itu terjadi lagi,” bisiknya pada diri sendiri sambil memutar kunci pintu, memastikan tak ada yang mengganggunya saat bekerja.

Sekarang, dalam keheningan kamar yang tertutup rapat, Riana bisa merasakan ketenangan sejenak. Tak ada suara ketukan di pintu, tak ada kehadiran Fandy yang membuat jantungnya berdegup tak nyaman. 

Di ruangan ini, dia bebas untuk sesaat, tanpa harus mempertimbangkan perasaan orang lain atau mengikuti tuntutan seorang suami yang tak pernah benar-benar mencintainya.

Meski ia tahu, kedamaian ini hanya sementara.

Riana duduk di sudut ruangan, sendirian, dengan pikiran yang terserak seperti pecahan kaca yang berkilau namun tak bisa disatukan. 

Dia memandangi jari manisnya, cincin itu berkilau di bawah cahaya lampu yang redup. Cincin yang seharusnya menjadi lambang cinta dan janji, tapi baginya hanya menjadi pengingat luka.

“Kenapa,” gumamnya lirih, “kenapa, setelah pernikahan ini terjadi, aku malah seperti menyesal karena sudah meminta Fandy bertanggung jawab. Apakah ini yang dinamakan penyesalan datangnya di akhir?”

Ia menarik napas panjang, mencoba menghela beban yang begitu berat di dadanya. Pernikahan ini, yang seharusnya mengukir kebahagiaan, berubah menjadi jerat yang mengekang jiwanya dalam ikatan yang dingin dan kosong.

Tiba-tiba, dering ponsel mengusik keheningan. Riana tersentak, jantungnya seolah melompat sesaat. 

Ketika ia melihat nama di layar, senyumnya lenyap seketika. Fandy. Suaminya—namun, kata itu terasa hambar ketika ditujukan pada sosok yang lebih mirip orang asing.

Ia mengangkat panggilan itu, menyapa dengan nada datar, tanpa emosi. “Ada apa?”

Fandy di seberang sana membalas dengan nada yang bahkan lebih dingin. “Di mana kamu?”

“Sedang bekerja. To the point saja. Aku sedang sibuk,” jawabnya dengan nada ketus, tak ingin membuang waktu berbasa-basi dengan lelaki yang jarang peduli.

Terdengar helaan napas kasar dari Fandy. “Ke ruanganku sekarang juga! Ada yang ingin aku bicarakan padamu.”

Riana memutar matanya dengan malas, tetapi akhirnya menjawab singkat, “Baiklah.” Lalu, ia menutup panggilan tanpa menunggu jawaban.

Dia mendesah panjang, menghela segala perasaan yang berkelindan di dada. “Entah statusku apa, bila sedang bekerja. Apakah seorang istri, atau hanya karyawan biasa?” bisiknya lirih.

Perlahan, ia menyelesaikan tugasnya, mengganti seprai dengan yang baru, membereskan kamar, sebelum akhirnya melangkah menuju ruangan Fandy dengan langkah yang berat.

Sesampainya di depan pintu, Riana mengetuk, tiga kali, dengan ketukan yang enggan.

“Masuk!” Suara Fandy terdengar dari dalam.

Riana mendorong pintu, masuk ke dalam ruangan itu. Ia terkejut, sekilas mengamati sekeliling. Ruangan itu rapi dan luas, tak seperti gambaran kasar yang ia bayangkan tentang sosok Fandy.

‘Rapi. Rupanya dia hanya sembrono dalam sikapnya saja. Bila soal kerajinan, patut diacungi jempol,’ pikirnya dalam hati, sembari mendekat ke meja Fandy.

“Ada apa?” tanyanya, langsung, tak berusaha menyembunyikan nada ketidaksukaan.

Fandy menatapnya tajam, matanya berkilat, penuh teguran. “Di sini, statusmu hanya sebagai karyawan biasa! Di rumah pun, statusmu tidak lebih dari istri pengganti. Jangan sok kenal dengan cara kamu bersikap masa bodoh kepadaku, Riana!”

Setiap kata yang keluar dari mulut Fandy terasa seperti duri yang menancap dalam keangkuhan. Emosinya memuncak, suaranya tajam, tak menyisakan sedikit pun ruang untuk kelembutan.

Riana menarik napas panjang, berusaha menahan gejolak amarah yang muncul. Ia mengangguk kecil, tanpa gairah. “Maafkan saya, Pak. Saya akan bersikap sopan kepada atasan saya,” ucapnya dengan suara dingin, nyaris tanpa ekspresi.

Matanya kembali menatap Fandy, tak ada kehangatan di dalamnya. Hanya pandangan kosong dan acuh yang memperlihatkan perasaan yang sudah beku. “Ada yang bisa saya bantu, Pak Fandy?”

Fandy menatapnya dengan sinis. “Jaga nada bicaramu,” desisnya. “Ingat, aku atasanmu di sini.”

Riana tidak menjawab, hanya diam, menunggu perkataan selanjutnya. Tetapi, saat Fandy hendak membuka mulut, dering ponselnya menginterupsi. Nama yang muncul di layar membuat ekspresinya berubah sedikit lebih lunak.

“Iya, Ma?” jawabnya pada panggilan itu, suaranya sedikit lebih lembut daripada saat berbicara dengan Riana.

Suara ibunya terdengar jelas di seberang sana. “Jam tujuh malam, temui Mama. Ada yang ingin Mama bicarakan denganmu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 140: Cinta yang Penuh Untukmu - Tamat

    Waktu sudah menunjuk angka satu pagi. Riana sudah memasuki bukaan lengkap. Dokter Mery dan juga tiga perawat sudah berada di sana hendak membantu proses persalinan Riana."Tarik napasnya dalam-dalam, lalu keluarkan. Oke! Satu ... dua ... tiga ...."Riana menarik napasnya dan mengeluarkannya kembali. Mengejan dengan sekuat tenaga dengan tangan memegang erat tangan Satya.Lelaki itu benar-benar tak pernah meninggalkan Riana sejak mereka tiba di rumah sakit."Ayo, Sayang. Kamu pasti bisa," ucap Satya sembari mengusapi kening Riana yang sudah bercucuran keringat."Eeuurrnghhh ...." Dengan sekuat tenaga ia mengejan agar bayinya segera keluar.Riana mengatur napasnya yang sudah tersengal sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tubuhnya sudah sangat lemas. Namun, bayinya belum juga ingin keluar dari sana."Ayo, Bu. Tarik lagi, yuk! Tarik napasnya, kemudian keluarkan." Dokter Mery memberikan interupsi lagi kepada Riana.Perempuan itu kembali mengejan. Tangannya sudah semakin erat memegang tang

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 139: Detik-Detik Menegangkan

    Sembilan bulan sudah, usia kandungan Riana. Perkiraan Riana akan melahirkan sekitar dua sampai tiga harian lagi."Kamu sudah cuti, Kak?" tanya Riana menghampiri Satya yang baru saja selesai mandi."Iya, Sayang. Waktu lahir Fabian dulu, kamu lahiran lebih cepat dari perkiraan. Aku tidak ingin hal yang dulu terjadi, terjadi lagi untuk saat ini. Aku mau stay di rumah dan menemani kamu."Riana menerbitkan senyumnya. "Manis banget. Suaminya siapa sih, ini?""Kamu nggak ngakuin aku?"Riana terkekeh pelan kemudian menggeleng pelan. "Aku anggapnya kamu teman hidupku. Forever."Satya mencubit gemas hidung istrinya itu. "Bisa aja. Mau sarapan apa? Mau aku buatkan lagi?""Boleh. Roti bakar selai strawbery, yaa.""Siap! Tunggu sebentar, yaa. Fabian udah bangun?""Udah. Mulai hari ini kan, Fabian udah sekolah. Lupa?""Oh, iyaa. Aku udah janji ke Fabian akan antar dia ke sekolah hari ini. Astaga! Untung kamu ingetin."Satya segera keluar dari kamarnya dan menghampiri Fabian. Riana yang melihatnya h

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 138: I Trust You!

    Riana mengerucutkan bibirnya. Satya kemudian menarik tangan Riana hingga kini perempuan itu duduk di sampingnya.Bibirnya menyapu bibir mungil perempuan itu dengan lembut. Tangannya melingkar di ceruk leher Riana merasakan sensasi ciuman yang semakin nikmat mereka rasakan.Lelaki itu sudah tidak sabar lagi. Ia lantas membuka celana dan juga kaus yang ia kenakan dan mengambil majalah yang ada di tangan Riana.Meraup bibir Riana lagi dengan ganas seraya meremas dada Riana dengan gemas. Suara desahan dari mulut Riana sudah mulai terdengar. Begitu jelas dan membuat Satya semakin ingin menghujam lebih dalam ciumannya itu.“Mmmpphh …,” desah Riana merasakan ciumannya itu. Lalu melingkarkan tangannya di ceruk leher Satya dengan tangan satunya membuka tali dress yang ia kenakan.Hingga kini, hanya celana dalam yang ia kenakan. Bagian atasnya sudah tereskpos dan tangan kekar itu kembali meremas gundukan kenyal dan indah milik istrinya itu

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 137: Modus Satya

    Satya menghela napasnya dengan panjang. "Nggak banyak, hanya segilintir saja. Lagian kan, jam tiga nanti baru berangkat. Jadi ini kan, alasan kamu nggak mau ikut karena lagi hamil?"Riana mengangguk. "Iya. Kalau lagi nggak hamil sih, aku pasti ikut. Kapan-kapan aja, yaa. Itu pun kalau nggak malas sih.""Babymoon?""Eum! Boleh deh."Satya kemudian mencium punggung tangan istrinya itu dan menatapnya sekali lagi. Membuat Riana yang melihatnya lantas salah tingkah karena ulah suaminya itu."Udah, aah. Aku mau ke dapur dulu. Mau minum susu hamil.""Biar aku saja. Kamu tunggu di sini, sambil nunggu Fabian bangun." Satya beranjak dari duduknya dan berlari kecil ke luar untuk membuatkan susu hamil untuk sang istri.Kali ini, ia benar-benar menikmati peran sebagai suami yang harus standby untuk istrinya yang tengah hamil bayinya itu.Lima menit kemudian, Satya masuk lagi ke dalam dan memberikan satu gelas susu hamil kepada sang istri.

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 136: Jangan Banyak Alasan!

    Riana menerbitkan senyumnya lalu melingkarkan tangannya di ceruk leher Satya yang kemudian mengecup singkat bibir lelaki itu."Terima kasih, sudah mau bertahan demi aku. Kalau nggak ada kamu, entah apa yang akan terjadi pada hidupku dan juga Fabian. Mungkin akan sengsara selamanya."Satya menghela napasnya dengan panjang dan menatap wajah Riana dengan lekat. "Jika aku tidak ada, mungkin akan ada pria lain yang akan buat kamu bahagia. Dan sepertinya aku tidak terima."Riana mengerucutkan bibirnya. "Alasan kamu nggak mau pulang ke Indonesia itu karena kamu tidak yakin akan sembuh?" tanyanya ingin tahu.Satya menggeleng pelan. "Karena aku tidak ingin melihat air mata Mama dan Papa yang terus meratapi kesedihan akan kondisiku. Itulah kenapa Mama sangat menyayangi kamu. Karena kamu sudah menyelamatkan hidup anak sulungnya."Riana mengulas senyumnya kepada suaminya itu. "Begitu rupanya. Aku bersyukur punya Mama dan Papa yang care dan sayang sama aku, Kak

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 135: Rasa Syukur Satya

    Riana menganggukkan kepalanya dan menerbitkan senyum kepadanya. "Semangat."Tak lama kemudian, Satya pun datang menghampiri istrinya itu. Ia lalu menyapa Deasy yang tengah duduk di samping istrinya."Kenalin, ini suami saya. Namanya Satya.""Deasy." Perempuan itu memperkenalkan dirinya kepada Satya."Satya." Ia hanya tersenyum kepada perempuan itu tanpa menjabat tangannya."Suami saya pernah memiliki penyakit aneh. Dia tidak berani menyentuh perempuan mana pun kecuali mamanya. Dan sampai sekarang, dia masih belum berani menyentuh perempuan lain selain saya dan mamanya."Riana menjelaskan kepada Deasy tentang Satya yang menolak jabatan tangannya.Deasy akhirnya paham kemudian mengulas senyumnya. "Memang ada, penyakit seperti itu dan sangat langka."Riana mengangguk. "Iya. Dan suami saya merupakan salah satunya yang mengalami penyakit itu."Deasy mengangguk. Ia kemudian pamit kepada Riana sebentar untuk mengambil ponselnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status