"Astaga Zack! Kamu mabuk lagi malam ini? Keterlaluan sekali kamu!" Veronica sangat geram dengan putra sulungnya sampai nafasnya memburu.
"Mamah diam! Dan nggak perlu campuri urusanku!""Kak, sampai kapan Kakak terus seperti ini?"Laki-laki itu tak menghiraukan ucapan mereka, dia berjalan begitu saja sempoyongan bahkan hampir menabrak tembok di ruang tengah."Astaga! Mari Tuan biar saya bantu ke dalam.""Untuk apa kamu pegang-pegang aku! Sana!"Dugh!"Awh!"Dorongan tangan Zack yang begitu keras membuat Celine terjerembab dan menabrak sebuah lemari besar, tapi wanita itu tidak menyerah begitu saja. Celine kembali berdiri sambil memegangi lengan tangannya yang terasa sakit.Memapah tubuh gagah itu membawanya ke dalam kamar. Tak kuat menopang berat badannya kini tidak ada lagi perlawanan dari Zack sampai ke dalam.Celine membaringkan Zack di atas tempat tidur dan melepas sepatu yang masih di kenakan.Saat dia berusaha melepas dasi yang masih melingkar di lehernya, Zack tiba-tiba menarik tangan tangannya."Temani aku untuk bercinta malam ini, Sayang! Aku sudah lama menunggumu."Lalu apakah Celine akan menuruti keinginan suaminya saat ini?.Bisa saja Celine menuruti apa yang Zack inginkan saat ini tetapi dia tidak bisa melakukan disaat suaminya tak sadarkan diri.Apa artinya melakukan hubungan kalau pikiran Zack bukan untuk dirinya, bahkan mungkin laki-laki itu memikirkan wanita lain di luaran sana."Tidak, lebih baik Tuan istirahat sekarang.""Tapi aku menginginkan kamu malam ini," ocehnya dengan suara parau.Celine berusaha melepas genggaman tangan tangan Zack dari pergelangan tangannya. Kuatnya tenaga dia membuat Celine kesulitan untuk melepaskannya."Sudah istirahatlah, Tuan sangat lelah hari ini."Satu persatu pakaian yang masih menempel di tubuh Zack Celine lepas dan menggantinya dengan yang bersih.Lelah membuat Celine ingin merebahkan tubuhnya di samping laki-laki ini tetapi dia teringat dengan surat kontrak yang dia tanda tangani maka Celine memutuskan untuk tidur di sofa sedikit menjauh dari tempat tidurnya.Pagi harinya Zack terbangun dan mendapati pakaiannya yang sudah berubah membuat dia bertanya-tanya siapa yang menggantinya.Dia menoleh ke samping memastikan apakah ada orang di sampingnya dan ternyata hanya dia seorang diri yang berada di atas bed tersebut.Namun mata Zack terperangah saat melihat Celine tertidur meringkuk di sofa tanpa sehelai selimut sekalipun, tapi itu tidak membuat dia kasihan sama sekali.Zack keluar dan meminta bik Inah untuk membuatkan kopi untuknya, dia duduk di depan rumah sambil merokok, pandangannya terus terarah ke depan pada halaman rumah yang begitu hijau penuh dengan tanaman."Tuan Zack udah bangun?"Tiba-tiba Celine terbangun dan mencari Zack yang sudah tidak ada di dalam kamar sudah bisa di pastikan kalau laki-laki itu turun untuk menjauhinya."Lebih baik aku mandi sekarang."Selesai mandi Celine turun menemui Veronica dan Granella yang sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama.Hubungan mereka semakin membaik bahkan merasa nyaman satu sama lain."Pagi Ibu, Granella.""Pagi Celine, waow hari ini kamu cantik sekali! Memangnya kamu mau kemana hari ini?""Kuliah Bu, aku mau mulai kuliah hari ini. Sudah banyak materi yang aku tinggal semenjak menikah."Tanpa sepengetahuan Celine Victoria meliriknya sambil tersenyum mengira kalau dia dan Zack sudah melakukan malam pertama mengingat mereka tidur satu kamar semalam.Veronica tidak mengetahui dengan adanya surat kontrak yang anaknya buat sebelum pernikahan di mulai.Granella yang mengetahui gerak-gerik mamahnya pun ikut melirik dengan pemikiran yang sama."Mamah kenapa?""Em, nggak! Mamah tidak kenapa-napa Granella. Itu Mamah hanya teringat kalau hari ini ada jadwal pengobatan dengan Dokter Joyce." gumam Veronica beralasan.Dan saat itu juga Zack melintas sambil membawa cangkir berisi kopi tetapi dia sama sekali tidak melirik mereka sedikitpun yang membuat mereka merasa heran."Zack tunggu!"Laki-laki itu berhenti tetapi malas untuk menoleh pada Mamahnya, tatapan matanya tetap saja terlihat bengis tanpa senyum sedikit pun."Hari ini istrimu kuliah! Lebih baik sekarang kamu mandi dan antar dia sampai ke kampusnya."Rasanya berat sekali untuk menerima perintah dari mamanya itu. Dalam satu mobil dengan wanita yang sangat dia benci adalah hal yang paling membosankan, baginya Celine adalah sumber kekacauan di dalam hidupnya, kalau saja Veronica tidak memaksanya untuk menikah tentu dia tidak akan susah-susah menikah dengan gadis lusuh ini."Sorry Mah, hari ini aku ada janji dengan Kenan dan Leo! Mungkin kapan-kapan aku bersedia untuk mengantarnya ke kampus.""Zack, ayolah! Siapa yang akan mengantar dia berangkat kalau bukan kamu. Mama ada jadwal pengobatan hari ini."Dengan berat hati Zack mau mengantar Celine untuk kuliah, mendengar kata jadwal pengobatan membuat dia teringat dengan penyakit mamanya yang sering kambuh akhir-akhir ini.Biar bagaimana pun juga Zack tetap tidak mau terjadi sesuatu dengan mamanya itu.Laki-laki itu hanya diam tidak mengiyakan, tetapi diamnya Zack Veronica tau kalau dia bersedia untuk mengantar istrinya kuliah."Kamu tunggu saja, Zack pasti mau mengantarmu kuliah!""Iya Bu."Sambil menunggu mereka meneruskan sarapannya sambil berbicara santai, tak lama setelah itu Zack keluar begitu segarnya mengenakan jaket jeans yang membalut tubuh kekarnya.Dia hanya berhenti tanpa basa-basi atau menanyakan apakah Celine sudah siap, atau apapun juga."Ibu, Granella kalau begitu aku berangkat sekarang. Permisi."Zack berjalan lebih dulu di hadapan Celine, tidak ada suara sama sekali dari mulut ke duanya selama di perjalanan Hanya suara halus mesin mobil yang terdengar sampai ke dalam dan itu membuat Zack merasa bosan."Turun dari mobilku!""Hah?""Apa kamu tuli? Aku bilang turun dari mobilku!""Tapi Tuan...!""Aku bilang turun!"Celine tidak punya pilihan lain selain turun setelah suara Zack mulai meninggi, padahal jarak menuju kampusnya masih sangatlah jauh dan tidak mungkin ada satu taksi pun lewat ke tempat itu."Ya Tuhan, bagaimana caranya aku bisa sampai ke kampus, ck!"BERSAMBUNG.Celine berjalan lunglai menyusuri jalanan yang sepi, hanya terlihat pohon-pohon beringin berguguran menguning yang membuat kotor jalanan tersebut.Berharap ada seseorang datang menolongnya, setelah lama meninggalkan kuliahnya mana mungkin dia absen kembali untuk hari ini."Bagaimana aku memberi alasan pada Pak Dirga, ck!" selaku Dosen.Awalnya Celine hanya meminta izin untuk menemani papanya di rumah sakit.Dari arah belakang terdengar suara motor yang berjalan semakin kencang namun Celine tak menghiraukan siapa pengemudi motor tersebut."Celine, sedang apa kamu disini?"Celine spontan menoleh ke samping pada seseorang yang memakai motor cros lengkap dengan helm trail-nya hingga matanya saja yang terlihat.Celine tidak mengenali siapa dia bahkan dari suaranya saja Celine tidak mengetahui kalau dia orang yang dikenal."Aku- aku mau ke kampus. Siapa kamu?""Astaga, apa kamu nggak mengenal aku?"M
"Aku mau minta tolong pada kalian untuk mencari dimana keberadaan Greta saat ini!"Kenan dan Leo terperangah dengan ucapan temannya ini, mereka tau bukankah Zack sudah menikah, namun hanya Kenan yang bisa datang dalam acara pernikahannya kemaren.Sedang Leo berada di luar negeri saat itu sehingga dia tidak melihat siapa istri dari Zack ini."Greta? Zack, lebih baik kamu lupakan saja wanita itu! Tidak ada gunanya lagi kamu mencarinya! Aku yakin kalau dia sudah menemukan laki-laki yang lebih segalanya dari pada kamu.""Apa yang kamu katakan?"Mendengar ucapan dari Leo membuat Zack tidak terima, dia spontan menarik kerah baju temannya itu hingga sedikit mendongak ke atas.Ingin rasanya Kenan melerai kedua tamannya ini tetapi dia hanya takut di katakan membela satu sama lain di antara mereka."Aku yakin kalau Greta tidak akan seperti itu! Dia perempuan baik-baik! Jika kamu tidak mau menolongku, tidak masalah asal kamu jaga m
"Aku pulang!"Dengan lincahnya Celine masuk ke dalam menyapa orang rumah bahwa dirinya sudah pulang. Namun tiba-tiba sebuah tangan menyelonong dari belakang dan mencengkeram erat lehernya sampai Celine kesulitan untuk bernafas.Tap!"Siapa yang mengantarmu pulang! Katakan?"Cengkeraman yang begitu kuat membuat Celine kesulitan untuk melepaskan walau beberapa kali dia memukul-mukul tangan tersebut.Zack semakin mengangkat sampai wajah Celine mendongak dan kakinya sedikit terangkat ke atas."Tu-Tuan Z-Zack! Le-lepaskan aku Tu-Tuan!"Uhuk!Uhuk!"Katakan siapa yang mengantarmu pulang?" Bahkan sampai Celine terbatuk, Zack tidak kunjung melepaskan genggaman tangannya. Dia tidak menyadari kalau yang mengantar pulang istrinya ini bukan orang lain, melainkan temannya sendiri.Hanya saja Leo tak pernah mengendarai motor ketika bertemu dengan Zack sebelumnya, karena motor itu baru saja dia beli
"Ma-af-kan semua ke-sala-han su-ami-mu, Nak!"Kalimat terakhir papanya masih mengiang-ngiang di telinga Celine. Crush yang tidak pernah mengajarkan pada anak-anaknya untuk menyimpan rasa dendam membuat Celine bingung.Rasa benci itu masih ada tetapi di sisi lain, apakah dia tidak bisa melakukan wasiat dari papanya?"Tidak! Aku tidak bisa! Aku tidak bisa mendekati pembunuh Papa biar pun itu suamiku sendiri."Celine di dalam kamar tak bisa fokus dalam materi pelajaran saat mengingat perlakuan Zack terhadap dirinya.Dirinya bukan wanita yang lemah, justru kerasnya hidup membuat dia semakin kuat selama menghadapi semua masalah yang menerpanya."Ya Tuhan, tolong bantu aku. Bantu aku dalam menghadapi semuanya, Tuhan," Celine menengadah ke atas.Merasa bosan Celine keluar kamar untuk sekedar menghilangkan rasa suntuknya. Tepi kolam renang menjadi sasaran utama sebagai tempat paling nyaman saat ini.Celine berjalan pela
"Kertas apa ini?"Saat Celine turun dari tangga dia mendapati sebuah kertas yang tergeletak di atas nakas.Merasa tidak asing dengan kertas itu dia mengambil dan membukanya pelan."Astaga, ini proposal milik Granella."Kertas itu sempat Granella bawa semalam saat mengobrol bersamanya."Bu, Ibu!""Celine ada apa Nak, Ibu di sini?" Veronica sedang mengaduk teh hangat untuknya."Granella mana Bu? Proposal dia ketinggalan. Padahal ini sangat penting buatnya!""Astaga, kenapa begitu ceroboh anak itu! Pagi sekali Granella sudah berangkat ke kantornya!"Veronica terlihat cemas dengan putrinya yang akan melakukan promosi hati ini. Berkas itu merupakan bukti untuk meyakinkan calon partnernya."Kalau begitu biar aku susulkan ke kantornya! Sekalian aku berangkat ke kampus. Aku berangkat, Bu?"Tanpa dia sadari Zack melihatnya dari atas tangga.Merasa ada sesuatu yang terjadi, Zack penasar
"Ok, aku ke sana sekarang!"Zack yang semula di kantor secepatnya mengemasi pekerjaan di meja kerjanya saat seseorang menelepon.Dia bergegas pergi ke tempat yang di katakan lewat sambungan telepon itu."Itu akibatnya kalau berurusan denganku!" gumamnya sambil menyetir mobil."Nah ini dia, orangnya datang." Sambut Diego saat Zack tiba di tempat tongkrongan mereka.Zack yang masih mengenakan setelan jas formal datang untuk membayar hasil kerja mereka."Mana bayaran kita? Kita sudah melakukan tugas yang kamu mau!""Mana buktinya?" Diego menyerahkan foto-foto di ponselnya pada Zack.Dengan saksama Zack melihat foto tersebut namun wajahnya berubah bengis seketika saat melihat siapa korban mereka."Bodoh!"Prak!Semua teman-temannya terperangah saat Zack berteriak sambil membanting ponsel milik Diego hingga pecah berkeping-keping."Salah orang, tolol! Bukan orang ini target sasaran
"Hei Sisilia, sekarang kamu senang yah punya menantu kaya raya!" Tetangga nyinyir dengan Sisilia yang pulang membawa banyak barang belanjaan."Oh, tentu dong! Putriku sekarang jadi istri konglomerat! Kalian tau berapa total uang yang mereka kirim setiap bulan?"Mereka menggeleng."50 juta! Iya 50 juta. Bisa kalian bayangkan gimana banyaknya uangku sekarang?"Mereka mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Sisilia yang begitu sombong.Dengan centilnya Sisilia masuk ke dalam rumah yang kini semakin bagus. Semenjak menikah dengan Celine, Zack selalu mengirimkan uang setiap bulan ke rekening milik Sisilia yang tentu totalnya tidak sedikit.Statusnya kini yang sebagai janda muda membuat sifat remajanya mulai muncul. Tak sungkan dia menghabiskan uang tersebut dalam sekejap hanya untuk membeli barang-barang yang Sisilia inginkan.Dari kejauhan, Jesica yang mulai dewasa hanya menggeleng melihat tingkah ibunya itu.Dia me
"Maaf Pak, kartu kredit anda terblokir!""Apa? Terblokir?""Benar, Pak! Bapak bisa lihat sendiri kalau pembayaran ini di tolak."Karena haus di perjalanan, Zack berlari ke sebuah toko untuk membeli minuman. Dia mengambil sebuah minuman dingin di dalam soft case dengan beberapa makanan kecil untuk bekal di dalam mobil dan menyerahkannya pada kasir yang jaga."Totalnya 200 ribu, Pak!" ucap si kasir sambil tangannya menjumlah di papan ketik komputer.Zack memberikan sebuah kartu kredit untuk membayar barang belanjaannya.Namun dia terkejut saat kasir mengatakan..Dan benar saja, beberapa kali Zack melihat jumlah hasil ketikan si kasir memang selalu di tolak."Siapa yang melakukan ini! Aku tau, ini pasti ulah Mama!" Terpaksa dia membayarnya secara cas, padahal uang di dompetnya tidak banyak.Karena Zack memang lebih suka membawa kartu kredit di banding dengan uang tunai."Mah! Mama! Belfi apa kau m