"Marcel menelepon! Adikmu Marcel berhasil memajukan perusahaan cabang peninggalan Papamu! Lalu kapan kamu akan mengikuti jejaknya?"
Zack mendengus kesal Veronica menyebut nama Marcel."Zack, kamu itu sudah dewasa, sudah tidak pantas kamu berbuat seperti ini!"Benar-benar geram Veronica dengan sikap putranya itu. Sedang Zack hanya duduk sambil memainkan berewoknya, malas."Mulailah fokus dengan menata masa depan, hindari pergaulan luar yang tidak ada gunanya."Memiliki kakak yang begitu egois membuat sang adik memilih untuk menghindari pertengkaran yang sering terjadi.Marcel lebih memilih untuk tinggal di Paris sambil mengurus bisnisnya di sana."Hindari pergaulan yang tidak penting di luar sana! Kamu akan menyesal nanti, Zack!""Sudah, apa Mama sudah, bicaranya?" Zack semakin panas dengan ucapan Veronica.Beberapa kali dia terlibat perkelahian dengan adiknya yang membuat jantung Veronica sedikit bermasalah.Kendati demikian tidak membuat Zack melupakan masa lalunya, dia justru semakin tak karuan."Mama terus saja membandingkan aku dengan anak manja itu! Mama tidak perlu khawatir! Suatu saat nanti aku lebih sukses darinya."Kalimat itu menjadi angin segar untuk Veronica, sedikit banyaknya Zack mulai terpancing dengan ucapannya.Tak menaruh besar kemungkinan, dia bisa berubah.Veronica tersenyum saat Zack pergi dari hadapannya."Semoga apa yang kamu katakan itu benar, Zack! Kau bis lebih sukses dari Adikmu, Marcel."***Sampai malam hari dimana Veronica dan Granella makan malam seperti bisanya, mereka merasa ada sesuatu yang kurang.Pikiran mereka menelisik mencari apa yang bisa melengkapi kekurangannya itu.Keluarga baru membuat Celine belum bisa beradaptasi apalagi harus di hadapkan dengan laki-laki arogan super dingin seperti Zack.Gadis itu tidak ingin beranjak dari kamarnya."Bik Inah, tolong Bibik panggilkan Celine di kamarnya! Suruh dia untuk turun makan malam bersama kita."Veronica sedari tadi menunggu menantunya tak kunjung keluar."Baik Nyonya."Beberapa menit kemudian Celine turun dengan mata sembabnya setelah menangis di dalam kamar.Membayangkan kalimat terakhir yang di ucapkan ayahnya pada saat ajal menjemput."Apa, memaafkan Tuan Zack, rasanya itu tidak mungkin" Selalu itu yang menjadi jawaban atas pesan ayahnya."Selamat malam Ibu, selamat malam Granella.""Malam Celine, sedang apa kamu di dalam? Wajahmu terlihat Duduk dan makan malam-lah bersama kami.""Iya Ibu, aku hanya sedang membereskan semua barang-barangku saja, tapi sekarang sudah selesai."Mereka makan bersama dalam satu meja, sesekali Victoria melirik pada Celine yang sedang fokus dengan makanan di depannya."Nak, Ibu mau tanya sesuatu dengan kamu! Apa kamu terpaksa menerima pernikahan ini?""Em, maksud Ibu apakah kamu rela hidup dengan Zack yang begitu susah untuk di nasehati?" tambah Veronica, ragu.Celine seketika menghentikan makannya dan menoleh sesaat pada Veronica, dia bingung harus menjawab apa karena memang yang di katakan oleh wanita paruh baya itu benar."Ibu tidak perlu memikirkan soal itu, aku akan terus berusaha menjadi istri yang baik untuk Tuan Zack!""Tuan? Kenapa kamu masih memanggilnya dengan sebutan Tuan?""Sampai Tuan mau mengakui kalau aku istrinya, saat itu juga aku akan berhenti memanggilnya dengan sebutan Tuan!"Veronica dan Granella saling pandang heran, betapa kasihan wanita yang tidak di akui oleh suaminya ini."Oiya, jadi apa kegiatanmu selama ini, Kak Celine? Kalau Kakak mau, Kakak bisa sesekali membantuku di kantor."Bagaimana mungkin Celine membantu Granella di kantor sedangkan dia sendiri masih kuliah dan belum paham betul sistem di perusahaan.Keterbatasan Ekomoni membuat dia harus berhenti kuliah selama 5 tahun dan Celine baru melanjutkan kuliahnya belum lama sebelum Zack menikahinya."Aku, aku masih kuliah mana mungkin aku paham soal perusahaan, Granella!""Oh, jadi Kak Celine masih kuliah? Kalau boleh tau di universitas mana Kakak kuliah?"Mereka mengobrol begitu hangat bahkan tak sadar sampai malam hari tak beranjak dari meja makan.Tiba-tiba dari arah depan terdengar bunyi suatu barang jatuh begitu keras terdengar sampai ke dalam.Prak!"Astaga, suara apa itu!"Merasa penasaran dengan bunyi tersebut, mereka berbondong-bondong menghampiri sumber suara keras itu.BERSAMBUNG."Astaga Zack! Kamu mabuk lagi malam ini? Keterlaluan sekali kamu!" Veronica sangat geram dengan putra sulungnya sampai nafasnya memburu."Mamah diam! Dan nggak perlu campuri urusanku!""Kak, sampai kapan Kakak terus seperti ini?"Laki-laki itu tak menghiraukan ucapan mereka, dia berjalan begitu saja sempoyongan bahkan hampir menabrak tembok di ruang tengah."Astaga! Mari Tuan biar saya bantu ke dalam.""Untuk apa kamu pegang-pegang aku! Sana!"Dugh!"Awh!"Dorongan tangan Zack yang begitu keras membuat Celine terjerembab dan menabrak sebuah lemari besar, tapi wanita itu tidak menyerah begitu saja. Celine kembali berdiri sambil memegangi lengan tangannya yang terasa sakit.Memapah tubuh gagah itu membawanya ke dalam kamar. Tak kuat menopang berat badannya kini tidak ada lagi perlawanan dari Zack sampai ke dalam.Celine membaringkan Zack di atas tempat tidur dan melepas sepatu yang masih di kenak
Celine berjalan lunglai menyusuri jalanan yang sepi, hanya terlihat pohon-pohon beringin berguguran menguning yang membuat kotor jalanan tersebut.Berharap ada seseorang datang menolongnya, setelah lama meninggalkan kuliahnya mana mungkin dia absen kembali untuk hari ini."Bagaimana aku memberi alasan pada Pak Dirga, ck!" selaku Dosen.Awalnya Celine hanya meminta izin untuk menemani papanya di rumah sakit.Dari arah belakang terdengar suara motor yang berjalan semakin kencang namun Celine tak menghiraukan siapa pengemudi motor tersebut."Celine, sedang apa kamu disini?"Celine spontan menoleh ke samping pada seseorang yang memakai motor cros lengkap dengan helm trail-nya hingga matanya saja yang terlihat.Celine tidak mengenali siapa dia bahkan dari suaranya saja Celine tidak mengetahui kalau dia orang yang dikenal."Aku- aku mau ke kampus. Siapa kamu?""Astaga, apa kamu nggak mengenal aku?"M
"Aku mau minta tolong pada kalian untuk mencari dimana keberadaan Greta saat ini!"Kenan dan Leo terperangah dengan ucapan temannya ini, mereka tau bukankah Zack sudah menikah, namun hanya Kenan yang bisa datang dalam acara pernikahannya kemaren.Sedang Leo berada di luar negeri saat itu sehingga dia tidak melihat siapa istri dari Zack ini."Greta? Zack, lebih baik kamu lupakan saja wanita itu! Tidak ada gunanya lagi kamu mencarinya! Aku yakin kalau dia sudah menemukan laki-laki yang lebih segalanya dari pada kamu.""Apa yang kamu katakan?"Mendengar ucapan dari Leo membuat Zack tidak terima, dia spontan menarik kerah baju temannya itu hingga sedikit mendongak ke atas.Ingin rasanya Kenan melerai kedua tamannya ini tetapi dia hanya takut di katakan membela satu sama lain di antara mereka."Aku yakin kalau Greta tidak akan seperti itu! Dia perempuan baik-baik! Jika kamu tidak mau menolongku, tidak masalah asal kamu jaga m
"Aku pulang!"Dengan lincahnya Celine masuk ke dalam menyapa orang rumah bahwa dirinya sudah pulang. Namun tiba-tiba sebuah tangan menyelonong dari belakang dan mencengkeram erat lehernya sampai Celine kesulitan untuk bernafas.Tap!"Siapa yang mengantarmu pulang! Katakan?"Cengkeraman yang begitu kuat membuat Celine kesulitan untuk melepaskan walau beberapa kali dia memukul-mukul tangan tersebut.Zack semakin mengangkat sampai wajah Celine mendongak dan kakinya sedikit terangkat ke atas."Tu-Tuan Z-Zack! Le-lepaskan aku Tu-Tuan!"Uhuk!Uhuk!"Katakan siapa yang mengantarmu pulang?" Bahkan sampai Celine terbatuk, Zack tidak kunjung melepaskan genggaman tangannya. Dia tidak menyadari kalau yang mengantar pulang istrinya ini bukan orang lain, melainkan temannya sendiri.Hanya saja Leo tak pernah mengendarai motor ketika bertemu dengan Zack sebelumnya, karena motor itu baru saja dia beli
"Ma-af-kan semua ke-sala-han su-ami-mu, Nak!"Kalimat terakhir papanya masih mengiang-ngiang di telinga Celine. Crush yang tidak pernah mengajarkan pada anak-anaknya untuk menyimpan rasa dendam membuat Celine bingung.Rasa benci itu masih ada tetapi di sisi lain, apakah dia tidak bisa melakukan wasiat dari papanya?"Tidak! Aku tidak bisa! Aku tidak bisa mendekati pembunuh Papa biar pun itu suamiku sendiri."Celine di dalam kamar tak bisa fokus dalam materi pelajaran saat mengingat perlakuan Zack terhadap dirinya.Dirinya bukan wanita yang lemah, justru kerasnya hidup membuat dia semakin kuat selama menghadapi semua masalah yang menerpanya."Ya Tuhan, tolong bantu aku. Bantu aku dalam menghadapi semuanya, Tuhan," Celine menengadah ke atas.Merasa bosan Celine keluar kamar untuk sekedar menghilangkan rasa suntuknya. Tepi kolam renang menjadi sasaran utama sebagai tempat paling nyaman saat ini.Celine berjalan pela
"Kertas apa ini?"Saat Celine turun dari tangga dia mendapati sebuah kertas yang tergeletak di atas nakas.Merasa tidak asing dengan kertas itu dia mengambil dan membukanya pelan."Astaga, ini proposal milik Granella."Kertas itu sempat Granella bawa semalam saat mengobrol bersamanya."Bu, Ibu!""Celine ada apa Nak, Ibu di sini?" Veronica sedang mengaduk teh hangat untuknya."Granella mana Bu? Proposal dia ketinggalan. Padahal ini sangat penting buatnya!""Astaga, kenapa begitu ceroboh anak itu! Pagi sekali Granella sudah berangkat ke kantornya!"Veronica terlihat cemas dengan putrinya yang akan melakukan promosi hati ini. Berkas itu merupakan bukti untuk meyakinkan calon partnernya."Kalau begitu biar aku susulkan ke kantornya! Sekalian aku berangkat ke kampus. Aku berangkat, Bu?"Tanpa dia sadari Zack melihatnya dari atas tangga.Merasa ada sesuatu yang terjadi, Zack penasar
"Ok, aku ke sana sekarang!"Zack yang semula di kantor secepatnya mengemasi pekerjaan di meja kerjanya saat seseorang menelepon.Dia bergegas pergi ke tempat yang di katakan lewat sambungan telepon itu."Itu akibatnya kalau berurusan denganku!" gumamnya sambil menyetir mobil."Nah ini dia, orangnya datang." Sambut Diego saat Zack tiba di tempat tongkrongan mereka.Zack yang masih mengenakan setelan jas formal datang untuk membayar hasil kerja mereka."Mana bayaran kita? Kita sudah melakukan tugas yang kamu mau!""Mana buktinya?" Diego menyerahkan foto-foto di ponselnya pada Zack.Dengan saksama Zack melihat foto tersebut namun wajahnya berubah bengis seketika saat melihat siapa korban mereka."Bodoh!"Prak!Semua teman-temannya terperangah saat Zack berteriak sambil membanting ponsel milik Diego hingga pecah berkeping-keping."Salah orang, tolol! Bukan orang ini target sasaran
"Hei Sisilia, sekarang kamu senang yah punya menantu kaya raya!" Tetangga nyinyir dengan Sisilia yang pulang membawa banyak barang belanjaan."Oh, tentu dong! Putriku sekarang jadi istri konglomerat! Kalian tau berapa total uang yang mereka kirim setiap bulan?"Mereka menggeleng."50 juta! Iya 50 juta. Bisa kalian bayangkan gimana banyaknya uangku sekarang?"Mereka mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Sisilia yang begitu sombong.Dengan centilnya Sisilia masuk ke dalam rumah yang kini semakin bagus. Semenjak menikah dengan Celine, Zack selalu mengirimkan uang setiap bulan ke rekening milik Sisilia yang tentu totalnya tidak sedikit.Statusnya kini yang sebagai janda muda membuat sifat remajanya mulai muncul. Tak sungkan dia menghabiskan uang tersebut dalam sekejap hanya untuk membeli barang-barang yang Sisilia inginkan.Dari kejauhan, Jesica yang mulai dewasa hanya menggeleng melihat tingkah ibunya itu.Dia me