Celine berjalan lunglai menyusuri jalanan yang sepi, hanya terlihat pohon-pohon beringin berguguran menguning yang membuat kotor jalanan tersebut.
Berharap ada seseorang datang menolongnya, setelah lama meninggalkan kuliahnya mana mungkin dia absen kembali untuk hari ini."Bagaimana aku memberi alasan pada Pak Dirga, ck!" selaku Dosen.Awalnya Celine hanya meminta izin untuk menemani papanya di rumah sakit.Dari arah belakang terdengar suara motor yang berjalan semakin kencang namun Celine tak menghiraukan siapa pengemudi motor tersebut."Celine, sedang apa kamu disini?"Celine spontan menoleh ke samping pada seseorang yang memakai motor cros lengkap dengan helm trail-nya hingga matanya saja yang terlihat.Celine tidak mengenali siapa dia bahkan dari suaranya saja Celine tidak mengetahui kalau dia orang yang dikenal."Aku- aku mau ke kampus. Siapa kamu?""Astaga, apa kamu nggak mengenal aku?"Mata Celine membelalak sempurna saat orang tersebut membuka helmnya, sudah bisa di pastikan kalau orang ini bisa mengantar dia sampai di kampusnya sekarang."Leo, syukurlah kamu datang! Antar aku ke kampus sekarang."Tanpa menunggu waktu lama Celine naik ke boncengan belakang dan menyentuh pundak Leo sebagai pegangan."Tunggu tunggu! Kenapa kamu bisa sampai di sini sendirian, kamu belum jawab pertanyaanku tadi?""Aku dengan su_"Suara Celine terhenti ketika saat hampir saja mengucapkan kata suamiku, mana mungkin dia mengatakan suami pada sahabatnya Raka ini.Leo bisa saja mengatakan pada Raka kalau Celine telah memiliki suami dan mengkhianatinya, lalu bagaimana reaksi Raka jika tau hal itu.Sedang Celine masih berharap kalau dia dan Raka bisa bersatu walau itu hal yang sangat tidak mungkin.Dia harus secepatnya mencari alasan lain agar Leo secepatnya membawa pergi dari tempat itu."Aku tadi naik taksi online tapi taksi itu mogok dan di derek! Sekarang aku bingung untuk ke kampus. Please Leo antar aku sekarang, aku sudah sangat terlambat hari ini."Walau sedikit tak masuk akal tetapi Leo tidak ingin mempermasalahkan alasan kekasih sahabatnya ini, maka dengan cepat Leo mengantar Celine sampai kampusnya sebelum pergi menemui Zack seperti yang dia katakan pada mamanya tadi pagi."Kamu dan Raka apa kabar? Apa kalian masih saling komunikasi?"Terpaksa Leo bicara cukup keras agar Celine mendengarnya dari belakang, hembusan angin serta helmnya yang menutup mulut membuat dia harus sedikit mengeluarkan oktaf suaranya agar di dengar olehnya."Aku, ma-masih masih! Kami masih saling komunikasi, iya."Begitu juga dengan Celine yang terpaksa harus berbohong, mana mungkin dia mengatakan kalau Raka sulit untuk di hubungi, yang ada Leo akan memberondong banyak pertanyaan kepadanya."Terima kasih Leo, akhirnya aku sampai juga disini.""Ya sudah, lain kali hubungi aku jika dalam situasi seperti tadi! Aku akan merasa bersalah jika membiarkan kekasih dari sahabatku mengalami kesulitan."Leo meneruskan kembali perjalanannya menuju kafe untuk bertemu dengan temanya yang sudah menunggunya dari tadi.Dia merasa kesal karena kedua teman yang di ajak ketemuan belum ada satu orang pun yang datang.Bahkan Zack hampir saja membanting gelas minuman yang dia pagang sebelum melihat motor Leo berhenti di area parkiran."Ah, sialan! Kenapa dia baru saja datang, lalu dimana dengan Kenan! Jangan bilang dia tidak datang kali ini akan aku patahkan tangannya jika dia benar-benar tidak datang.""Hai Bro! Udah lama kamu?""Dari mana saja kamu?""Sorry, tadi ada urusan sebentar! Tapi sekarang sudah beres. Ada apa kamu menyuruh aku dan Kenan untuk datang kemari?""Ada yang mau aku bicarakan dengan kalian! Mana Kenan, kenapa sampai sekarang dia belum juga datang?""Kamu tau sendiri kalau dia sibuk dengan wanita peliharaannya di rumah! Mungkin sebentar lagi dia akan sampai."Leo terkekeh saat mengucapkan wanita peliharaan di rumahnya, pasalnya Kenan sering membawa wanita malam ke rumah yang hanya dua tempati seorang diri.Namun dia tidak punya ketertarikan sama sekali dengan kebiasaan yang dilakukan oleh temannya itu.Leo tipe orang yang setia pada satu wanita jika dia memang suka pada wanita tersebut. Sama halnya dengan Zack yang hanya mencintai Greta saat ini bahkan sampai wanita itu pergi meninggalkannya pun Zack masih tetap setia."Sudah lebih baik kamu katakan sekarang, aku tidak punya banyak waktu disini. Aku masih banyak urusan yang harus aku kerjakan sekarang.""Nop! Kita tunggu sampai Kenan datang baru aku akan bicara pada kalian."Sebenarnya apa yang akan Zack sampaikan pada kedua temannya itu, apakah ada hubungannya dengan Celine atau hanya urusan pribadi dengan mereka.BERSAMBUNG."Aku mau minta tolong pada kalian untuk mencari dimana keberadaan Greta saat ini!"Kenan dan Leo terperangah dengan ucapan temannya ini, mereka tau bukankah Zack sudah menikah, namun hanya Kenan yang bisa datang dalam acara pernikahannya kemaren.Sedang Leo berada di luar negeri saat itu sehingga dia tidak melihat siapa istri dari Zack ini."Greta? Zack, lebih baik kamu lupakan saja wanita itu! Tidak ada gunanya lagi kamu mencarinya! Aku yakin kalau dia sudah menemukan laki-laki yang lebih segalanya dari pada kamu.""Apa yang kamu katakan?"Mendengar ucapan dari Leo membuat Zack tidak terima, dia spontan menarik kerah baju temannya itu hingga sedikit mendongak ke atas.Ingin rasanya Kenan melerai kedua tamannya ini tetapi dia hanya takut di katakan membela satu sama lain di antara mereka."Aku yakin kalau Greta tidak akan seperti itu! Dia perempuan baik-baik! Jika kamu tidak mau menolongku, tidak masalah asal kamu jaga m
"Aku pulang!"Dengan lincahnya Celine masuk ke dalam menyapa orang rumah bahwa dirinya sudah pulang. Namun tiba-tiba sebuah tangan menyelonong dari belakang dan mencengkeram erat lehernya sampai Celine kesulitan untuk bernafas.Tap!"Siapa yang mengantarmu pulang! Katakan?"Cengkeraman yang begitu kuat membuat Celine kesulitan untuk melepaskan walau beberapa kali dia memukul-mukul tangan tersebut.Zack semakin mengangkat sampai wajah Celine mendongak dan kakinya sedikit terangkat ke atas."Tu-Tuan Z-Zack! Le-lepaskan aku Tu-Tuan!"Uhuk!Uhuk!"Katakan siapa yang mengantarmu pulang?" Bahkan sampai Celine terbatuk, Zack tidak kunjung melepaskan genggaman tangannya. Dia tidak menyadari kalau yang mengantar pulang istrinya ini bukan orang lain, melainkan temannya sendiri.Hanya saja Leo tak pernah mengendarai motor ketika bertemu dengan Zack sebelumnya, karena motor itu baru saja dia beli
"Ma-af-kan semua ke-sala-han su-ami-mu, Nak!"Kalimat terakhir papanya masih mengiang-ngiang di telinga Celine. Crush yang tidak pernah mengajarkan pada anak-anaknya untuk menyimpan rasa dendam membuat Celine bingung.Rasa benci itu masih ada tetapi di sisi lain, apakah dia tidak bisa melakukan wasiat dari papanya?"Tidak! Aku tidak bisa! Aku tidak bisa mendekati pembunuh Papa biar pun itu suamiku sendiri."Celine di dalam kamar tak bisa fokus dalam materi pelajaran saat mengingat perlakuan Zack terhadap dirinya.Dirinya bukan wanita yang lemah, justru kerasnya hidup membuat dia semakin kuat selama menghadapi semua masalah yang menerpanya."Ya Tuhan, tolong bantu aku. Bantu aku dalam menghadapi semuanya, Tuhan," Celine menengadah ke atas.Merasa bosan Celine keluar kamar untuk sekedar menghilangkan rasa suntuknya. Tepi kolam renang menjadi sasaran utama sebagai tempat paling nyaman saat ini.Celine berjalan pela
"Kertas apa ini?"Saat Celine turun dari tangga dia mendapati sebuah kertas yang tergeletak di atas nakas.Merasa tidak asing dengan kertas itu dia mengambil dan membukanya pelan."Astaga, ini proposal milik Granella."Kertas itu sempat Granella bawa semalam saat mengobrol bersamanya."Bu, Ibu!""Celine ada apa Nak, Ibu di sini?" Veronica sedang mengaduk teh hangat untuknya."Granella mana Bu? Proposal dia ketinggalan. Padahal ini sangat penting buatnya!""Astaga, kenapa begitu ceroboh anak itu! Pagi sekali Granella sudah berangkat ke kantornya!"Veronica terlihat cemas dengan putrinya yang akan melakukan promosi hati ini. Berkas itu merupakan bukti untuk meyakinkan calon partnernya."Kalau begitu biar aku susulkan ke kantornya! Sekalian aku berangkat ke kampus. Aku berangkat, Bu?"Tanpa dia sadari Zack melihatnya dari atas tangga.Merasa ada sesuatu yang terjadi, Zack penasar
"Ok, aku ke sana sekarang!"Zack yang semula di kantor secepatnya mengemasi pekerjaan di meja kerjanya saat seseorang menelepon.Dia bergegas pergi ke tempat yang di katakan lewat sambungan telepon itu."Itu akibatnya kalau berurusan denganku!" gumamnya sambil menyetir mobil."Nah ini dia, orangnya datang." Sambut Diego saat Zack tiba di tempat tongkrongan mereka.Zack yang masih mengenakan setelan jas formal datang untuk membayar hasil kerja mereka."Mana bayaran kita? Kita sudah melakukan tugas yang kamu mau!""Mana buktinya?" Diego menyerahkan foto-foto di ponselnya pada Zack.Dengan saksama Zack melihat foto tersebut namun wajahnya berubah bengis seketika saat melihat siapa korban mereka."Bodoh!"Prak!Semua teman-temannya terperangah saat Zack berteriak sambil membanting ponsel milik Diego hingga pecah berkeping-keping."Salah orang, tolol! Bukan orang ini target sasaran
"Hei Sisilia, sekarang kamu senang yah punya menantu kaya raya!" Tetangga nyinyir dengan Sisilia yang pulang membawa banyak barang belanjaan."Oh, tentu dong! Putriku sekarang jadi istri konglomerat! Kalian tau berapa total uang yang mereka kirim setiap bulan?"Mereka menggeleng."50 juta! Iya 50 juta. Bisa kalian bayangkan gimana banyaknya uangku sekarang?"Mereka mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Sisilia yang begitu sombong.Dengan centilnya Sisilia masuk ke dalam rumah yang kini semakin bagus. Semenjak menikah dengan Celine, Zack selalu mengirimkan uang setiap bulan ke rekening milik Sisilia yang tentu totalnya tidak sedikit.Statusnya kini yang sebagai janda muda membuat sifat remajanya mulai muncul. Tak sungkan dia menghabiskan uang tersebut dalam sekejap hanya untuk membeli barang-barang yang Sisilia inginkan.Dari kejauhan, Jesica yang mulai dewasa hanya menggeleng melihat tingkah ibunya itu.Dia me
"Maaf Pak, kartu kredit anda terblokir!""Apa? Terblokir?""Benar, Pak! Bapak bisa lihat sendiri kalau pembayaran ini di tolak."Karena haus di perjalanan, Zack berlari ke sebuah toko untuk membeli minuman. Dia mengambil sebuah minuman dingin di dalam soft case dengan beberapa makanan kecil untuk bekal di dalam mobil dan menyerahkannya pada kasir yang jaga."Totalnya 200 ribu, Pak!" ucap si kasir sambil tangannya menjumlah di papan ketik komputer.Zack memberikan sebuah kartu kredit untuk membayar barang belanjaannya.Namun dia terkejut saat kasir mengatakan..Dan benar saja, beberapa kali Zack melihat jumlah hasil ketikan si kasir memang selalu di tolak."Siapa yang melakukan ini! Aku tau, ini pasti ulah Mama!" Terpaksa dia membayarnya secara cas, padahal uang di dompetnya tidak banyak.Karena Zack memang lebih suka membawa kartu kredit di banding dengan uang tunai."Mah! Mama! Belfi apa kau m
"Apa aku bicarakan dengan Tuan Zack sekarang!" Celine sesekali melirik pada Zack yang tengah fokus di depan laptop di sofa kamarnya.Rasanya dia ingin membicarakan tentang obrolannya dengan dokter tadi siang, tetapi apakah Zack akan mau mendengarkan ucapannya, sungguh Celine sangat ragu."Lebih baik aku buatkan kopi panas untuk dia terlebih dahulu." Celine bergegas turun dari lantai atas."Nyonya muda mau apa di sini? Biar saya saja yang melakukan," ucap Delisa salah satu asisten rumah tangganya."Ah, tidak, aku cuma mau membuatkan Tuan Zack kopi. Dia pasti sangat lelah."Delisa mengangguk sambil tersenyum melihat ketulusan hati nyonya mudanya ini.Secangkir kopi panas dengan aroma khas telah siap dengan, Celine membawanya masuk ke dalam."Tuan saya buatkan kopi hangat untukmu." Di letakkan kopi itu di atas meja kerjanya."Hem," jawab Zack singkat."Tuan, ada yang mau saya bicarakan dengan an