Dari mana aku harus memulainya? Apakah dari sini?" Tangan Reno mulai bergerak mengitari punggung Alya, mencari celah agar bisa membuka baju pengantin yang Alya gunakan.
"Jangan, Tuan! Saya bisa sendiri melepaskannya!" tolak Alya. Dia berusaha bangkit dari tubuh Reno yang ada di bawahnya.
"Cepat! Buka gaun menyebalkan itu!" perintah Reno sambil mendorong tubuh Alya. Alya bangkit dengan cepat dari dekapan Reno. Dia berdiri terpaku dengan nafas naik turun. Dia tak mengerti harus berbuat apa.
"Cepat! Lepaskan gaun itu!" hardik Reno dengan mata yang terlihat begitu sayu. Alya kaget dan langsung buru-buru menyambar sebuah lingerie dari dalam lemari. Dengan perlahan Alya mencoba membuka gaun pengantin yang melekat di tubuhnya.
Saat hendak melepaskannya, Alya melirik pad Reno yang berbaring di ranjang. Matanya sudah terpejam. Alya langsung menarik nafas dalam. Dia lega, setidaknya Reno sudah tertidur dan tidak akan berbuat yang macam-macam padanya.
Alya segera mengganti gaun pengantin itu dengan lingerie yang ada di tangannya. Reno sudah tidur. Kali ini dia selamat
Setelah selesai berganti pakaian, dengan hati-hati, Alya ikutan berbaring di ranjang. Suara dengkuran halus Reno pertanda dia sudah terlelap nyenyak.
*****
Reno tersintak bangun di pagi hari, saat merasakan paparan sinar mentari mengenai matanya hingga membuatnya silau. Sinar matahari masuk dari celah tirai yang menutupi jendela kaca kamar hotel itu.
Dengan perlahan Reno merentangkan tangannya sambil menggeliat bangun dari tidurnya. Saat menoleh kesamping, mata Reno langsung di suguhkan dengan kehadiran Alya yang terlihat masih terlelep nyenyak.
Reno menatap tubuh seksi Alya yang hanya di bungkus lingerie berwarna merah yang sangat mencolok. Melalui lingerie itu, Reno bisa melihat mulusnya tubuh Alya. Belahan dada Alya sedikit menonjolkan bukit kembar miliknya. Kulit Alya yang putih bersih tanpa cela membuat Reno menelan salivanya. Gadis itu lumayan cantik dan seksi, itu yang ada dalam benak Reno.
Dengan perlahan Reno menarik selimut yang menutupi bagian pinggang Alya sampai ke bawah. Mata Reno langsung membulat sempurna melihat betapa mulusnya paha Alya. Lingerie itu hanya sedikit menutupi pangkal paha Alya sehingga Reno dengan leluasa bisa melihat keindahan itu. Kaki jenjang Alya sungguh menggoda Reno.
Sedangkan Alya, dia masih tertidur dengan pulas. Hingga tak menyadari tatapan penuh mematikan dari Reno pada tubuhnya yang terekspos dengan nyata. Naluri Reno untuk segera merasakan keindahan tubuh Alya membuat tangannya bergerak hati-hati hingga sampai tepat di paha Alya yang mulus.
Dengan lembut, Reno membelai paha Alya hingga sampai ke pangkal pahanya. Alya yang merasakan sentuhan di tubuhnya, sangat kaget dan langsung tersentak bangun. Dia meraih selimut dan mencoba untuk menutupi tubuhnya.
"Apa yang Tuan lakukan?" ucapnya dengan terbata.
"Apalagi? Aku sedikit tergoda dengan tubuhmu itu. Lagipula, aku sudah menikahimu. Dan itu hakku untuk menyentuhmu!" balas Reno sambil menarik kasar selimut yang menutupi tubuh Alya.
"Jangan, Tuan! Aku mohon!" rintih Alya mencoba membuat Reno menjauh darinya.
"Aku tidak biasa di tolak! Kamu harus memenuhi keinginanku!" Reno dengan kasar mencengkeram kedua tangan Alya. Hingga dia bebas mendaratkan sentuhan pada bibir Alya yang tipis dan menggoda.
Bibir Arya menekan dengan kasar pada bibir Alya. Reno mulai mempermainkan lidahnya dengan lincah di sana. Hingga membuat Alya terbuai. Tangannya yang sedari tadi meronta minta di lepaskan oleh Reno perlahan mengendor. Sentuhan Reno semakin liar. Tangannya mulai denga lincah meremas dan mempermainkan bukit kembar milik Alya. Mendapat serangan itu, sukses membuat Alya mendesah sambil membalas sentuhan Reno pada bibirnya.
Reno menyeringai saat menyadari Alya sudah sangat terangsang. Lingerie yang di pakai Alya, Reno tarik. Sekarang tubuh Alya hanya beralaskan pakaian dalam saja.
Reno mulai mendaratkan sentuhan lembut pada tubuh Alya yang terlihat sangat mulus. Alya mendesah tak karuan. Tangannya menarik seprai dengan erat menahan gejolak kenikmatan yang menyerang tubuhnya.
Reno dengan cepat melepaskan semua pakaian yang membungkus tubuhnya. Mata Alya langsung membola saat melihat besarnya milik Reno. Mengacung sempurna seakan sudah siap untuk memasuki lubang sempit milik Alya.
Reno yang sudah di penuhi oleh hasrat yang menggelora segera menindih tubuh ramping Alya.
"Aku akan membuatmu merasakan kenikmatan yang tiada duanya!" bisik Reno pada telinga Alya. Alya memeluk erat kepala Reno saat dia berusaha membuka lebar paha Alya hingga bagian sensitive milik Alya terlihat nyata oleh Reno. Jari Reno bergerak lincah mempermainkan bagian sensitive itu hingga membuat Alya meracau tak karuan.
"Tuan, aku ingin ini!" bisik Alya sambil menggenggam erat milik berharga Reno.
Reno dengan hati-hati memasuki lubang sempit milik Alya. Alya meringis menahan sakit. Untuk pertama kali dia merasakan sesuatu menembus bagian sensitive miliknya.
Reno mulai menarik ulur miliknya dengan perlahan di dalam milik Alya yang begitu sempit. Alya mendesah meringis menahan sakit. Lama-lama dia mulai merasakan kenikmatan saat milik Reno bergerak lebih cepat. Reno semakin mempercepat gerakannya. Tubuh seksi Alya membuatnya sedikit bisa melupakan Natasya.
"Tuan, cium aku!" rengek Alya saat merasakan tubuhnya tak mampu menahan kenikmatan yang hampir mencapai puncaknya.
Bibir dan lidah Reno bermain nakal di atas bibir Alya. Sambil mempercepat gerakannya. Alya memeluk erat leher Reno saat dia merasakan nikmatnya pelepasan itu. Berbarengan dengan erangan kenikmatan yang Reno yang rasakan.
Tubuhnya dan Alya bersimbah peluh. Reno langsung berbaring di samping Alya. Mengatur detak jantungnya yang berpacu dengan kencang.
Alya juga berusaha mengatur detak jantungnya yang berdetak kencang. Merasakan sakit pada area sensitive miliknya. Sudut matanya mengalirkan airmata. Hal yang paling berharga miliknya sudah di ambil oleh Reno. Laki-laki yang menikahinya karena terpaksa. Hanya untuk sekedar menutup malu. Hatinya gundah, kehidupan seperti apa yang akan dia hadapi ke depannya. Dia tidak mengerti sedikitpun.
"Kamu ternyata ada gunanya juga!" ucap Reno seakan mencabik harga diri Alya.
"Apa maksud, Tuan?" balas Alya. Ucapan Reno sedikit menyinggung harga dirinya setelah apa yang mereka lakukan barusan.
"Setidaknya aku tidak terlalu rugi memberikan kamu uang sebanyak itu. Keperawanan yang kamu berikan padaku, cukup untuk menebus semuanya!" balas Reno dengan kasar.
"Apa Tuan pikir aku wanita murahan?" Alya tak terima dengan ucapan Reno.
"Setidaknya, kapanpun aku butuh kehangatan kamu bisa memenuhinya. Anggap saja aku sudah membayarmu!" ucap Reno. Alya seakan mendapat tamparan keras. Ternyata bagi Reno, dirinya hanyalah pemuas nafsunya saja. Dia tak yakin bisa bertahan dalam rumah tangga seperti itu.
"Aku menerimanya karena Tuan sudah menikahi saya, jangan perlakukan saya seperti perempuan panggilan!" jawab Alya tak terima.
"Terserah apapun yang mau aku lakukan! Sekarang ini, kamu tidak bisa menolak kehendakku!" ucap Reno sambil melototi Alya.
Alya hanya bisa mendecah kesal, ini semua salahnya kenapa mau menikah dengan Reno. Kalau bukan karena biaya oprasi Ibunya, Alya tidak akan bersedia sedikitpun untuk menerima tawaran itu.
"Cepat mandi! Kita harus segera sarapan dan keluar dari kamar ini!" hardik Reno pada Alya yang termenung.
"Maaf, Tuan! Aku tidak punya pakaian ganti," ucap Alya.
Reno langsung menyambar handphone dan langsung menghubungi asisten pribadinya.
"Aryo, carikan pakaian ganti untukku dan juga Alya. Segera cepat datang ke kamarku!" perintah Reno dengan tegas.
"Baik, Tuan Muda. Saya akan mencarikan permintaan Tuan Muda!" balas Aryo dengan baik.
"Cepat Mandi!" usir Reno pada Alya.
Dengan terpaksa, Alya meraih handuk dan langsung membungkus tubuhnya dan menghilang dari balik pintu kamar mandi.
Alya dan Reno sampai di hotel tempat Natasya dan juga Candra akan menikah setelah sampai di Aula pernikahan Reno langsung bertemu dengan rekan-rekan bisnisnya dan dia pun terlihat asyik berbicara dengan para undangan yang mulai hadir untuk memeriahkan pernikahan antara Natasya dan juga Candra tersebut.Alya yang tidak terlalu mengenali orang-orang yang datang ke pesta itu berpamitan kepada Reno untuk sekedar berjalan-jalan keluar Aula pernikahan tersebut, karena acaranya juga belum dimulai."Mas, aku keluar sebentar ya?" ucap Alya kepada Reno, dan Reno pun langsung menganggukkan kepalanya. Alya berjalan keluar Aula pernikahan tersebut saat ia tengah berjalan-jalan dia melihat MU yang sudah selesai merias pengantin."Pengantinnya sudah selesai di rias ya? "tanya Alya kepada mereka dan mereka pun langsung menganggukkan kepala. "Iya, Mbak Natasya nya sudah selesai kami rias! " jawab mereka kepada Alya. "Oh baiklah, terima kasih!" jawab Alya kepada mereka.Alya merasa penasaran bagaima
"Iya Ma, aku juga tak sabar ingin segera menyampaikan berita ini kepada Mas Reno, " ucap Alya sambil menghapus air mata yang tiba-tiba menitik dari kedua belah matanya karena teramat bahagia dengan berita yang baru saja dia dengar dari dokter.Setelah mereka sampai di rumah berita bahagia itu langsung mereka sampaikan kepada Aminah dan juga Gunawan, semua orang sangat gembira menyambut kabar bahagia itu.Bahkan Aminah sampai meneteskan air mata saat mengetahui bahwa putri yang sangat dia cintai sebentar lagi akan memberikan seorang cucu untuknya. "Mulai sekarang kamu harus jaga kesehatan ya Nak, jangan mengerjakan pekerjaan berat sedikit pun! " ucap Aminah kepada putrinya itu. "Yang dikatakan ibumu benar sekali Alya. Mulai sekarang kamu tak boleh bekerja di dapur ataupun membersihkan rumah ini, pokoknya kamu harus menjaga dirimu dengan baik dan makan makanan yang bergizi! " ucap Lastri kepada menantunya itu sambil tersenyum lembut ke arah Alya. Dia sungguh bahagia sekali sebentar l
"Bibi tolong panggilkan Natasya sekarang juga! " ucap Burhan dengan suara menggelegar ke arah pembantunya.Pembantu yang ada di rumah itu langsung bergerak cepat menuju kamar pribadi dari Natasya dan menyampaikan pesan itu kepada Natasya tersebut."Non, Bapak memanggil non Natasya di bawah kelihatannya dia sangat marah sekali!" ucap pembantu itu kepada Natasya. Natasya yang tengah mengusap perutnya yang masih datar sedikit kaget mendengar ucapan dari pembantunya itu. "Ada apa Bi? Kenapa Papa marah-marah? "tanya Natasya dengan raut wajah heran dan bibi itu pun langsung menggelengkan kepalanya karena memang dia tak tahu apa penyebab dari kemarahan tuannya itu. "Baiklah kalau begitu aku akan turun ke bawah! "jawab Natasya kepada pembantu tersebut. Natasya langsung menuruni anak tangga dan saat melihat siapa kamu yang ada di ruang tamu jantungnya langsung berdetak dengan kencang dia bisa melihat Candra yang tengah duduk di ruang tamu sambil berbicara dengan kedua orang tuanya. "Kamu?
Candra semakin kaget mendengar perkataan dari dokter tersebut mengenai keadaan Natasha, sementara Natasha yang mulai membaik duduk daritempat pemeriksaan tersebut dan menatap ke arah Chandra yang terlihat begitu syok mendengar keadaannya. "Semuanya baik-baik saja kan, Dok? " tanya Natasha kepada dokter dan dokter pun langsung membenarkan perkataan dari Natasha tersebut. "Yaa, kandungan Mbak Natasha baik-baik saja kok. Mulai sekarang tolong lebih berhati-hati jangan sampai terjadi hal yang tidak-tidak pada kandungan Mbak Natasha! "ujar dokter itu kepada Natasha."Baiklah Dok, terima kasih atas pemeriksaannya! " jawab Natasha kepada dokter tersebut."Kamu hamil dengan siapa? "Tanya Candra saat mereka sudah berada di dalam mobil. "Itu bukan urusanmu!" jawab Natasha dengan judes kepada Chandra. "Aku berhak tahu siapa Ayah dari bayi yang kamu kandung ini, Natasha? Ayo sekarang katakan kepadaku siapa ayah dari bayi yang kamu kandung ini! "jawab Chandra memaksa kepada Natasha."Ayahnya a
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Natasha pun tiba dia sudah memeriksakan diri ke Rumah Sakit beberapa hari yang lalu dan memang dia tengah hamil bahkan usia kehamilannya sudah memasuki usia 10 minggu.Natasha sengaja berpenampilan secantik mungkin dia memasukkan ke dalam tespek yang bergaris dua yang menandakan dia tengah hamil, dengan senyum mengembang di wajahnya Natasha melajukan mobilnya ke perusahaan Reno. Dia ingin memberi kejutan kepada Reno tepat di ruangan kerja dari mantan kekasihnya tersebut.Setelah sampai di perusahaan Reno Natasha langsung memarkirkan mobilnya dan dia pun langsung menemui resepsionis untuk meminta izin agar ia bisa bertemu dengan Reno. "Permisi mbak bapak Reno nya ada? "tanya Natasha kepada pegawai di bagian resepsionis perusahaan tersebut."Maaf dengan mbak siapa? " Tanya pegawai resepsionis itu kepada Natasha. "Dengan Natasha. Saya ingin bertemu dengan Bapak Reno tolong kabarkan kepadanya bahwa saya ingin bertemu dengannya! " ucap Natasha kepada pega
Reno dan juga Alya beranjak meninggalkan rumah tersebut. Reno melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Mall tempat mereka nonton bioskop nantinya. "Bagaimana keadaanmu akhir-akhir Ini Alya? Apa kepalamu tak pernah pusing lagi?" tanya Reno kepada istrinya tersebut.Alya langsung menoleh ke arah Reno dan tersenyum canggung, memang dia sering pusing akhir-akhir ini tapi pusingnya itu hanya muncul sesekali sehingga sampai saat itu dia tak pernah pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya."Tidak apa-apa kok Mas, lagian pusing yang aku alami itu palingan karena capek dan kurang istirahat saja! "Jawab Alya menenangkan suaminya tersebut. "Itu makanya aku tak suka kamu terlalu keras bekerja di rumah. Lagian di rumah kita kan ada pembantu. Kenapa sih kamu harus repot-repot bekerja membantu pembantu tersebut? Lebih baik kamu menghabiskan waktu untuk istirahat ataupun pergi kemanapun yang kamu mau," ucap Reno kepada istrinya tersebut."Aku suka bekerja di dapur Mas, rasanya men