"Saya Alya, pegawai dari WO yang bertugas mendekor gedung pesta ini," jawab Alya sedikit heran dengan pertanyaan orang itu.
"Apa kamu sudah menikah?" Dahi Alya berkerut mendengar pertanyaan itu.
"Belum, saya masih lajang. Maaf, Mas! Saya ingin bertemu dengan penyewa jasa WO kami, tapi kenapa Mas bertanya yang tidak-tidak pada saya?" tanya Alya dengan heran. Dia tak habis pikir dengan maksud pertanyaan itu. Pemilik WO sudah dari tadi menghubunginya, untuk segera meminta pelunasan tapi sejak tadi Alya kesusahan mencari orang yang memesan jasa WO tempat dia bekerja.
"Ikut saya sekarang! Saya akan mengantarkan kamu pada orang yang memesan jasa WO kalian!" jawab Aryo sambil melangkahkan kakinya.
Alya bergegas mengikuti langkah kaki Aryo. Dia harus cepat-cepat mendapatkan pelunasan agar dia bisa segera pergi. Ibunya tengah di rawat di rumah sakit. Alya sebenarnya tengah membutuhkan uang sebanyak 200 juta untuk operasi Ibunya. Dan pemilik WO tempat dia bekerja berjanji untuk memberikan pinjaman, asalkan dia menyelesaikan tugasnya hari ini. Karena, pemilik WO berkata bahwa ini adalah pelanggan VIP, dia yang merupakan orang kepercayaan pemilik WO harus turun tangan.
"Ini kamarnya, kamu bisa masuk sekarang!" ucap Aryo sambil mengetuk pintu kamar hotel tempat Reno dan Mamanya tengah bicara di dalam.
"Masuk!" ucap Reno dengan tegas.
Alya masuk dengan hati-hati. Saat melangkahkan kakinya memasuki kamar itu, Aryo juga mengiringi masuk.
Reno menatap Aryo, lalu beralih pada Alya. Netranya yang setajam elang langsung memindai penampilan Alya. Reno melihat Alya dengan seksama. Penampilan Alya memang terlihat biasa saja. Tapi, dia memiliki bodi yang goal sekali. Jika di dandani sedikit saja, Reno yakin penampilannya akan menjadi berbeda. Wajahnya juga lumayan. Reno terlihat manggut-manggut.
Sedangkan Lastri, dia menatap Alya dengan sorot mata tak suka. Dia tak menyukai Alya sedikitpun. Dia sebenarnya tidak setuju jika Reno harus menikahi orang lain selain Natasya. Tapi, dia tidak bisa membujuk anaknya itu.
Alya yang di tatap seperti itu oleh Reno dan Mamanya menjadi sedikit risih. Dia heran dengan maksud mereka menatapnya seperti itu.
"Siapa namamu?" tanya Reno dengan suara beratnya itu.
"Alya!" jawab Alya dengan singkat. Dia menoleh pada Aryo, orang yang membawanya masuk ke kamar hotel itu. Dia masih tak mengerti dengan maksud pertanyaan mereka yang lagi-lagi menanyakan namanya.
Sedangkan Aryo, dia sedikit gusar karena belum menjelaskan apapun pada Alya.
"Jadi, apakah kamu bersedia menikah dengan saya sebentar lagi?" tanya Reno dengan wajah serius.
Alya langsung terperanjat mendengar perkataan Reno.
"Maaf, Mas! Apa maksudnya ya?" tanya Alya dengan heran.
Reno langsung menatap wajah Aryo dengan heran.
"Maaf, Tuan Muda. Saya belum menjelaskan apapun padanya. Lebih baik, Tuan Muda saja yang mengatakannya secara langsung!" ucap Aryo dengan sedikit rasa takut.
Reno menarik nafas kasar mendengar perkataan Aryo. Lalu langsung menatap Alya kembali.
"Apa kamu bersedia menikah denganku hari ini? Untuk menggantikan calon istri saya yang kabur? Sebagai balasannya, saya akan memberikan kamu uang sebanyak 1M!" Ucap Reno dengan tegas.
Alya langsung kaget mendengar perkataan Reno. Uang 1M yang Reno janjikan sedikit membuatnya tergoda.
"Maaf, Tuan. Saya kesini hanya untuk menagih pembayaran WO. Ini catatannya!" Alya meraih struk yang ada di dalam tasnya dengan tangan gemetar lalu meletakkan struk itu di atas meja.
Lastri dengan sigap meraih kertas itu dan membacanya dengan seksama.
"Apa kamu bersedia dengan tawaran saya tadi?" tanya Reno kembali.
Alya semakin gugup. Lidahnya langsung kelu untuk mengeluarkan suara walaupun hanya sepatah kata. Otaknya mencerna ucapan Reno, dengan uang 1M yang dia janjikan Alya bisa mengobati Ibunya sampai sembuh. Tapi menikah, dia bahkan tidak kenal sedikitpun dengan Reno bagaimana dia bisa menerima tawaran itu.
"Maaf, Tuan. Saya tidak mengenal tuan. Tawaran itu terdengar tidak masuk akal buat saya," jawab Alya dengan wajah pucat.
Reno langsung meraih struk yang ada di tangan Mamanya. Dia mengeluarkan kertas cek. Lalu menuliskan sejumlah uang sesuai struk yang Alya bawa. Beralih pada lembar lainnya, Reno menuliskan uang 1M. Lalu memberikan cek itu pada Alya. Dengan gugup Alya menerima cek itu. Matanya langsung melotot sempurna melihat nominal 1M yang tertulis di sana.
"Aku tidak main-main. Uang itu bisa menjadi milikmu, jika kamu bersedia menikah denganku sebentar lagi. Dan ini, satu buah cek kosong yang sudah saya tanda tangani. Kamu bisa menuliskan berapapun yang kamu inginkan jika uang 1M itu belum cukup." Reno kembali mengulurkan sebuah cek kosong pada Alya yang sudah dia tanda tangani.
Alya semakin gugup. Dia tak bisa memberikan jawaban apapun. Sedangkan Lastri, menatap tak suka dengan apa yang anaknya perbuat. Reno menghabiskan uang banyak hanya untuk bisa menemukan gadis yang mau menikah dengannya.
"Sudah, terima saja! Kamu tidak akan rugi sedikitpun menikah dengan Tuan Muda. Malah hidupmu akan menjadi sangat beruntung jika menikah dengannya!" bisik Aryo dengan pelan pada telinga Alya.
"Baik, saya setuju!" jawab Alya dengan suara bergetar. Dia memegang cek yang Reno berikan dengan erat. Entah darimana keberanian itu muncul. Tapi, saat Alya menatap mata Reno, dia bisa melihat kesedihan yang tidak bisa dia tutupi dengan baik. Walau wajah dan tubuh Reno terlihat biasa saja, tapi Alya bisa melihat kesedihan itu dari pancaran mata Reno. Dan itu sukses membuatnya ikut merasakan kesedihan itu.
"Aryo, kamu urus semua keperluan Alya. Dandani dia dengan baik. Aku tidak ingin ada kesalahan saat acara pernikahan nanti. Untuk surat-suratnya, kamu urus dengan cepat. Jangan sampai menimbulkan kesalahan sedikitpun!" ucap Reno dengan tegas.
Lastri menatap Alya dengan wajah memendam kemarahan. Dia sudah tahu betul, baginya orang kecil seperti Alya akan sangat mudah tergoda dengan uang. Semua dugaannya benar. Dia melengos kesal menatap Alya.
"Dasar perempuan mata duitan!" ucap Lastri sambil bangun dari duduknya.
"Mama harus bersiap dulu. Kamu mama tinggal sendiri, ya?" ucap Lastri pada anaknya."Baik, Ma!" jawab Reno.
Setelah Mamanya pergi, Reno mengusap wajahnya dengan kedua belah tangannya.
'Apa yang kamu lakukan Natasya? Untuk apa kamu berbuat sejauh ini?' geram bathin Reno merutuki sikap Natasya.
"Tuan Muda, kalau begitu saya akan membawa Alya ke ruang rias pengantin!" ucap Aryo pada Reno.
"Ya, segera kamu urus! Acaranya akan di mulai tiga jam lagi. Jangan buat kesalahan!" jawab Reno.
Alya langsung salah tingkah, dia seharusnya sekarang sudah ada di rumah sakit tempat Ibunya di rawat. Bagaimana caranya dia bisa menghubungi pihak rumah sakit untuk secepatnya melakukan operasi pada Ibunya jika dia tertahan di sini.
"Tuan, sebelum di rias, bolehkah saya ke rumah sakit dulu sebentar?" tanya Alya dengan hati-hati.
Reno menoleh pada Alya, tatapannya yang tajam dan penuh penekanan menciutkan keberanian Alya.
"Untuk apa ke rumah sakit?" tanya Reno dengan raut wajah datar.
"Ibuku tengah di rawat di sana. Sore ini, dia harus segera di operasi. Saya harus menyelesaikan dulu biaya administrasinya," jawab Alya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
"Aryo, kamu dengarkan apa yang Alya ini katakan? Cepat hubungi pihak rumah sakit itu. Selesaikan biaya administrasinya agar Ibunya cepat di operasi. Dan kamu Alya, kamu tidak boleh meninggalkan gedung pernikahan ini. Semua urusan Ibumu biar Aryo yang menangani."
Alya dan Reno sampai di hotel tempat Natasya dan juga Candra akan menikah setelah sampai di Aula pernikahan Reno langsung bertemu dengan rekan-rekan bisnisnya dan dia pun terlihat asyik berbicara dengan para undangan yang mulai hadir untuk memeriahkan pernikahan antara Natasya dan juga Candra tersebut.Alya yang tidak terlalu mengenali orang-orang yang datang ke pesta itu berpamitan kepada Reno untuk sekedar berjalan-jalan keluar Aula pernikahan tersebut, karena acaranya juga belum dimulai."Mas, aku keluar sebentar ya?" ucap Alya kepada Reno, dan Reno pun langsung menganggukkan kepalanya. Alya berjalan keluar Aula pernikahan tersebut saat ia tengah berjalan-jalan dia melihat MU yang sudah selesai merias pengantin."Pengantinnya sudah selesai di rias ya? "tanya Alya kepada mereka dan mereka pun langsung menganggukkan kepala. "Iya, Mbak Natasya nya sudah selesai kami rias! " jawab mereka kepada Alya. "Oh baiklah, terima kasih!" jawab Alya kepada mereka.Alya merasa penasaran bagaima
"Iya Ma, aku juga tak sabar ingin segera menyampaikan berita ini kepada Mas Reno, " ucap Alya sambil menghapus air mata yang tiba-tiba menitik dari kedua belah matanya karena teramat bahagia dengan berita yang baru saja dia dengar dari dokter.Setelah mereka sampai di rumah berita bahagia itu langsung mereka sampaikan kepada Aminah dan juga Gunawan, semua orang sangat gembira menyambut kabar bahagia itu.Bahkan Aminah sampai meneteskan air mata saat mengetahui bahwa putri yang sangat dia cintai sebentar lagi akan memberikan seorang cucu untuknya. "Mulai sekarang kamu harus jaga kesehatan ya Nak, jangan mengerjakan pekerjaan berat sedikit pun! " ucap Aminah kepada putrinya itu. "Yang dikatakan ibumu benar sekali Alya. Mulai sekarang kamu tak boleh bekerja di dapur ataupun membersihkan rumah ini, pokoknya kamu harus menjaga dirimu dengan baik dan makan makanan yang bergizi! " ucap Lastri kepada menantunya itu sambil tersenyum lembut ke arah Alya. Dia sungguh bahagia sekali sebentar l
"Bibi tolong panggilkan Natasya sekarang juga! " ucap Burhan dengan suara menggelegar ke arah pembantunya.Pembantu yang ada di rumah itu langsung bergerak cepat menuju kamar pribadi dari Natasya dan menyampaikan pesan itu kepada Natasya tersebut."Non, Bapak memanggil non Natasya di bawah kelihatannya dia sangat marah sekali!" ucap pembantu itu kepada Natasya. Natasya yang tengah mengusap perutnya yang masih datar sedikit kaget mendengar ucapan dari pembantunya itu. "Ada apa Bi? Kenapa Papa marah-marah? "tanya Natasya dengan raut wajah heran dan bibi itu pun langsung menggelengkan kepalanya karena memang dia tak tahu apa penyebab dari kemarahan tuannya itu. "Baiklah kalau begitu aku akan turun ke bawah! "jawab Natasya kepada pembantu tersebut. Natasya langsung menuruni anak tangga dan saat melihat siapa kamu yang ada di ruang tamu jantungnya langsung berdetak dengan kencang dia bisa melihat Candra yang tengah duduk di ruang tamu sambil berbicara dengan kedua orang tuanya. "Kamu?
Candra semakin kaget mendengar perkataan dari dokter tersebut mengenai keadaan Natasha, sementara Natasha yang mulai membaik duduk daritempat pemeriksaan tersebut dan menatap ke arah Chandra yang terlihat begitu syok mendengar keadaannya. "Semuanya baik-baik saja kan, Dok? " tanya Natasha kepada dokter dan dokter pun langsung membenarkan perkataan dari Natasha tersebut. "Yaa, kandungan Mbak Natasha baik-baik saja kok. Mulai sekarang tolong lebih berhati-hati jangan sampai terjadi hal yang tidak-tidak pada kandungan Mbak Natasha! "ujar dokter itu kepada Natasha."Baiklah Dok, terima kasih atas pemeriksaannya! " jawab Natasha kepada dokter tersebut."Kamu hamil dengan siapa? "Tanya Candra saat mereka sudah berada di dalam mobil. "Itu bukan urusanmu!" jawab Natasha dengan judes kepada Chandra. "Aku berhak tahu siapa Ayah dari bayi yang kamu kandung ini, Natasha? Ayo sekarang katakan kepadaku siapa ayah dari bayi yang kamu kandung ini! "jawab Chandra memaksa kepada Natasha."Ayahnya a
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Natasha pun tiba dia sudah memeriksakan diri ke Rumah Sakit beberapa hari yang lalu dan memang dia tengah hamil bahkan usia kehamilannya sudah memasuki usia 10 minggu.Natasha sengaja berpenampilan secantik mungkin dia memasukkan ke dalam tespek yang bergaris dua yang menandakan dia tengah hamil, dengan senyum mengembang di wajahnya Natasha melajukan mobilnya ke perusahaan Reno. Dia ingin memberi kejutan kepada Reno tepat di ruangan kerja dari mantan kekasihnya tersebut.Setelah sampai di perusahaan Reno Natasha langsung memarkirkan mobilnya dan dia pun langsung menemui resepsionis untuk meminta izin agar ia bisa bertemu dengan Reno. "Permisi mbak bapak Reno nya ada? "tanya Natasha kepada pegawai di bagian resepsionis perusahaan tersebut."Maaf dengan mbak siapa? " Tanya pegawai resepsionis itu kepada Natasha. "Dengan Natasha. Saya ingin bertemu dengan Bapak Reno tolong kabarkan kepadanya bahwa saya ingin bertemu dengannya! " ucap Natasha kepada pega
Reno dan juga Alya beranjak meninggalkan rumah tersebut. Reno melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Mall tempat mereka nonton bioskop nantinya. "Bagaimana keadaanmu akhir-akhir Ini Alya? Apa kepalamu tak pernah pusing lagi?" tanya Reno kepada istrinya tersebut.Alya langsung menoleh ke arah Reno dan tersenyum canggung, memang dia sering pusing akhir-akhir ini tapi pusingnya itu hanya muncul sesekali sehingga sampai saat itu dia tak pernah pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya."Tidak apa-apa kok Mas, lagian pusing yang aku alami itu palingan karena capek dan kurang istirahat saja! "Jawab Alya menenangkan suaminya tersebut. "Itu makanya aku tak suka kamu terlalu keras bekerja di rumah. Lagian di rumah kita kan ada pembantu. Kenapa sih kamu harus repot-repot bekerja membantu pembantu tersebut? Lebih baik kamu menghabiskan waktu untuk istirahat ataupun pergi kemanapun yang kamu mau," ucap Reno kepada istrinya tersebut."Aku suka bekerja di dapur Mas, rasanya men