Ketika Adrian dan Alia hendak melangkah pergi, suara provokatif Ervan terdengar dari belakang, "Kak Adrian, kamu sama sekali tidak percaya diri pada dirimu sendiri, kamu bahkan tidak mengizinkanku untuk berbicara dengan Kak Alia"Adrian biasanya tidak keberatan dan tidak ambil pusing dengan provokasi seperti itu, namun dia tidak tahan diprovokasi seperti itu di depan wanitanya, ia bukan tipe Pria yang bisa mentolerir hal-hal seperti itu, Adrian menghentikan langkahnya dan berbalik untuk melihat ke arah Ervan, "Apa? apa maksudmu dengan mengatakan ucapan itu?" ucap AdrianErvan bertanya dengan senyum ringan dan lembut di wajahnya "Aku ingin tahu apa Kakak takut bagaimana hidupnya akan berakhir jika Alia memilihku dibanding Kakak?"Dira tersentak saat mendengar kata-kata Kakaknya yang tidak pantas, dia menarik lengan baju kakaknya dan berkata "Kak Ervan, Kakak seharusnya tidak mengatakan itu""Dira, jangan ikut campur urusan di antara laki-laki, berdiri saja di samping dan lihatlah" ucap
Dira yang berdiri di samping Ervan menolehkan tatapannya ke arah Ervan lalu berkata "Kak Ervan, kenapa Kakak sangat ingin memprovokasi Kak Adrian"Ervan melirik sekilas Gadis yang ada di sampingnya dan tertawa kecil, "Dia berpura-pura tidak peduli dengan siapapun atau apapun, untuk alasan ini, sandiwaranya ini menggangguku, aku yakin bahwa dia tidak bersikap acuh tak acuh seperti yang terlihat, dia hanya orang yang terlalu rumit dan sedikit berpikiran buruk""Aku telah bertemu macam-macam orang, aku tahu bagaimana mereka" ucap Ervan menambahkan"Tapi aku merasa sulit untuk memercayai kata-katamu" ucap Dira membalas dengan raguErvan mengangkat alisnya, menatap Dira dan berkata "Hei, jadi apa kamu lebih percaya padanya dibanding padaku?""Tentu saja tidak, aku percaya padamu" ucap Dira"Bagus, anak yang baik" ucap ErvanSetelah Alia dan Adrian menghilang dari pandangan Ervan, rasa bersalah mulai menggerogoti perasaan Alia, dia khawatir Adrian akan marah padanya karena terlalu banyak bi
Adrian menatap Alia balik dan berkata "Nenek memintamu untuk datang ke sini, kenapa kamu malah menatapku?"Alia mulai merasa takut padanya, Dia berjalan ke arah wanita tua itu, dan dengan lembut berkata "Nenek...""Hei, kemari dan duduk di sebelahku" ucap Nenek Sekar"Terima kasih Nenek" ucap Alia, kemudian Alia mengambil tempat duduk di sampingnya,"Gadis yang cantik, kalian berdua adalah pasangan yang luar biasa, aku sudah sangat menyukaimu sayang" ucap Nenek Sekar sambil memegang tangan Alia dengan tersenyum"Aku juga menyukaimu Nenek" ucap Alia sambil tersenyumWanita tua itu memang langsung menyukai Alia, namun Adrian malah mencibir saat para wanita ini sedang berbicara, Alia menatap Adrian dengan ekspresi kaget"Ada apa denganmu" ucap Nenek Sekar sambil menepuk pundak Adrian"Nenek, wanita yang duduk di sebelahmu tampaknya telah menjadi cucu menantu kesayanganmu, tapi izinkan aku memberi tahu Nenek bahwa dia bukan wanita yang ingin kunikahi, aku tidak mengerti kenapa Nenek malah
Alia hanya bisa tersenyum canggung sebagai tanggapan atas kata-kata Nenek, Alia sama sekali tidak menganggap dirinya memenuhi syarat untuk menerima hadiah yang begitu berharga, lagipula, dia hanya merupakan pengantin Pengganti.Selain itu, sebagai Orang modern yang hidup di abad 21, Alia tidak bisa mempercayai kata-kata Wanita tua itu, Alia tidak mempercayai takhayul-takhayul seperti itu."Alia, kamu harus percaya pada Nenek, dulu Nenek tidak terlalu menyukai Kakek Adrian saat menikah dengannya, saat itu kami dijodohkan dan hanya bisa menurut kepada Orang tua, setelah menikah, tetap tidak ada cinta, meskipun kami berdua saling menghormati" ucap Nenek Sekar yang sepertinya sudah bisa menebak apa yang ada di dalam benak Alia"Namun, begitu Kakek Adrian mengalami kecelakaan serius dan terluka parah, saat itulah Nenek menyadari betapa Nenek peduli padanya, Nenek ingat apa yang dikatakan Ibu Nenek ketika beliau memberiku gelang Giok itu" lanjut Nenek Sekar"Nenek berharap dengan sungguh-su
"Di sini sangat panas" ucap Alia, sambil melangkah maju dan melepaskan tangannya dari telapak tangan Adrian, lalu ia mengipasi dahinyaMenurut Alia, seharusnya dia dan Adrian tidak berjalan sambil bergandengan tangan, Alia melihat tidak perlu bagi Adrian untuk memegang tangannya.Adrian menatap tajam Alia, bahkan pandangannya itu seperti menusuk ke dalam mata Alia,Alia berjalan dengan langkah yang dipercepat, sekitar 10 meter dari Adrian, Adrian melangkah ke depannya dan menghalangi jalannya, mereka tiba-tiba hampir bertabrakan karena Adrian berhasil mengejar Alia, namun Alia tidak menyadari Adrian yang sudah berada di dekatnya"Ada Apa?" ucap Alia sambil menatap Adrian"Apa yang Nenek katakan padamu saat aku naik ke atas?" ucap Adrian dengan rasa penasaran."Nenek bilang bahwa dia sangat menyukaiku" ucap Alia berpikir sejenak"Nenek sudah mengatakan hal itu saat aku masih di sana, apalagi yang Nenek katakan padamu" ucap Adrian sambil mengernyitkan dahinya"Hmm, kurasa Nenek mengulan
Seluruh Keluarga telah berkumpul di Ruang makan untuk Makan malam bersama, Rina memang terlihat sangat menyayangi Putranya, begitu melihat Adrian sudah menghabiskan bubur yang ada di depannya, Rina dengan cepat meminta Pelayan untuk membawakan makanan lainnya untuk Adrian.Adrian yang sedang tidak mood untuk berbicara hanya menganggukkan kepalanya ketika Pelayan menghidangkan bubur di depannya, lalu ia memakan bubur itu dengan lahap seperti tidak menghiraukan apapun.Alia yang tidak begitu akrab dengan semua yang ada di meja makan ini hanya bisa diam saja sepanjang acara makan malam berlangsungErvan menatap Alia selama makan malam itu, ia tidak tahu apakah Ervan sengaja atau tidak, tapi hal itu membuat Alia merasa canggung terus ditatap seperti itu, ternyata bukan hanya Alia yang memperhatikan tatapan Ervan, Adrian juga memperhatikan tatapan Ervan kepada Alia, dan ini cukup membuat Adrian merasa kesal sampai akhirnya ia bangkit dari duduknya di tengah-tenah makan malam"Ayah, ini sud
Adrian menatap Alia dengan dalam, matanya sudah penuh dengan hasrat yang seperti sulit untuk ditahan,"Apa kamu tahu mengapa mereka memberiku bubur itu?" ucap Adrian dengan suaranya yang menggoda"Aku tidak tahu" ucap Alia"Orang tuaku mungkin ingin kamu melahirkan bayi untuk Keluarga ini" ucap Adrian, namun Alia hanya bisa menundukkan kepalanya, ia tidak bisa berkata apa-apa mendengar ucapan AdrianWalaupun sebenarnya Alia sudah mengetahui hal ini, tapi dia masih merasa takut untuk mengungkapkannya,"Adrian, kamu tidak ingin aku hamil bukan? kamu telah menyatakannya dengan sangat jelas terakhir kali" ucap Alia dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain"Ya, kamu benar" ucap Adrian membuat Alia merasa lega, karena berarti Adrian tidak akan menyentuhnya, namun sayangnya Adrian belum selesai berbicara"Tapi mari kita lupakan itu, lagipula, kita sudah menikah" ucap Adrian membuat Alia kaget,"Apa artinya ini? Apa dia ingin melakukannya lagi, tapi bukankah Adrian tidak menginginkan diri
"Sudah jelas aku sedang menunggumu dari tadi" ucap Adrian dengan acuh tak acuh sambil menatap mata Alia"Oke, ayo turun" ucap Alia setelah melihat sepertinya Adrian akan kesal jika ia bertanya lagiKemudian Alia berjalan melewatinya dan berjalan di depannya, namun sebelum dia sadar, Adrian meraih pergelangan tangannya, lalu menarik Alia dan menekan tubuhnya ke dinding Kamarnya, wajah mereka hanya berjarak beberapa centimeter saja"Apa kamu tidak bahagia" ucap Adrian dengan ekspresi wajahnya yang menunjukkan kemarahanAlia tidak menjawab pertanyaan Adrian, dia hanya mengerutkan keningnya sambil menatap wajah Adrian,"Jawab pertanyaanku" ucap Adrian dengan dingin, suara itu terdengar seperti perintah"Apa penting bagimu apakah aku bahagia atau tidak? sejak kapan kamu pernah peduli dengan perasaanku?" ucap Alia dengan nada dingin, sambil memalingkan wajahnya kesamping untuk menghindari tatapan Adrian"Kenapa kamu tidak merasa bahagia" ucap Adrian sambil mengeratkan cengkeraman tangannya
"Kenapa kamu merasa yakin bahwa itu ada hubungannya dengan Adrian?" ucap Alia sambil tersenyum, membuat ekspresi Andra seketika berubah dingin ketika mendengar ucapan Alia itu,Andra mengerutkan bibirnya tapi tetap diam, ada sesuatu yang harus dia sembunyikan dari Alia,Setelah jeda beberapa saat, dia kemudian menatap Alia dan mengatakan "Mungkin aku hanya terlalu banyak berpikir, Alia, aku tahu bahwa kamu sudah menikah dan aku benar-benar tidak ingin terus mengganggumu sepanjang wakti, tapi aku benar-benar berharap bahwa kita bisa tetap menjaga persahabatan kita, kita bisa sesekali makan malam bersama, kuharap kamu bisa memahamiku""Tentu saja aku mengerti Andra, dan aku selalu berterima kasih padamu atas semua bantuan yang kamu berikan terhadap BK Holding, aku tidak akan melupakannya" ucap Alia sambil sedikit menganggukkan kepalanya penuh pengertian"Aku tidak datang kesini untuk meminta rasa terima kasih darimu" ucap Andra"Aku tahu" ucap Alia sambil tersenyum kecilMereka berdua t
"Kamu seharusnya memikirkan hal itu lebih dulu sebelum berkomplot di belakangku, sekarang kamu harus membayar konsekuensi untuk kesalahanmu, cepat menyingkir dari pandanganku" ucap Adrian sambil menatap Endah dengan tatapan dinginEndah tidak ingin menyulut amarah Adrian, jadi, dia dengan cepat mundur beberapa langkah dan membiarkannya lewat, Adrian masuk ke dalam Bugatti Veyron tanpa menoleh ke belakang untuk melihatnya, dia dengan cepat pergi dari tempat itu"Adrian, aku mencintaimu, apa yang salah dari itu?!" ucap Endah ambruk ke tanah dan berteriak ketika mobil sudah tidak terlihat dari pandangannyaSetelah menangis selama sekitar 10 menit, Endah berusaha untuk menenangkan diri dan menggertakkan giginya "Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, kamu salah besar jika kamu berpikir bahwa kamu telah menang, aku mungkin tidak bisa mendapatkan cintamu, tapi aku akan memastikan bahwa Alia tidak akan menjalani kehidupan yang baik"Di dalam mobil, Alia terus menerus mengingat adegan yang
Alia bahkan bisa merasakan jantungnya berdetak sangat kencang di dalam dadanya, ketika dia bertanya pada Adrian apa yang sebenarnya dia pikirkan tentang dirinyaSetiap kali Adrian mempertanyakan dirinya, dia akan membalikkan keadaan dan kemudian memperlakukannya dengan sangat lembut setelahnya, namun Alia tahu bahwa bertanya tidak akan menghasilkan apa-apaSepertinya apa arti dirinya bagi Pria itu sama sekali bukan masalah, yang paling penting adalah dia mendambakan kasih sayang dari Pria ituTidak tahu berapa lama Adrian memeluknya, Alia akhirnya berkata "Apa kamu akan memelukku seperti ini selamanya?""Apa ada masalah?" ucap Adrian"Sudah ku bilang kalau aku mengantuk dan ingin tidur" ucap Alia"Oke, ayo naik ke atas dan tidur" ucap Adrian yang langusng menggendong Alia setelah mengatakan ituAlia yang lengah langsung melingkarkan lengannya di leher Pria itu, dia dengan mantap berjalan naik ke atas menuju ke kamar dengan Alia yang masih berada di dalam pelukannya,Alia tidak bisa me
"Apa kamu benar-benar yang merencanakan semua itu?" tanya Adrian"Bagaimana jika aku benar-benar melakukannya?" tanya Alia kembali"Aku hanya bisa mengatakan bahwa jika kamu melakukan hal seperti itu, maka itu akan menyakiti hatiku, lagi pula ada perbedaan antara kamu mendorongnya untuk melarikan diri dengan dia melarikan diri atas inisiatifnya sendiri, apa kamu mengerti dengan maksud dari ucapanku?" ucap Adrian"Fiuhhh, bagaimana mungkin Alia tidak mengerti?" dalam hati AdrianJika Alina melarikan diri atas inisiatifnya sendiri, maka Alia benar-benar tidak bersalah dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dia bisa terus menjadi Nyonya Denaswara serta menikmati hak istimewa yang bisa dia dapatkan dengan statusnya sebagai Nyonya DenaswaraNamun, jika Alia yang mendorong Alina untuk melarikan diri, maka dia akan dilemparkan ke neraka terdalam oleh Adrian untuk melampiaskan kebencian yang ada dalam hatinyaDari sudut pandang Adrian, sepertinya tidak ada yang salah dengan kata-katanya, ket
Marni berlutut di lantai "Saya salah, Endah yang memaksa saya untuk mengatakan semua itu, dia mengatakan bahwa saya harus mendengarkannya, karena dia telah memperlakukan saya dengan baik dalam dua tahun terakhir, dia juga mengatakan pada saya bahwa apa yang dia katakan semua adalah yang sebenarnya terjadi""Jadi, saya bisa mengungkapkan kesetiaan saya pada Pak Adrian dengan mengatakan itu, dia juga mengatakan bahwa dia akan memberikan uang sebagai hadiah jika saya melakukannya, tapi kalau saya menolak untuk melakukannya, dia akan meminta Desi untuk memecat saya, mohon maafkan saya, saya tidak bisa dipecat dari tempat ini, saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, saya sama sekali tidak ingin melakukannya, saya dipaksa untuk melakukannya, saya tahu saya salah, mohon maafkan saya" ucap MarniAdrian mengangkat tangannya dan menekan pelipisnya, merasa terganggu oleh suaranya dan situasi yang terjadi saat ini, dia tidak sedikit pun menanggapi, tidak peduli berapa banyak Marni berteriak memint
"Baiklah, ayo kita makan terlebih dahulu" ucap Adrian dengan lembut, ia tidak ingin lagi membahas hal itu lebih jauh karena temperamennya juga sedang baikSetelah mengatakan ini, dia berjalan ke tempat duduk di seberang Alia, lalu setelah duduk di meja makan ia mengambil peralatan makannya dan mulai menyantap makanannyaNamun, Alia hanya menundukkan kepalanya dan tidak mengambil peralatan makan, Adrian memandangnya dan bertanya dengan ringan "Mengapa kamu tidak makan? apa kamu masih marah padaku?""Tidak, aku tidak berani marah padamu" ucap Alia tersenyum pahitAdrian mengangkat alisnya dan bertanya "Ada sesuatu yang tidak berani kamu lakukan?"Alia diam-diam menggertakkan giginya, saat mendengar kata-kata itu, dia tetap diam karena dia sama sekali tidak ingin melanjutkan untuk membahas tentang hal ini lebih lanjutAdrian tersenyum ketika dia bisa menebak bahwa Alia sedang mengeluh tentang dirinya di dalam benaknya, mekipun begitu dia bersikap lebih sabar dari biasanya"Makan dulu mak
Tidak! Alia benar-benar tidak mengerti dan dia tidak akan berpura-pura untuk mengertiSemua orang bisa mengatakan hal yang sama dengan yang baru saja Adrian katakan tanpa memiliki maksud apapun,"Alia, aku yakin kalau itu bukan rencanamu, ayo kita makan oke? dan bisakah kamu mencoba untuk menahan amarahmu?" ucap Adrian ketika dia melihat Alia yang masih tetap diamNamun Alia sama sekali tidak berencana untuk makan, tetapi Adrian mengambil peralatan makan yang ada di atas meja dan memaksa tangannya untuk memegang peralatan makan tersebut"Jangan marah seperti itu, oke" ucap Adrian sambil memegang dagu Alia untuk memaksa Alia agar menatap matanyaAlia mengatupkan bibirnya dan menatapnya dengan raut tanpa emosi di wajahnya,"Adrian, menurutmu aku ini apa?" ucap Alia sambil tersenyum sinis"Tentu saja kamu adalah Istriku, apa ada masalah tentang itu" ucap Adrian, membuat Alia menghela napas berat"Pernahkah kamu mempercayaiku? bahkan hanya sedikit saja? apa kamu pernah memikirkan perasaan
"Jadi... Anda harus mendengarnya sendiri dari Pak Adrian" ucap MarniAlia tidak mengerti kenapa Marni tidak bisa menceritakan apa yang terjadi meskipun dia tepat berada di hadapannya, Alia menganggukkan kepalanya "Baiklah aku akan masuk"Setelah Marni menyingkir dari hadapannya, Alia langsung berjalan masuk ke dalam menuju Ruang keluarga, yang ternyata di sana Adrian sudah duduk di sofa dengan wajah suram, lalu Alia berjalan mendekat ke hadapan Adrian"Apa kamu sedang menungguku?" tanya Alia"Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?" ucap Adrian sambil menatap mata Alia, membuat Alia merasa bingung mendengar ucapan AdrianAlia merasa tidak menyembunyikan apapun selain tentang kesepakatannya dengan Mertuanya untuk memiliki bayi pikir Alia dalam hati"Apa itu?" ucap Alia sambil menatap Adrian"Apa kamu tidak tahu?" ucap Adrian"Menurutku aku tidak menyembunyikan apapun darimu" ucap Alia membuat Adrian bangkit dari sofa dan mendekat ke arah Alia,"Kudengar kamu tidak berhubungan ba
Endah mengambil beberapa langkah maju mendekati Alia, dia memamerkan seringai di wajahnya "Alia, kamu pasti bersenang-senang sejak aku meninggalkan Mansion AW kan?"Alia melipat kedua tangannya dengan tatapan acuh tak acuh "Kamu berpikir terlalu tinggi terhadap dirimu sendiri, aku tidak pernah memiliki waktu yang buruk bahkan ketika kamu berada di Mansion AW"Alia masih mengenakan setelan kerjanya, dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, Alia tampak seperti Bos, jelas sekali bahwa dia terlihat jauh lebih menakutkan dibanding Endah yang sedang mengenakan pakaian kasualEndah memelototinya "Beraninya kamu menghasut Pak Adrian untuk memecatku? atas dasar apa kamu bertindak seperti itu?" ucapnya membuat Alia memutar matanya"Itu sama sekali tidak penting, yang lebih penting adalah mengapa kamu masih berani berdiri di hadapanku ketika kamu sudah dipecat? apa yang memberimu begitu banyak keberanian?" ucap Alia"Alia, aku tidak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja, aku di sin