Andra sangat senang bisa berbicara dengan Bimo dan Alia, membuatnya selalu tersenyum sepanjang pembicaraan,
"Saya yakin kolaborasi antara Group Bratakusuma dan Group Bimantara pasti akan menjadi situasi yang saling menguntungkan, aku berharap kita dapat bekerja sama untuk jangka panjang di masa depan" ucap Andra
"Tentu saja" ucap Papi Bimo sambil mendentingkan gelas dengannya diikuti oleh Alia yang juga ikut mendentingkan gelas dengan Andra sambil tersenyum lebar
Adrian yang baru saja tiba kebetulan melihat interaksi mereka bertiga, matanya berubah menjadi gelap, dia berdiri diam dan menatap Alia dengan wajah suram
Andra meletakkan gelasnya, lalu menoleh ke arah Papi Bimo sambil tersenyum "Silahkan nikmati pesta ini Pak Bimo, Aku ingin mengajak Alia berdansa"
Papi Bimo memandang ke araah Putrinya sejenak, ia tidak menyetujui ataupun menolak, dia merasa tidak pan
Mungkin sebagai Nyonya Denaswara, Alia seharusnya mendampingi Adrian untuk menghadiri pesta itu, tapi sebagai Putri dari Keluarga Bratakusuma juga tidak salah kalau dia mendampingi Ayahnya untuk menghadiri pesta ituSementara Alia larut dalam pikirannya, Adrian masih merasa sangat kesal, dia mengemudi secara brutal, mobil melaju dengan kecepattan di atas rata-rata dan juga menyalip kendaraan yang menghalanginya, untungnya pesta itu diadakan di pinggiran kota. jadi tidak banyak orang dalam perjalanan kembali ke Mansion AW, kalau tidak sudah dipastikan akan ada kecelakaan tragis yang terjadi malam iniBegitu Bugatti Veyron berhenti di halaman Mansion, terdengar suara dingin dan tajam Adrian "Keluar dari mobil"Alia melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari mobil sambil mengerutkan bibirnya dia berjalan mendekat ke arah Adrian, tepat ketika Adrian hendak mengatakan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan
"Oke, lalu memangnya kenapa?" ucap Adrian"Pertama-tama, aku tidak akan pernah melakukan apapun yang akan mempermalukan diriku sendiri, kedua Andra bukan orang yang seperti itu" ucap Alia"Benarkah?" ucap Adrian mencibir"Ya" ucap Alia dengan cepat dan tegas"Sepertinya kamu sangat percaya pada Pria itu" ucap Adrian sambil tersenyum sinis"Kami sudah saling kenal selama bertahun-tahun lamanya, jadi aku tahu persis seperti apa sifat Andra, kenapa aku tidak bisa mempercayainya" ucap Alia"Kamu sudah mengenalnya selama bertahun-tahun, bagaimana denganku? kamu juga telah mengenalku selama bertahun-tahun lamanya, menurutmu aku ini orang yang seperti apa?" ucap Adrian membuat Alia mengatupkan bibirnya, walaupun dia tidak mengerti mengapa Adrian tiba-tiba menanyakan pertanyaan seperti itu padanya, dia tidak langsung menjawab pertanyaannyaMelihat reaksi Alia dengan cepat Adrian memegang pergelangan tangan Alia dengan sangat kuat, membuat Alia merasakan nyeri yang sangatt kuat di pergelangan
Alia mengatupkan bibirnya lalu berjalan lurus ke arahnya tanpa mengatakan apa-apa, meskipun mereka telah berhubungan intim layaknya Suami Istri, namun dia masih sedikit gugup setiap kali berdiri di hadapannya, apalagi ketika memandang wajah tampan Adrian, membuat jantungnya berdetak semakin cepatAlia berusaha untuk menenangkan dirinya sebaik mungkin agar terlihat santai, namun ketika tatapan tajam Adrian mengarah kepadanya, dia merasa seakan-akan Adrian bisa membacanya, dan melihatnya merasa maluAlia sedikit mengerutkan bibirnya setelah beberapa detik kemudian, dia tidak tahan lagi dengan Adrian yang hanya diam sambil menatapnya akhirnya dia bertanya "Apa yang kamu inginkan?""Kenapa? apa aku tidak boleh memanggilmu ke sini, jika tidak memerlukan apa-apa darimu?" ucap Adrian"Tidak, bukan itu maksudku, hanya saja aku pikir bahwa kamu menginginkan sesuatu dariku" ucap Alia sambil mengepalkan kedua tinjunya tanpa sadar dan tetap berdiri diam di tempatnya"Sepertinya kamu sudah mengant
Alia menelan ludahnya, berada dalam pelukkan Adrian membuatnya sangat bahagia dan hangat, "Apa kamu sudah mengantuk" tanya Alia dengan lembut "Kenapa?" ucap Adrian dengan mata terpejam "Jika kamu belum mengantuk, bolehkah aku bertanya satu hal padamu?" ucap Alia "Lanjutkan" ucap Adrian "Apa yang ingin kamu rencanakan dengan hubungan kita ini?" ucap Alia berbicara dengan suara rendah, seakan-akan takut mengganggunya "Apa maksud dari pertanyaanmu?" ucap Adrian sambil mengerutkan keningnya "Maksudku, apa yang akan kamu lakukan pada hubungan ini jika Alina ke
Sikap Adrian yang lembut itu membuat Alia merasa sedikit tersanjung, namun dia dengan cepat menggelengkan kepalanya "Tidak perlu, terima kasih, aku akan membicarakan dengan berdiri saja" ucap AliaAdrian tidak memaksa, dia memperbaiki postur duduknya di kursi kulit berwarna hitam sebelum menatap Alia untuk mendengarkan apa yang ingin Istrinya ini bicarakan"Adrian, aku mau mengundurkan diri" ucap Alia sambil menatap Adrian, membuat Adrian mengangkat alisnya sedikit, dan wajahnya sedikit menggelap ketika mendengarkan pernyataan yang keluar dari mulut Alia, namun dia tidak menganggapi apa yang baru saja Alia katakan"Kamu tahu kan bahwa aku adalah anggota Keluarga Bratakusuma, dan karena itu aku juga memiliki tanggung jawab untuk membantu Grup Bratakusuma, Papiku sudah semakin tua dan dia tidak akan bisa menjalankan Grup Bratakusuma lebih lama lagi, jadi aku ingin membantunya, di satu sisi aku ingin mengembangkan keterampi
"Kamu tahu betul bahwa Grup Denaswara dan Grup Bratakusuma adalah musuh bebuyutan, memberimu saham Grup Bratakusuma sama saja seperti bunuh diri bagi kami" ucap Alia "Kamu tidak perlu khawatir, saham tidak akan ditransfer padaku sekarang juga, pemindahan saham itu baru berlaku setelah kita bercerai" ucap Adrian dengan ringan "Aku tidak mengerti, apa maksudmu?" ucap Alia "Maksudku, bahkan jika aku bisa memberikan pukulan pada Grup Bratakusuma dengan santai dari waktu ke waktu, aku tidak akan membiarkannya bangkrut untuk saat ini, tapi jika kamu berani menceraikanku, maka Grup Bratakusuma pasti akan hancur" ucap Adrian dengan santai membuat Alia tercengang "Apa dia berniat untuk meng
Ketika Alia sedang berjalan menuju Lobby, ponselnya berdering, lalu ia mengeluarkan ponsel itu dari dalam tas, dan melihat bahwa Orang yang meneleponnya adalah Meta, "Hai Meta, mengapa kamu tidak meneleponku berhari-hari? sepertinya kamu sedang sangat sibuk" ucap Alia "Alia, aku patah hati" ucap Meta "Apa katamu?" ucap Alia tercengang "Akhirnya sekarang aku telah menjadi salah satu mantan pacar Ray" ucap Meta sambil menangis dengan sedih, "Dimana kamu sekarang?" ucap Alia dengan cemas "Aku ada di Lapangan Kampus, aku tidak mau pulang ke Rumah" ucap Meta
Meta menolehkan pandangannya ke arah Alia, lalu tertawa kecil, "Alia, aku akan memberitahumu sebuah rahasia kecil" "Oke, katakan saja" ucap Alia "Beberapa minggu lalu, aku sempat pergi ke Apartmentmu, ketika kamu sedang tidak ada disana, lalu aku tidak sengaja mengintip buku harianmu" ucap Meta membuat Alia terkejut mendengar pengakuannya sekaligus menyesal telah memberitahu Meta passcode Apartmentnya Alia memang menulis banyak hal tentang perasaan cintanya pada Adrian di buku hariannya, dia menyukai Pria itu, tapi dia tidak bisa memberi tahu siapapun tentang perasaannya, Alia merasa bahwa emosi di dalam hatinya itu tidak dapat diungkapkan, jadi dia memilih untuk membuat buku harian di mana dia bebas menul
"Baiklah, ayo kita makan terlebih dahulu" ucap Adrian dengan lembut, ia tidak ingin lagi membahas hal itu lebih jauh karena temperamennya juga sedang baikSetelah mengatakan ini, dia berjalan ke tempat duduk di seberang Alia, lalu setelah duduk di meja makan ia mengambil peralatan makannya dan mulai menyantap makanannyaNamun, Alia hanya menundukkan kepalanya dan tidak mengambil peralatan makan, Adrian memandangnya dan bertanya dengan ringan "Mengapa kamu tidak makan? apa kamu masih marah padaku?""Tidak, aku tidak berani marah padamu" ucap Alia tersenyum pahitAdrian mengangkat alisnya dan bertanya "Ada sesuatu yang tidak berani kamu lakukan?"Alia diam-diam menggertakkan giginya, saat mendengar kata-kata itu, dia tetap diam karena dia sama sekali tidak ingin melanjutkan untuk membahas tentang hal ini lebih lanjutAdrian tersenyum ketika dia bisa menebak bahwa Alia sedang mengeluh tentang dirinya di dalam benaknya, mekipun begitu dia bersikap lebih sabar dari biasanya"Makan dulu mak
Tidak! Alia benar-benar tidak mengerti dan dia tidak akan berpura-pura untuk mengertiSemua orang bisa mengatakan hal yang sama dengan yang baru saja Adrian katakan tanpa memiliki maksud apapun,"Alia, aku yakin kalau itu bukan rencanamu, ayo kita makan oke? dan bisakah kamu mencoba untuk menahan amarahmu?" ucap Adrian ketika dia melihat Alia yang masih tetap diamNamun Alia sama sekali tidak berencana untuk makan, tetapi Adrian mengambil peralatan makan yang ada di atas meja dan memaksa tangannya untuk memegang peralatan makan tersebut"Jangan marah seperti itu, oke" ucap Adrian sambil memegang dagu Alia untuk memaksa Alia agar menatap matanyaAlia mengatupkan bibirnya dan menatapnya dengan raut tanpa emosi di wajahnya,"Adrian, menurutmu aku ini apa?" ucap Alia sambil tersenyum sinis"Tentu saja kamu adalah Istriku, apa ada masalah tentang itu" ucap Adrian, membuat Alia menghela napas berat"Pernahkah kamu mempercayaiku? bahkan hanya sedikit saja? apa kamu pernah memikirkan perasaan
"Jadi... Anda harus mendengarnya sendiri dari Pak Adrian" ucap MarniAlia tidak mengerti kenapa Marni tidak bisa menceritakan apa yang terjadi meskipun dia tepat berada di hadapannya, Alia menganggukkan kepalanya "Baiklah aku akan masuk"Setelah Marni menyingkir dari hadapannya, Alia langsung berjalan masuk ke dalam menuju Ruang keluarga, yang ternyata di sana Adrian sudah duduk di sofa dengan wajah suram, lalu Alia berjalan mendekat ke hadapan Adrian"Apa kamu sedang menungguku?" tanya Alia"Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?" ucap Adrian sambil menatap mata Alia, membuat Alia merasa bingung mendengar ucapan AdrianAlia merasa tidak menyembunyikan apapun selain tentang kesepakatannya dengan Mertuanya untuk memiliki bayi pikir Alia dalam hati"Apa itu?" ucap Alia sambil menatap Adrian"Apa kamu tidak tahu?" ucap Adrian"Menurutku aku tidak menyembunyikan apapun darimu" ucap Alia membuat Adrian bangkit dari sofa dan mendekat ke arah Alia,"Kudengar kamu tidak berhubungan ba
Endah mengambil beberapa langkah maju mendekati Alia, dia memamerkan seringai di wajahnya "Alia, kamu pasti bersenang-senang sejak aku meninggalkan Mansion AW kan?"Alia melipat kedua tangannya dengan tatapan acuh tak acuh "Kamu berpikir terlalu tinggi terhadap dirimu sendiri, aku tidak pernah memiliki waktu yang buruk bahkan ketika kamu berada di Mansion AW"Alia masih mengenakan setelan kerjanya, dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, Alia tampak seperti Bos, jelas sekali bahwa dia terlihat jauh lebih menakutkan dibanding Endah yang sedang mengenakan pakaian kasualEndah memelototinya "Beraninya kamu menghasut Pak Adrian untuk memecatku? atas dasar apa kamu bertindak seperti itu?" ucapnya membuat Alia memutar matanya"Itu sama sekali tidak penting, yang lebih penting adalah mengapa kamu masih berani berdiri di hadapanku ketika kamu sudah dipecat? apa yang memberimu begitu banyak keberanian?" ucap Alia"Alia, aku tidak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja, aku di sin
Alia mendengar desahan sedih Fira, setelah dia selesai berbicara "Alia, apa kamu menyalahkan Ibu karena tidak mengirimmu kembali lebih cepat?"Alia mengerutkan keningnya dan membalas dengan tidak setuju "Bu, apa yang sedang Ibu bicarakan? Ibu adalah orang yang membesarkanku dan memperlakukanku dengan sangat baik sepanjang hidupku, aku bahkan tidak bisa cukup berterima kasih untuk semua itu, jadi bagaimana mungkin aku menyalahkan Ibu untuk itu?"Fira merasa lega ketika mendengar kata-kata yang Alia ucapkan "Terima kasih karena sudah berpikir seperti itu, Ibu tahu bahwa kamu adalah Anak yang baik""Baiklah Bu, aku harus pergi bekerja dulu, kalau tidak aku akan terlambat, aku akan kembali dan bertemu dengan kalian secepatnya" ucap Alia"Ingatlah untuk membawa Suamimu bersamamu nanti, kamu juga ingin bertemu dengan Pria yang menjadi Suamimu itu" ucap Fira mengingatkan dengan penuh semangat"Oke, aku akan mencoba" ucap Alia terkekeh mendengarnya, dia belum menemukan cara untuk membawa masa
Alia melihat nama yang ada di layar ponselnya itu, lalu dia mengangkatnya "Maria"Maria adalah Putri kandung dari Orang tua angkatnya, dia berusia dua tahun lebih muda dari Alia, bisa dikatakan mereka tumbuh besar bersamaNamun Alia tidak pernah benar-benar di terima olehnya, Alia tidak pernah memiliki hubungan yang baik dengan Saudaranya, hubungannya dengan Maria tidak pernah baik sama halnya dengan Alina, oleh karena itu dia benar-benar terkejut ketika melihat Maria meneleponnyaBegitu panggilan itu tersambung, suara Maria terdengar dari ujung telepon yang lain "Alia, kamu sekarang bahagia di Keluarga Bratakusuma kan? saking senangnya sampai-sampai kamu telah melupakan orang-orang yang membesarkanmu? kenapa lama sekali tidak pulang ke Rumah?"Alia membuka pintu dan keluar dari mobil sambil memegang ponsel di telinganya, dia berjalan menuju lift dan berkata dengan acuh tak acuh "Maria, kamu bahkan tidak pernah menyukaiku, jadi kenapa kamu meneleponku?""Alia, apa kamu ingin mengabaik
Alia berpikir di dalam hati "Tidak mungkin dia menyukaiku, dia mungkin menikah denganku dan berhubungan intim layaknya Suami Istri pada umumnya, tapi semua itu tidak bisa mengubah fakta bahwa orang yang dia cintai adalah Alina, apalagi Alina adalah Adik kandungku, aku tidak bisa bersikap tidak tahu malu dengan mencuri seorang Pria darinya"Alia meletakkan tangan di mulut Adrian untuk menghentikannya,Ya, mereka berciuman, tapi Alia jarang melakukannya dan bahkan tidak tahu bagaimana melanjutkannya, setelah bibir merahnya menekan bibir Adrian dia tidak melanjutkan lebih jauhBeberapa detik kemudian, Alia memalingkan wajahnya dari Suaminya dan berkata dengan suara yang hampir tidak terdengar "Adrian, aku ingin bangun"Namun Adrian mengabaikan permintaannya, sebaliknya dia menolehkan kepala Alia ke arahnya dan membungkam bibir merah yang ingin dia miliki lagi, Alia menciumnya dengan sangat lembut, seolah-olah memberinya kesempatan untuk menanggapinya, tentu saja Alia mencoba untuk menang
"Aku baru saja mendorongmu menjauh, apa kamu tidak mengerti apa artinya tindakan itu?" ucap Alia sambil mengangkat alisnya kembali, meniru nada malas Adrian dan tersenyum membuat Adrian terkekeh melihat tingkahnya"Apa yang kamu tertawakan? bisakah kamu menjelaskannya padaku agar aku bisa mengerti? dengan cara ini aku bisa tahu lebih banyak tentang Suamiku" ucap Alia dengan nada sarkastik sambil menatap Adrian"Berhentilah berpura-pura bodoh" ucap Adrian sambil menyipitkan matanya"Aku tidak berpura-pura bodoh, bagaimana kamu bisa menuduhku dengan kata-kata seperti itu" ucap Alia, ia sama sekali tidak merasa malu dengan kepura-puraannya walaupun dia merasa jijik dengan tindakannya ini, itu karena dia berpikir bahwa metode ini mungkin yang paling efektif untuk menghadapi Adrian, dan caranya yang mencoba untuk mengendalikannya"Kamu tahu, apa yang kamu lakukan sekarang sangat tidak bijaksana untukmu" ucap Adrian dengan nada peringatan sambil terkekehAlia mengangkat alisnya dan bertanya
"Mengapa kamu harus mengkhawatirkan itu? tidak usah terlalu dipikirkan, kalau kamu ingin tahu sesuatu mengenai Ray, kamu bisa bertanya pada Adrian, aku pikir dia..." sebelum Alia bisa menyelesaikan ucapannya Adrian memotong ucapannya sambil menggertakkan giginya dan memanggil "Alia""Habislah aku" pikir Alia sambil mengerutkan keningnya, "Sepertinya dia tidak mau bekerja sama lagi denganku" pikir Alia dalam hatinyaNamun di luar dugaan, kata-kata yang keluar dari mulut Adrian berbeda dari yang dia harapkan, "Turunkan sikumu dari atas meja, makanan Meta sudah datang" ucap Adrian setelah ituNamun Situasinya menyadarkan Alia dan dia menganggukkan kepalanya sebelum dia buru-buru menyesuaikan posisinya, setelah Pelayan meletakkan makanan di atas meja, Alia diam-diam menghela napas lega, dia benar-benar mengira Adrian akan memarahinya,Meta diam-diam memperhatikan interaksi Alia dan Adrian, dan tiba-tiba dia mengerti sesuatu, lalu dia memandang Alia sambil tersenyum, lalu melambaikan tanga