Share

Bab 3 : Pengganti Bella

"Anak sialan!" umpat Jonathan yang begitu kecewa terhadap Bella yang sudah kabur dari kamarnya.

"Bagaimana, Pa, Bella tidak ada di dalam kamarnya?" Juwita begitu sedih ketika tak mendapatkan putrinya berada di dalam kamar.

Bella juga meninggalkan gaun pengantinnya di atas tempat tidur, Juwita juga tak melihat koper maupun baju-baju Bella yang ada di dalam lemarinya, sudah pasti anaknya itu sudah kabur.

Melinda memasuki kamar Bella dengan membawa sebotol air mineral di tangannya.

"Kak, ada apa? Sepertinya kalian gelisah sekali?" tanya Melinda kepada Jonathan dan Juwita yang sedang gelisah.

"Bella kabur Melinda," jawab Juwita.

"Apa? Kabur? Lalu, bagaimana dengan pernikahannya? Keluarga Maduswara pasti akan kecewa kepada kita."

Mereka memikirkan cara bagaimana caranya untuk mengatakan kepada keluarga Maduswara bila putrinya, Bella, telah kabur.

"Papa akan menghubungi keluarga Maduswara," ujar Jonathan, lalu merogoh ponselnya untuk menghubungi keluarga Maduswara.

"Halo, bagaimana Jonathan? Semua tamu dan mempelai pria sudah datang. Mengapa mempelai wanitanya tak kunjung sampai ke hotel?"

"Emm ... begini Emran, aku mau bicara sesuatu sama kamu."

"Apa?"

"Sebenarnya putriku Bella kabur."

"Apa? Bagaimana bisa kabur?"

"Aku juga tidak tahu, ketika aku mau memanggilnya untuk keluar dari dalam kamar. Aku tak mendapati Bella yang ada di dalam kamarnya."

"Ini penghinaan untuk keluarga Maduswara. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini sama kalian."

"Aku benar-benar minta maaf atas nama putriku."

"Pernikahan ini harus terlaksana, aku tidak ingin menanggung malu karena calon menantuku yang pertama sudah mengkhianati putraku, dan sekarang malah putrimu juga kabur."

"Tapi, bagaimana bisa terlaksana, kalau Bella saja tidak ada?"

Jonathan melihat ke arah Delisha yang sedang mengangkat beberapa barang ke dalam mobil.

"Emm ... begini saja, bagaimana kalau anak pertama aku yang menggantikan Bella?"

"Apa kamu bilang? Kamu akan menikahkan anak aku dengan anak haram kamu."

Emran sudah mengetahui bila Jonathan telah memiliki anak haram dengan perempuan lain. Namun, Jonathan memintanya untuk merahasiakan itu semua.

"Ini hanya sebagai pengantin pengganti saja, bukannya anakku Bella juga menjadi pengantin pengganti, kalian boleh menyerahkan Delisha kepadaku lagi kalau pernikahannya sudah selesai. Bagaimana?"

Emran pun mencoba untuk berpikir, kalau pernikahan putranya itu gagal, pasti semua orang akan menertawakan keluarganya. Apalagi karena calon pengantin wanitanya yang berkhianat.

"Yasudah, tapi ini hanya sebagai pengantin pengganti saja."

"Iya, kamu tenang saja."

Jonathan langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan Emran, ia menghampiri Delisha yang sedang berada di dekat mobil.

"Delisha, ikut Papa."

Delisha menganggukan kepalanya. "Baik, Pa."

Delisha mengikuti ke mana perginya sang Papa, ternyata Jonathan membawanya pergi menuju kamar Bella.

"Ada apa, Pa?" tanya Delisha yang penasaran kenapa Jonathan membawanya ke kamar Bella?

"Begini Delisha, Papa mau bicara sama kamu."

"Papa mau bicara apa?"

Jonathan melihat ke arah Delisha dengan wajah yang bimbang. Jonathan berharap bila Delisha mau menggantikan Bella yang sudah kabur. "Nak, Papa benar-benar butuh bantuan kamu. Papa tidak tahu harus berbuat apalagi karena adik kamu Bella sudah kabur."

"Apa, Pa? Bella kabur?" Delisha terperanjat ketika mendengar Bella kabur di hari pernikahannya.

"Ya, Delisha. Papa sendiri begitu bingung. Papa tidak tahu bila Bella memiliki niat untuk kabur, kalau saja Papa bisa menjaga Bella dan mengawasinya lebih ketat lagi, mungkin Bella tak akan kabur seperti ini. Papa hanya punya kamu sekarang, Papa berharap kamu mau untuk menggantikan Bella."

"Apa, Pa? Delisha menggantikan Bella? Tapi, Pa. Bagaimana dengan keluarga pengantin lelaki? Mereka pasti akan merasa tertipu, bila yang berada di pelaminan itu bukan Bella melainkan Delisha."

"Kamu tenang saja, Sayang. Papa sudah bicara dengan mereka dan mereka pun sudah setuju."

"Papa serius? Mereka tak masalah bila Delisha yang menggantikan Bella?"

Jonathan meraih tangan Delisha dengan menepuk-nepuk lengan anaknya. Jonathan sangat berharap penuh kepada Delisha, karena hanya Delisha yang bisa menolongnya saat ini.

"Nak, tolong Papa, hanya kamu yang bisa menolong kehormatan keluarga Wijaya dan Maduswara. Kalau pernikan ini dibatalkan, nama baik keluarga Maduswara pasti hancur, begitu juga dengan perusahaan Papa yang sudah Papa kelola selama ini."

Delisha memandangi wajah Jonathan begitu lekat, ia baru melihat wajah memelas papanya, Delisha tak sanggup bila melihat wajah papanya yang sedih seperti itu.

Delisha menganggukan kepalanya. "Baiklah, Pa. Delisha akan menjadi pengantin pengganti untuk Bella." Delisha terpaksa menerima permintaan dari papanya. Ia hanya tak ingin melihatnya bersedih.

Jonathan tersenyum, ia pun membawa Delisha ke dalam dekapannya. "Terimakasih, Sayang."

***

Di sebuah hotel bintang lima, para tamu sudah mulai hadir menghadiri pernikahan Rey bersama Erlin. Kedua foto Erlin dan Rey yang berukuran besar pun sudah terpampang rapi menghiasi ballroom tersebut.

Mereka hanya tidak tahu, bila sebenarnya pengantin wanita sudah mengkhianati pengantin lelaki dengan berselingkuh di belakangnya. Dan sebenarnya wanita yang menjadi pengantin Rey bukanlah Erlin, melainkan wanita lain keturunan dari Wijaya.

"Nak." Emran menghampiri putranya yang sedang berada di ruangan tempat rias pengantin lelaki. Rey sudah bersiap-siap, ia pun sedang mengenakan masker pada wajahnya.

"Ya, Pa."

"Ini." Emran menyerahkan sebuah kertas kepada Rey.

"Apa ini, Pa?" tanya Rey yang begitu penasaran.

"Kamu hafalkan ijab kabulnya dulu, ya."

"Baik, Pa."

Rey mulai membaca tulisan yang sudah terukir di kertas yang sedang dipegang olehnya. Ia mengernyitkan dahinya ketika melihat nama Bella dicoret dan digantikan dengan nama Delisha.

"Pa, ini apa? Kenapa nama Bella dicoret dan Delisha, siapa dia?" tanya Rey yang begitu bingung.

Emran menepuk pundak Reyhan. "Nak, Bella sudah melarikan diri, sebagai gantinya anak pertama Jonathan yang akan menggantikan Bella."

"Apa? Yang bener saja, Pa?" Rey terperangah mendengar perkataan dari Emran.

"Ini hanya sementara, nanti setelah pernikahan ini selesai, Delisha akan dipulangkan kembali."

Rey tertegun atas perkataan papanya. "Pa, ini adalah sebuah pernikahan bukan lelucon anak kecil."

Reyhan begitu heran atas pemikiran papanya. Mengapa bisa Emran berkata seperti itu?

"Sudah, kamu turuti saja perkataan Papa, yang penting sekarang pernikahan harus terlaksana dulu, masalah selanjutnya nanti akan dibicarakan lagi."

Rey hanya bisa pasrah atas keputusan papanya yang tak masuk akal itu. Baginya pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral dan tidak bisa dipermainkan begitu saja.

Rey hanya bisa menghela napas panjang dan menerima semua ini. Nasib percintaannya begitu sangat buruk. Pertama, ia salah memilih wanita. Kedua, ia sudah dikhianati, dan ketiga, sekarang calon pengantin wanita yang akan menggantikan Erlin malah kabur.

"Sial! Kenapa nasib hidupku begitu buruk? Apakah tidak ada wanita yang mencintaiku dengan tulus? Aku memangnya kurang apa? Aku tampan, aku sudah mapan, dan aku memiliki segalanya, tapi kenapa semua wanita malah mengkhianatiku dan kabur begitu saja?"

"Karma."

Satu kata yang keluar dari mulut Abbas berhasil membuat Rey bungkam.

"Hentikan leluconmu Abbas!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status