Home / Romansa / Istri Pengganti Tuan Muda / Bab 4 : Hari Pernikahan

Share

Bab 4 : Hari Pernikahan

Author: Vanilla_Nilla
last update Last Updated: 2023-07-12 16:25:25

"Hentikan leluconmu Abbas!"

"Hai, kamu jangan marah-marah itu tidak baik bagi kesehatanmu. Hari ini adalah hari pernikahanmu, harusnya kau bahagia bukan? Bukannya marah-marah tak jelas seperti ini."

Rey mengusap kasar wajahnya. Hari ini memang hari pernikahannya, tapi perasaannya sama sekali tidak bahagia. Bagaimana Rey bisa bahagia? Bila ia harus menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai, menyapa saja tak pernah. Apalagi bertemu dan melihat wajahnya.

"Bagaimana aku bisa bahagia Abbas? Coba bayangkan bila kamu sedang berada di posisiku. Apakah kamu juga akan bahagia bila dikhianati oleh seseorang yang kamu cintai? Apalagi ini hari pernikahanku dan aku harus menikah dengan wanita yang sama sekali tak aku cintai, bahkan mengenalnya saja tidak."

"Tenanglah Rey. Aku tahu kamu bisa melalui semua ini. Jangan bersedih, aku yakin kamu pasti akan menemukan bahagiamu nanti. Sekarang kamu bersiap-siaplah dulu, semua tamu undangan sudah hadir, mereka sudah menunggu kedatanganmu sedari tadi."

Abbas menepuk pundak Rey, mencoba menenangkan atasannya. Meskipun Abbas bekerja sebagai sekretaris Rey. Namun, sedari dulu Abbas sudah berteman dengan Rey semasa mereka masih kecil.

"Lalu, bagaimana dengan wanita yang akan menikah denganku? Apakah dia sudah sampai di hotel?"

Abbas melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 09:15. Seharusnya pengantin wanita sudah sampai.

Kaki tangan Jonathan mengabari bila pengantin wanita sudah berangkat pada pukul 09:00. Hanya butuh sekitar waktu 15 menit untuk sampai ke hotel, karena Mansion Wijaya letaknya tak jauh dari hotel ini.

"Seharusnya mereka sudah sampai," kata Abbas.

Rey bangun dari tempat duduknya dengan merapikan kedua ujung jasnya. "Yasudah kalau begitu, kita ke ballroom sekarang."

Abbas mengangguk. "Baiklah."

Rey dan Abbas berjalan menuju ballroom, Abbas mengekor dari arah belakang Rey.

Sesampainya di ballroom, Rey melihat sudah banyak sekali tamu yang datang. Mereka semua tersenyum bahagia melihat ke arah Rey, tak lupa di antara mereka ada yang mengucapkan selamat atas pernikahannya.

"Rey, senyuman lah sedikit," bisik Abbas di telinga Rey.

Abbas melihat wajah Rey yang hanya menampilkan ekspresi yang datar, tidak ada senyum kebahagiaan di raut wajahnya.

Akhirnya, Rey terpaksa menampilkan senyum indahnya ke setiap tamu yang hadir mengucapkan selamat kepadanya.

"Di mana pengantin wanitanya? Kenapa dari tadi belum datang?"

Sedari tadi Emran begitu tak tenang, pengantin wanita seharusnya sudah sampai sekarang. Akan tetapi, Emran sama sekali belum melihat kehadiran Jonathan sedari tadi.

'Awas saja Jonathan, bila kamu membohongiku dan bermain-main denganku. Akan aku pastikan perusahaanmu yang akan menanggung akibatnya,' umpat Emran di dalam hatinya.

Emran sudah begitu kesal kepada Jonathan, seharusnya Jonathan tidak mempermainkannya dan mengulur waktu seperti ini.

Emran begitu takut bila Jonathan membohonginya. Apalagi para tamu undangan sudah hadir, mereka semua pun sudah menunggu kedatangan mempelai wanita. Emran akan begitu malu bila pernikahan putranya akan gagal dan seluruh rekan bisnisnya pasti akan menertawakan keluarganya.

Emran menghampiri Abbas. "Abbas, bagaimana ini? Kenapa mempelai wanita belum datang juga?"

"Tuan tenang saja, saya sudah mendapat kabar bila mereka sudah sampai dan pengantin wanita sedang dirias."

Emran menghela napas begitu lega. Akhirnya pengantin wanita sudah sampai, setidaknya pernikahan putranya akan berjalan dengan baik.

Seorang wanita cantik menatap ke arah cermin dengan balutan gaun yang sudah melekat cantik pada tubuhnya, gaun long dress lace off shoulder dengan ekor panjang yang berwarna putih tulang yang memiliki beberapa payet pada lekukan bagian dadanya.

Wajah yang sudah dipoles dengan beberapa rangkaian make-up membuat kecantikannya semakin bertambah. Apalagi dengan warna lipstik yang berwarna merah menyala sudah melekat pada bibirnya.

"Aku tidak menyangka hari adalah hari pernikahan aku, bahkan aku sendiri belum bertemu dengan lelaki yang akan menjadi suamiku nantinya," ujar Delisha bermonolog.

"Nak, apa kamu sudah siap?" tanya Jonathan yang baru sampai ke dalam kamar.

"Sudah, Pa."

"Kamu begitu cantik, Sayang."

"Makasih, Pa."

"Oh iya, jangan lupa pakai veil-nya, ya, biar semua orang tak melihat wajah kamu."

"Baik, Pa."

Delisha mengenakan veil menutupi kepala sampai wajahnya, karena keluarga Maduswara ingin Delisha tak menampakkan wajahnya pada semua tamu yang datang. Dan mereka bisa berpikir kalau yang ada di atas pelaminan itu adalah Erlin.

Delisha berjalan untuk menuju meja akad, semua mata mulai melihat ke arah datangnya pengantin wanita yang sedang berjalan di atas karpet merah.

'Kenapa semua orang menatapku? Aku begitu grogi,' gumam Delisha di dalam hatinya.

Debaran jantung Delisha berdetak hebat di dalam sana, ketika semua mata tertuju pada dirinya. Setelah sampai di meja akad, Delisha duduk bersebelahan dengan lelaki yang akan menjadi suaminya.

Sedari tadi Rey hanya melihat ke arah penghulu, ia tak melihat barang sedetik pun ke arah pengantin wanita yang ada di sampingnya.

'Sialan! Kenapa aku harus menikah dengan wanita yang tak aku cintai?' umpat Rey kesal di dalam hatinya.

Emran meminta agar pak penghulu tersebut tidak menggunakan mikrofon, agar ketika Rey menyebut nama pengantin wanitanya, semua orang tidak mendengarnya begitu jelas.

Emran juga sudah memberitahu semuanya kepada penghulu, bila pernikahan ini hanya pernikahan siri saja. Pak penghulu pun hanya bisa menuruti perkataan Emran, ia pun sudah berjanji akan merahasiakan pernikahan ini.

"Maafkan Papa, Nak. Papa harus mengorbankan kebahagiaan kamu." Jonathan menyeka bulir hangat yang berhasil lolos dari pelupuk matanya. Ia terpaksa menjadikan Delisha sebagai pengantin wanita untuk menggantikan Bella, karena hanya Delisha lah yang bisa menolongnya saat ini.

Setelah ijab kabul terlaksana, semua tamu pun mengucapkan selamat kepada mempelai wanita dan mempelai pria.

Emran bisa bernapas dengan lega karena di antara mereka tak mengenali mempelai wanita, mungkin karena Delisha menutup wajahnya menggunakan veil yang agak tebal. Jadi, semua orang tak dapat melihat wajahnya.

'Huh! Akhirnya pernikahan ini sudah selesai. Aku bisa bernapas dengan lega. Mereka tak curiga bila wanita itu bukan Erlin,' gumam Emran di dalam hatinya.

Ketika para tamu sudah pulang, Rey dan Delisha sudah berada di sebuah kamar hotel. Dulu, Rey memesan hotel ini untuk dirinya dan Erlin. Namun, ternyata rencananya harus gagal karena sebuah pengkhianatan yang diberikan oleh Erlin.

Rey membuka masker yang melekat pada wajahnya, sedari tadi ia begitu sesak, bukan sesak di bagian hidung saja karena minim oksigen yang masuk, tetapi juga dadanya yang begitu teramat sesak. Rey melihat ke arah gadis yang ada di depannya.

"Kamu sudah bisa membuka veil-nya sekarang!" titah Rey menyuruh wanita itu untuk segera membuka veil yang sudah menutup wajahnya.

"Oh, emm ... i-iya." Delisha mulai membuka tutup kain yang menutupi wajahnya.

Tepat ketika wanita itu sudah membuka penutup kainnya, Rey disuguhkan dengan pemandangan yang begitu mengejutkan di depan matanya. Detak jantung Rey seperti berhenti berdetak ketika melihat seseorang yang ada di hadapannya kini.

"Lisa," gumam Rey yang begitu terkejut, ketika melihat masa lalunya, wanita yang sudah ia sia-siakan dulu kini berada tepat di hadapannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 104 : Akhir Cerita

    Delisha yang duduk di dekatnya mengangkat alis, ekspresinya penuh tanda tanya. "Ada apa, Sayang?"Rey memandang Delisha dengan serius. "Ada masalah yang perlu aku selesaikan sekarang juga. Aku harus pergi sebentar."Delisha melihat ke dalam mata Rey, memahami keadaan darurat yang tengah dihadapinya. "Aku akan menemanimu, Rey."Rey mengangguk, setelah menitipkan Gilang kepada Arumi dan Emran dengan cemas di hati, Rey dan Delisha segera menuju mobil mereka. Mereka berkendara dengan cepat menuju rumah sakit, hati mereka dipenuhi kekhawatiran yang begitu mendalam.Rey dan Delisha masih duduk di dalam mobil, perasaan heran dan kebingungannya tergambar jelas di wajah mereka. Delisha memutuskan untuk mengungkapkan pertanyaannya."Rey, bagaimana bisa Erlin dimasukkan ke rumah sakit jiwa?" tanya Delisha dengan perasaan herannya. Suaranya penuh dengan rasa ingin tahu dan kebingungan yang sudah merajainya.Rey mengedikkan bahunya, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan da

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 103 : Penjelasan Singkat

    Delisha tersenyum bahagia saat menaburkan bedak halus pada tubuh mungil Gilang. Bayi kecil itu terlihat begitu tenang, matanya berkilauan dari kebersihan setelah mandi. Udara di ruangan itu terasa hangat dan penuh kasih.Sambil memandang putranya, Delisha mulai memutar dalam benaknya rencana untuk hari ini. Ia ingin membawanya ke taman bermain di dekat Mansion Wijaya, tempat di mana mereka dapat menikmati matahari bersama-sama. Delisha juga berencana untuk mengunjungi toko mainan setelahnya, memberikan Gilang kesempatan untuk memilih mainan kesukaannya.Saat Delisha sibuk dengan Gilang, Rey menyaksikan adegan itu dengan penuh kebahagiaan. Langkahnya pelan melintasi ruangan, dan ia menghampiri Delisha dengan senyum lebar di wajahnya."Kamu selalu begitu hebat, Sayang," ucap Rey dengan lirih. "Gilang sungguh beruntung memiliki ibu sepertimu."Delisha tersenyum dan membalas, "Kita beruntung memiliki dia dalam hidup kita, Rey. Dia membawa begitu banyak kebahagiaan."Rey memeluk Delisha er

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 102 : Permintaan Maaf

    "Maafkan aku, Rey, aku belum siap bertemu dengan kamu. Aku ingin menenangkan pikiranku sejenak," gumam Delisha lirih.Delisha berbalik dari jendela dan melangkah perlahan ke arah tempat tidurnya. Ia mengambil napas dalam-dalam, melihat ke arah putranya yang sedang tertidur pulas.Delisha menatap putranya yang sedang tertidur pulas dengan penuh kasih sayang. Gilang adalah sumber kekuatan dan kebahagiaannya. Meskipun mereka sedang menghadapi masa sulit, kehadiran Gilang selalu memberi mereka alasan untuk tetap kuat.Dengan hati yang penuh harap, Delisha duduk di samping tempat tidur Gilang, mengelus lembut pipinya. "Kamu adalah keajaiban dalam hidup Mama, Nak. Bersamamu, Mama selalu merasa terlindungi."Kemudian, Delisha membiarkan dirinya terlelap di samping putranya. Meskipun pikirannya penuh dengan kekhawatiran, kelembutan napas Gilang membawanya ke dalam alam mimpi yang damai.Sementara itu, Rey menunggu dengan sabar di mobil, memberi Delisha ruang dan waktu yang ia butuhkan. Ia mem

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 101 : Membutuhkan Waktu

    "Papa, Rey!" teriak Arumi tiba-tiba, muncul di dekat mereka dengan wajah yang penuh kepanikan."Kenapa, Ma?" tanya Rey dengan kening terangkat, keheranan jelas terpancar dari wajahnya."Delisha, dia dan Gilang tidak ada di kamar," ujar Arumi dengan napas yang terengah-engah.Rey dan Emran saling pandang, keduanya terkesiap. "Apa?" seru mereka hampir bersamaan, kekhawatiran mencengkam hati mereka.Tanpa membuang waktu, mereka bergegas menuju kamar Delisha. Setelah berada di kamar, mereka melihat kamar itu kosong, tempat tidur yang biasanya digunakan Delisha masih rapi. Tapi ketiadaannya bersama Gilang menimbulkan rasa cemas yang semakin mendalam.Emran mencoba menghubungi Delisha melalui telepon, tapi tak ada jawaban. Tatapan panik mengisi matanya. "Rey, kita harus mencarinya sekarang juga!"Rey mengangguk, tak ada waktu untuk memikirkan segala hal. Mereka berdua keluar dari Mansion dengan langkah cepat, berencana untuk memeriksa setiap tempat yang mungkin menjadi tujuan Delisha.Rey s

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 100 : Kepergian Delisha

    Ruangan kerja Rey dipenuhi dengan suara dari klakson kendaraan dan hiruk pikuk kota yang sibuk. Rey duduk di meja kerjanya, mata terfokus pada tumpukan dokumen dan laporan yang tersebar di sekitarnya. Ia sibuk menyelesaikan tugas-tugasnya, tak menyadari waktu yang berlalu begitu cepat.Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka dengan cepat. Abbas, sekretaris setia Rey, memasuki ruangan dengan napas terengah-engah. Wajahnya tampak pucat dan khawatir."Rey," panggil Abbas dengan suara terbata-bata.Rey mengangkat pandangannya dari dokumen-dokumen di meja. "Ada apa, Abbas?"Abbas menelan ludah, mencoba untuk menemukan kata-kata yang tepat. "Ini penting, Rey. Aku harus memberitahumu sesuatu yang tak bisa kau percayai."Rey menatap Abbas dengan penuh kekhawatiran, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Sebuah desiran rasa cemas melintas di dalam dadanya. "Baik, apa yang terjadi? Tenanglah, Abbas. Katakan dengan tenang. Apa kejadian ini menyangkut orang yang sudah menculik Delisha?"Abbas mengambil

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 99 : Peringatan Tegas

    Malam telah berlanjut dengan langit yang menggelap, menciptakan latar belakang yang terasa bahagia. Rey dan Delisha yang sedang asyik makan malam, mengisi malam mereka dengan tawa dan cerita. Namun, tiba-tiba, mata Delisha tertuju kepada sosok seorang lelaki yang memiliki tubuh gempal. Sorot matanya memancarkan ketakutan yang mendalam.Rey, yang merasa curiga melihat ekspresi istrinya yang sudah berubah, segera bertanya dengan khawatir. "Sayang ada apa?" tanyanya dengan nada cemas.Delisha menelan ludah, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. "Rey, le-lelaki itu yang dulu telah menculikku," ujar Delisha bergumam begitu lirih.Rey merasa detak jantungnya berdegup kencang mendengar pengakuan itu. Dia langsung menoleh ke arah sosok lelaki yang ditunjuk oleh istrinya. Lelaki itu memiliki tubuh yang berisi dan kepala botak. Wajahnya terlihat kusam, dan tatapannya kosong.Delisha gemetar, ingatan akan masa lalunya yang traumatis mulai kembali menghantui dirinya. Dia merasa pusing dan ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status