Share

Bab 4 : Hari Pernikahan

"Hentikan leluconmu Abbas!"

"Hai, kamu jangan marah-marah itu tidak baik bagi kesehatanmu. Hari ini adalah hari pernikahanmu, harusnya kau bahagia bukan? Bukannya marah-marah tak jelas seperti ini."

Rey mengusap kasar wajahnya. Hari ini memang hari pernikahannya, tapi perasaannya sama sekali tidak bahagia. Bagaimana Rey bisa bahagia? Bila ia harus menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai, menyapa saja tak pernah. Apalagi bertemu dan melihat wajahnya.

"Bagaimana aku bisa bahagia Abbas? Coba bayangkan bila kamu sedang berada di posisiku. Apakah kamu juga akan bahagia bila dikhianati oleh seseorang yang kamu cintai? Apalagi ini hari pernikahanku dan aku harus menikah dengan wanita yang sama sekali tak aku cintai, bahkan mengenalnya saja tidak."

"Tenanglah Rey. Aku tahu kamu bisa melalui semua ini. Jangan bersedih, aku yakin kamu pasti akan menemukan bahagiamu nanti. Sekarang kamu bersiap-siaplah dulu, semua tamu undangan sudah hadir, mereka sudah menunggu kedatanganmu sedari tadi."

Abbas menepuk pundak Rey, mencoba menenangkan atasannya. Meskipun Abbas bekerja sebagai sekretaris Rey. Namun, sedari dulu Abbas sudah berteman dengan Rey semasa mereka masih kecil.

"Lalu, bagaimana dengan wanita yang akan menikah denganku? Apakah dia sudah sampai di hotel?"

Abbas melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 09:15. Seharusnya pengantin wanita sudah sampai.

Kaki tangan Jonathan mengabari bila pengantin wanita sudah berangkat pada pukul 09:00. Hanya butuh sekitar waktu 15 menit untuk sampai ke hotel, karena Mansion Wijaya letaknya tak jauh dari hotel ini.

"Seharusnya mereka sudah sampai," kata Abbas.

Rey bangun dari tempat duduknya dengan merapikan kedua ujung jasnya. "Yasudah kalau begitu, kita ke ballroom sekarang."

Abbas mengangguk. "Baiklah."

Rey dan Abbas berjalan menuju ballroom, Abbas mengekor dari arah belakang Rey.

Sesampainya di ballroom, Rey melihat sudah banyak sekali tamu yang datang. Mereka semua tersenyum bahagia melihat ke arah Rey, tak lupa di antara mereka ada yang mengucapkan selamat atas pernikahannya.

"Rey, senyuman lah sedikit," bisik Abbas di telinga Rey.

Abbas melihat wajah Rey yang hanya menampilkan ekspresi yang datar, tidak ada senyum kebahagiaan di raut wajahnya.

Akhirnya, Rey terpaksa menampilkan senyum indahnya ke setiap tamu yang hadir mengucapkan selamat kepadanya.

"Di mana pengantin wanitanya? Kenapa dari tadi belum datang?"

Sedari tadi Emran begitu tak tenang, pengantin wanita seharusnya sudah sampai sekarang. Akan tetapi, Emran sama sekali belum melihat kehadiran Jonathan sedari tadi.

'Awas saja Jonathan, bila kamu membohongiku dan bermain-main denganku. Akan aku pastikan perusahaanmu yang akan menanggung akibatnya,' umpat Emran di dalam hatinya.

Emran sudah begitu kesal kepada Jonathan, seharusnya Jonathan tidak mempermainkannya dan mengulur waktu seperti ini.

Emran begitu takut bila Jonathan membohonginya. Apalagi para tamu undangan sudah hadir, mereka semua pun sudah menunggu kedatangan mempelai wanita. Emran akan begitu malu bila pernikahan putranya akan gagal dan seluruh rekan bisnisnya pasti akan menertawakan keluarganya.

Emran menghampiri Abbas. "Abbas, bagaimana ini? Kenapa mempelai wanita belum datang juga?"

"Tuan tenang saja, saya sudah mendapat kabar bila mereka sudah sampai dan pengantin wanita sedang dirias."

Emran menghela napas begitu lega. Akhirnya pengantin wanita sudah sampai, setidaknya pernikahan putranya akan berjalan dengan baik.

Seorang wanita cantik menatap ke arah cermin dengan balutan gaun yang sudah melekat cantik pada tubuhnya, gaun long dress lace off shoulder dengan ekor panjang yang berwarna putih tulang yang memiliki beberapa payet pada lekukan bagian dadanya.

Wajah yang sudah dipoles dengan beberapa rangkaian make-up membuat kecantikannya semakin bertambah. Apalagi dengan warna lipstik yang berwarna merah menyala sudah melekat pada bibirnya.

"Aku tidak menyangka hari adalah hari pernikahan aku, bahkan aku sendiri belum bertemu dengan lelaki yang akan menjadi suamiku nantinya," ujar Delisha bermonolog.

"Nak, apa kamu sudah siap?" tanya Jonathan yang baru sampai ke dalam kamar.

"Sudah, Pa."

"Kamu begitu cantik, Sayang."

"Makasih, Pa."

"Oh iya, jangan lupa pakai veil-nya, ya, biar semua orang tak melihat wajah kamu."

"Baik, Pa."

Delisha mengenakan veil menutupi kepala sampai wajahnya, karena keluarga Maduswara ingin Delisha tak menampakkan wajahnya pada semua tamu yang datang. Dan mereka bisa berpikir kalau yang ada di atas pelaminan itu adalah Erlin.

Delisha berjalan untuk menuju meja akad, semua mata mulai melihat ke arah datangnya pengantin wanita yang sedang berjalan di atas karpet merah.

'Kenapa semua orang menatapku? Aku begitu grogi,' gumam Delisha di dalam hatinya.

Debaran jantung Delisha berdetak hebat di dalam sana, ketika semua mata tertuju pada dirinya. Setelah sampai di meja akad, Delisha duduk bersebelahan dengan lelaki yang akan menjadi suaminya.

Sedari tadi Rey hanya melihat ke arah penghulu, ia tak melihat barang sedetik pun ke arah pengantin wanita yang ada di sampingnya.

'Sialan! Kenapa aku harus menikah dengan wanita yang tak aku cintai?' umpat Rey kesal di dalam hatinya.

Emran meminta agar pak penghulu tersebut tidak menggunakan mikrofon, agar ketika Rey menyebut nama pengantin wanitanya, semua orang tidak mendengarnya begitu jelas.

Emran juga sudah memberitahu semuanya kepada penghulu, bila pernikahan ini hanya pernikahan siri saja. Pak penghulu pun hanya bisa menuruti perkataan Emran, ia pun sudah berjanji akan merahasiakan pernikahan ini.

"Maafkan Papa, Nak. Papa harus mengorbankan kebahagiaan kamu." Jonathan menyeka bulir hangat yang berhasil lolos dari pelupuk matanya. Ia terpaksa menjadikan Delisha sebagai pengantin wanita untuk menggantikan Bella, karena hanya Delisha lah yang bisa menolongnya saat ini.

Setelah ijab kabul terlaksana, semua tamu pun mengucapkan selamat kepada mempelai wanita dan mempelai pria.

Emran bisa bernapas dengan lega karena di antara mereka tak mengenali mempelai wanita, mungkin karena Delisha menutup wajahnya menggunakan veil yang agak tebal. Jadi, semua orang tak dapat melihat wajahnya.

'Huh! Akhirnya pernikahan ini sudah selesai. Aku bisa bernapas dengan lega. Mereka tak curiga bila wanita itu bukan Erlin,' gumam Emran di dalam hatinya.

Ketika para tamu sudah pulang, Rey dan Delisha sudah berada di sebuah kamar hotel. Dulu, Rey memesan hotel ini untuk dirinya dan Erlin. Namun, ternyata rencananya harus gagal karena sebuah pengkhianatan yang diberikan oleh Erlin.

Rey membuka masker yang melekat pada wajahnya, sedari tadi ia begitu sesak, bukan sesak di bagian hidung saja karena minim oksigen yang masuk, tetapi juga dadanya yang begitu teramat sesak. Rey melihat ke arah gadis yang ada di depannya.

"Kamu sudah bisa membuka veil-nya sekarang!" titah Rey menyuruh wanita itu untuk segera membuka veil yang sudah menutup wajahnya.

"Oh, emm ... i-iya." Delisha mulai membuka tutup kain yang menutupi wajahnya.

Tepat ketika wanita itu sudah membuka penutup kainnya, Rey disuguhkan dengan pemandangan yang begitu mengejutkan di depan matanya. Detak jantung Rey seperti berhenti berdetak ketika melihat seseorang yang ada di hadapannya kini.

"Lisa," gumam Rey yang begitu terkejut, ketika melihat masa lalunya, wanita yang sudah ia sia-siakan dulu kini berada tepat di hadapannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status