“Pak, Bapak masih di sana, kan?”
Alif menelan ludah sambil mengangguk. Entah kenapa dia merasa sedikit khawatir kini. Bukan mengkhawatirkan keadaan Dira, tapi Alif bingung harus mempertanggung jawabkan tugasnya sebagai suami ke mertua dan orang tuanya jika terjadi sesuatu pada Dira.
“Iya. Biar nanti aku hubungi Dira. Terima kasih atas informasinya, Fir.”
Alif langsung mengakhiri panggilannya. Ia gegas bangkit menyambar jaket dan kunci mobil kemudian berjalan keluar kamar.
Alif berlarian menuruni tangga kemudian berjalan cepat menuju pintu. Namun, langkahnya langsung terhenti saat melihat Dira masuk.
Dira terdiam membisu, berjalan sambil menundukkan kepala melewati Alif. Tampangnya berantakan, rambut acak-acakan, riasannya luntur dan wajahnya sangat muram. Alif mendengkus, menyipitkan mata melihat wanita cantik itu.
“Dari mana kamu?” sergah Alif.
Bukan jawaban yang diberikan Dira, hanya tatapan dingi
“MAURA!!!” seru Alif.Wanita berambut merah dengan penampilan seksi itu tersenyum menyambut Alif. Di tangannya ada sebuah kue ulang tahun dengan beberapa lilin yang menyala.“Ayo ditiup lilinnya, Lif!!” pinta Maura.Alif sebenarnya merasa sangat lelah, tapi dia juga harus menghormati Maura sebagai saudara iparnya. Alif mendekat dan langsung meniupnya.“Terima kasih, ya. Sudah repot ke sini.”Maura tersenyum sambil menggoyangkan tubuhnya dengan gemulai menggoda seperti biasa. Dira yang berdiri di belakang Alif hanya diam memperhatikan. Pantas saja ia merasa mengenal mobil yang terparkir di sana. Itu adalah mobil ayahnya yang digunakan Maura.Kenapa Fabian mau meminjamkan mobilnya ke Maura? Selama ini Fabian tidak pernah meminjamkan barang miliknya yang penuh kenangan, termasuk mobil itu. Mobil itu adalah hadiah dari Luna dan menyimpan banyak kenangan, bahkan Fabian sendiri jarang menggunakannya selain denga
“Eng … Bunda. Aku … aku ---”Dira kehabisan kata-kata dan terkejut saat Widuri tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Apa mungkin Widuri tahu jika dia sedang menguping pembicaraan Alif dan ayahnya?“Bunda tahu, kamu pasti lapar, kan? Tadi kamu melewatkan makan malam.”Tatapan dan senyuman lembut Widuri sontak membuat hati Dira tenang. Kepala wanita cantik berambut coklat itu serta merta mengangguk mengiyakan pertanyaan Widuri. Dira lega saat tahu Widuri tidak membahas keberadaannya di tempat ini.“Kalian di sini?”Suara Emran muncul dari balik pintu. Pria yang masih terlihat tampan di usia hampir kepala enam itu tersenyum menyapa. Ada Alif juga yang sedang berdiri di sana.Suami Dira tidak berkomentar, tapi tatapannya sudah setajam pisau.“Lif, ajak Dira makan. Tadi katamu mau makan juga, kan? Bunda sudah siapkan di meja.”Alif langsung mengangguk kemudian menghampir
Cukup lama Alif menciumnya hingga Dira bisa merasakan kembali kehangatan suaminya. Bibirnya yang membeku serta merta menjadi hangat.Perlahan Alif mengurai pagutannya dan terdiam menatap Dira. Dira tidak bereaksi dan memilih menunduk saja.“Kenapa dia tiba-tiba menciumku? Bukankah tadi ia marah padaku,” batin Dira.Lagi-lagi Dira dibuat bingung dengan ulah Alif sekaligus kalimatnya tadi. Apa mungkin ciuman ini yang dimaksud Alif hadiah?Perlahan Dira mendongak dan tak ayal bertemu dengan mata elang itu. Entah mengapa Dira tidak melihat kemarahan di sana. Memangnya berapa banyak topeng yang dimiliki suaminya sehingga bisa berganti sesuka hati.Tanpa bicara, Alif langsung melepas satu sarung tangannya kemudian memasangkan ke tangan Dira. Dira hanya terdiam dan tidak menolaknya sedikit pun. Sejak tadi ia kedinginan dan tangannya seperti es kali ini.“Ayo pulang!!”Alif langsung bangkit sambil menggenggam tangan Di
“Sial!! Ngapain juga aku percaya kalau dia sudah berubah,” geram Dira.Saking kesalnya Dira terus mengumpat sepanjang jalan. Ia merasa benar-benar bodoh, ternyata benar dugaannya kalau Alif selamanya tidak akan mencintainya.Lalu semua interaksi panas mereka di ranjang hanya semata untuk pelampiasan hasrat saja, tanpa cinta.Helaan napas panjang berulang keluar dari bibir Dira. Ia menghentikan langkah mengedarkan pandangan memperhatikan sekitar.Kemudian Dira menoleh ke belakang. Ia tidak melihat Alif di sana, sepertinya ia berjalan cukup jauh.“Akh … bodo amat. Aku punya mulut, bisa tanya kalau kesasar.”Dira tidak mau ambil pusing dan meneruskan langkahnya. Ia bosan harus mengalah terus. Selain itu Dira juga kesal selalu dituduh ingin mengambil alih posisi Disa. Andai Alif tahu kalau dia sangat tersiksa dengan semua ini.Langkah Dira terhenti saat matanya tertuju pada sebuah kafe. Apalagi aroma kue dan
“Selamat ulang tahun!!!”Suara sorak-sorai dan tepuk tangan memenuhi ruang makan pagi itu. Alif yang baru saja keluar kamar tampak terkejut mendapat kejutan seperti ini.Gara-gara semalam sulit tidur, Alif bangun kesiangan bahkan Dira sengaja tidak membangunkannya untuk melancarkan kejutan yang disusun keluarganya.“Ayo, Lif!! Tiup lilinnya. Make a wish!!”Widuri langsung menyodorkan kue ulang tahun berhiaskan lilin ke arah Alif. Alif hanya tersenyum sambil memperhatikan satu persatu anggota keluarganya. Baru saja ia memejamkan mata hendak berdoa, tiba-tiba sudah terdengar suara celetukan Alisha.“Semoga aku segera menjadi ayah. Semoga aku punya anak kembar yang cantik dan ganteng. Semoga aku --- ““Terus?” Alisha melihat Alif sedang menatapnya dan terlihat kesal.Alisha langsung cengengesan usai melihat kakaknya. Dari dulu dua saudara ini memang paling suka saling menggoda.Alif menarik napas, memejamkan mata kembali. Setelah beberapa saat terdiam, ia membuka mata dan langsung meniup
“Selamat datang pengantin baru!!! Akhirnya bisa juga ketemu ama kakak iparku,” sambut Alisha begitu menjemput Alif dan Dira di bandara.Alif hanya cemberut mendengar ucapan adiknya. Sementara Dira tersenyum meringis mendengarnya.Meski usia Alisha lebih tua dari Dira, tapi karena Dira istri kakaknya Alisha juga menghormati layaknya kakak.“Gimana penerbangannya?” Kini Alisha mengajukan pertanyaan ke Dira.“Lancar, kok. Gak delay.”Alisha mengangguk sambil tersenyum. Gadis berhijab dengan mata bulat itu tampak senang melihat kedatangan Dira dan Alif.“Maaf, Alisha. Aku gak sempat beli oleh-oleh. Mas Alif ngasih tahunya dadakan.”Alisha tersenyum sambil mengibaskan tangan ke udara.“Alah, itu udah biasa. Palingan nanti yang ada dia malah yang minta ganti duit kalau bawain oleh-oleh buat aku. Sudah kamu tenang aja.”Dira hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.