Share

PEMECATAN

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2024-07-27 17:39:45

"Apa! Saya dipecat, Pak?"

Informasi yang disampaikan oleh manajer personalia di perusahaan tempat di mana Noura bekerja, membuatnya terkejut.

"Maafkan aku, Noura. Tapi, ini adalah keputusan dari atas."

"Tapi, apa alasannya? Bukankah sejauh ini kinerja kerja saya baik dan tidak ada yang merugikan pihak perusahaan?"

"Ya, aku tahu. Tapi, apa yang bisa aku lakukan jika pimpinan sudah mengeluarkan perintah ini?"

Lelaki dengan wajah lelah di depan Noura hanya bisa memandang serbasalah. Surat dalam sebuah amplop putih masih tergeletak di atas meja setelah Noura meletakkannya kembali karena kecewa.

"Apa mereka tidak mengatakan apapun pada Anda apa yang mendasari mereka mengeluarkan perintah tersebut?"

"Mereka hanya mengatakan citra buruk stasiun televisi setelah kematian Rachel."

"Kematian Rachel?" Noura mengulang pertanyaan yang direspon anggukan sang manajer.

"Ini mustahil. Jika alasan pemberhentianku karena kematian Rachel, kenapa baru terjadi sekarang setelah lebih dari dua pekan berlalu. Kenapa bukan saat itu juga ketika Rachel meninggal atau saat dimakamkan?"

Tak ada jawaban yang manajer di depan Noura berikan.

"Lagipula, apa kesalahanku sehingga perusahaan menganggap citra stasiun televisi ini buruk pasca kematian Rachel? Setahuku tidak ada berita apapun tentang stasiun TV ini setelah Rachel meninggal. Semua terlihat baik-baik saja. Tak ada wartawan atau media manapun yang meliput tentang perusahaan."

Lagi, sang manajer hanya diam.

"Ini konyol, Pak!" Noura sungguh tak terima atas pemecatan sepihak yang perusahaan lakukan terhadapnya.

"Noura, tolong pahami situasi ini. Tolong mengerti juga posisiku di perusahaan ini. Aku pun tak mau ini terjadi. Aku sudah berusaha dan mencoba meminta mereka supaya tidak memecatmu. Tapi, apalah aku di sini yang cuma seorang bawahan. Mereka bisa melakukan apa saja tanpa harus memiliki alasan untuk memecat siapa saja yang mereka inginkan."

Noura tampak lemas. Kalimat yang diucapkan manajernya jelas menunjukkan bahwa tak ada harapan baginya untuk tetap bertahan. Namun, teringat akan kondisi adiknya, juga kewajibannya sebagai tulang punggung keluarga, membuat Noura berpikir untuk menemui pimpinannya yang sudah memberi surat pemecatan.

"Noura! Kamu mau kemana? Jangan gegabah!" Sang manajer sepertinya tahu apa yang hendak Noura lakukan saat surat pemecatan diambilnya dengan terburu-buru.

Wanita itu tampak tak menghiraukan teriakan sang manajer. Ia terus berjalan melewati koridor menuju sebuah ruangan.

Namun, belum sampai ia di sebuah ruangan di mana hanya orang-orang penting saja yang datang, tiba-tiba muncul sosok suaminya keluar dari ruangan tersebut bersama seseorang yang rencananya hendak Noura temui.

"Dean," lirih Noura tampak shock atas apa yang netranya lihat.

Pengusaha itu menatapnya dingin. Tak ada senyum apalagi sapa yang diucapkan.

"Kalau begitu saya permisi. Sekali lagi terima kasih atas kerja samanya." Dean kemudian berkata seraya menjabat tangan lelaki paruh baya di dekatnya.

"Sama-sama, Tuan Dean. Tak perlu sungkan seperti itu."

Noura melihat ada interaksi yang begitu akrab di antara keduanya. Entah apa hanya pemikirannya saja bahwa antara Dean dan sang atasan memiliki hubungan yang sangat dekat.

Noura masih diam berdiri di tempatnya saat Dean berjalan menghampiri. Saat itu Noura mencoba menatap sang atasan sebelum bicara dengan Dean yang sudah berdiri di depannya. Tapi, lelaki paruh baya itu tampak cuek dan memilih masuk kembali ke ruangannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Noura mulai melewati batasannya.

"Itu bukan urusanmu," jawab Dean datar tanpa melihat wajah istrinya itu.

Noura merasa kesal atas ucapan dan sikap Dean yang sama sekali tidak pernah berubah. Tapi, anehnya ia melihat ada ketertarikan yang tampak di wajah Dean saat melihat amplop putih di tangannya.

"Akhirnya kau banyak waktu untuk menjalankan tugas-tugasmu di rumah."

Mendengar ucapan Dean membuat Noura merasa yakin jika suaminya itu adalah dalang di balik pemecatannya tersebut.

"Kenapa? Kenapa kamu melakukan ini?" Noura menatap Dean kesal.

"Tidak ada alasan kenapa aku melakukan hal ini. Aku hanya tidak suka melihatmu bertindak seenaknya."

Noura mengerutkan kedua alisnya, bingung. "Tindakan aku yang mana yang menurutmu seenaknya? Apakah karena aku pulang terlambat beberapa hari yang lalu?"

"Menurutmu?" Dean balik bertanya.

Sejenak Noura terdiam, lalu, "Aku cuma sekali terlambat pulang dan kamu langsung membuatku berhenti dari pekerjaanku?"

Kali ini Dean menatap Noura. Masih tanpa ekspresi lelaki itu mendekatkan wajahnya agar bisa berbicara pelan dengan tujuan supaya tidak ada orang lain yang mendengar perdebatan mereka.

"Rachel juga terlambat pulang, tapi bahkan ia tak pernah kembali lagi untuk selamanya, dan itu karena kau."

Perkataan Dean sontak membuat Noura terkejut. Lagi-lagi Dean menghubungkan kematian Rachel dengan kehidupan yang Noura jalani.

"Kenapa kamu menghubungkan kematian Noura dengan kejadian ini? Ini sangat tidak masuk akal."

"Masuk akal katamu? Lantas, apakah masih masuk akal ketika seorang pembunuh sepertimu masih bisa menjalani kehidupan yang normal?"

"Dean, aku bukan pembunuh!" teriak Noura seketika membuat beberapa orang karyawan menatap ke arah mereka.

"Wah! Sepertinya kamu bangga jika orang-orang mendengar siapa dirimu." Dean berkata sinis.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Noura. Dean bisa melihat kekesalan yang istrinya tunjukkan, dan itu membuatnya senang.

"Kalau tak ada lagi urusanmu di sini, mungkin kau bisa bergegas pulang dan kembali memakai seragam pelayanmu," ucap Dean berdiri dengan sikap angkuh yang tak pernah hilang.

Noura hanya diam ketika Dean pergi meninggalkannya. Di ujung lift, tampak dua orang pengawal yang selalu setia menemani suaminya itu.

'Kamu jahat, Dean!' batin Noura nyeri. 'Sekarang apa yang harus aku lakukan?' gumamnya seketika teringat akan pembicaraannya bersama Harry beberapa waktu lalu.

**

"Banyak tugas kuliahku yang membutuhkan banyak uang. Juga pengobatan Adlin yang tidak sedikit, membuatku berpikir apakah aku harus menunda kuliahku dulu."

Sore itu ketika Noura datang ke rumah, rupanya ada curhatan yang ingin Harry sampaikan.

"Jangan berhenti kuliah, Harry. Kuliahmu hanya tinggal beberapa semester lagi. Sayang kalau berhenti di tengah jalan."

"Gak berhenti, Kak. Hanya menunda."

"Ya, Kaka tahu. Tapi, jika kuliahmu cepat selesai, semakin cepat kamu membantu Kaka."

Harry mungkin berpikir hal yang sama seperti apa yang Noura katakan, tapi demi mengingat biaya kuliah yang tidak sedikit juga pendapatan sang ibu yang tidak bisa diandalkan, membuat pemuda itu berpikir untuk menunda kuliahnya sementara.

"Aku bisa mencari kerja dulu, Kak. Nanti aku bisa lanjut lagi kuliahnya."

"Mau kerja apa dengan mengandalkan ijazah SMA?"

"Ya, apa saja."

"Gak! Pokoknya kamu gak perlu memikirkan hal macam-macam. Fokus belajar saja. Untuk urusan biaya kuliah dan pengobatan Adlin, Kaka masih sanggup. Kaka masih bekerja dan berpenghasilan. Kalian gak perlu khawatirkan hal itu."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Walaupun status sebagai suami tetapi beratnya tanggung jawab seorang wanita yang menghidupi keluarga harus dipatahkan dipecat dari kerja
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Pengganti yang Tak Dicintai    AKHIR BAHAGIA UNTUK SEMUA

    Meski awalnya Dean menolak, pada akhirnya ia menyetujui permintaan Mat yang menginginkannya untuk menjadi bagian dari panitia pernikahannya. Ia membantu Mat dengan menjadi panitia penyambutan para tamu undangan dari keluarga dan kawan bisnis. "Sayang, apa kamu sudah siap?" Dean bertanya pada istrinya yang masih sibuk berdandan. "Sudah. Ini tinggal pakai lipstik saja.""Lama sekali," sahut Dean yang sejak pagi merasakan dadanya berdebar. "Ya ampun, aku cuma pakai bedak dan lipstik saja disebut lama. Lalu, yang sejak tadi subuh bolak balik ke kamar mandi siapa. Sampai aku mau mandi saja tidak kebagian.""Haha, maafkan aku, Sayang. Tapi, aku sendiri tidak mengerti kenapa aku hatiku tak tenang begini. Aku mulas tapi tidak mau buang air. Noura tersenyum, memasukkan lipstik ke dalam tas. " Mungkin karena kamu bahagia. Sahabatmu akan menikah. Menempuh hidup baru dengan wanita yang dicintainya.""Mungkin," sahut Dean terdiam. Tapi, sedetik kemudian ia tersenyum dan menatap Noura seolah me

  • Istri Pengganti yang Tak Dicintai    MENIKMATI KEHIDUPAN BARU

    Setelah pulih dari cedera, Dean kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Dia dan Noura memutuskan untuk memulai hidup baru, meninggalkan kenangan pahit di belakang.Setelah rumah mereka terbakar, Dean kemudian memboyong semua orang ke istana miliknya yang lain. Sebuah rumah yang tak kalah besar dan mewahnya yang terletak di pinggiran kota, yang selama ini memang ia siapkan untuk istri dan anaknya. Di sana terdapat taman yang indah dan pemandangan alam yang menenangkan. Noura pun mulai mengatur rumah baru mereka, sementara Dean kembali bekerja."Dokter berpesan agar kamu tidak terlalu memporsir kegiatanmu di kantor. Tubuhmu masih pemulihan, Dean. Jadi, menurutku lebih baik kamu serahkan sementara pekerjaanmu kepada Steven," ucap Noura di satu malam. "Iya, Sayang. Aku mengerti. Sebelum kamu mengatakan hal itu, aku sudah menyerahkan tugas dan beberapa tanggung jawabku kepadanya." Dean tersenyum menatap sang istri. "Hem, baguslah. Aku bisa tenang sekarang."Mendengar kata tenang, seket

  • Istri Pengganti yang Tak Dicintai    KESEMBUHAN DAN KEHILANGAN

    Komandan mendekati mobil dengan hati-hati. "Alvin, jangan buat keadaan semakin buruk. Lepaskan senjata dan keluarlah!"Alvin menjawab, "Kami tidak akan menyerah! Kita memiliki rencana cadangan!"Renee tiba-tiba muncul di jendela mobil dengan senjata di tangan. "Kita tidak takut mati!"Komandan tetap tenang. "Jangan lakukan kebodohan, Nona. Kita bisa menyelesaikan ini dengan tenang."Renee berteriak, "Tidak ada jalan keluar! Kami akan mati di sini!"Tiba-tiba, benda kecil di telinga sang komandan bersuara. "Komandan, kami siap menembak."Komandan menggelengkan kepala. "Tunggu, kita harus menyelamatkan nyawa mereka."Penembak jitu yang sudah bersiap di posisi, menahan tembakan sebab belum mendapat persetujuan. "Letakkan senjata kalian, lalu angkat kedua tangan ke atas kepala." Komandan kembali bicara pada Alvin dan Renee, mencoba menggunakan cara baik-baik dibanding cara tegas yang bisa saja mereka lakukan sejak awal penyergapan. Alvin dan Renee saling menatap, ragu-ragu. Alvin berbis

  • Istri Pengganti yang Tak Dicintai    TAK MAU MENYERAH

    Dean dibawa ke ruang operasi. Noura menunggu dengan cemas di luar, memanjatkan doa.Stevens meminta pada timnya untuk membantu pihak kepolisian. "Tangkap Renee dan Alvin sekarang juga! Kita harus membuat mereka membayar apa yang sudah diperbuatnya."Sementara itu, dokter memimpin tim medis untuk menyelamatkan Dean. Tak pernah Noura sangka jika suaminya mengalami keadaan yang lumayan kritis. Padahal tadi Dean masih sempat menggendong Zayn dan menggenggam tangannya. Bahkan, ketika sampai di rumah sakit, Dean sempat marah saat mengetahui bahwa semua yang terjadi adalah ulah Renee dan Alvin. Noura berdoa, "Ya Tuhan, selamatkan Dean."Kali ini giliran Noura yang harus merasakan ketegangan sebab menunggu suaminya berjuang di meja operasi. Bersama ibunya, Noura menggendong bayinya di depan ruangan. Sang ibu yang juga sempat mendapatkan perawatan medis karena luka lecet di lengannya, terus memberi semangat pada sang putri. "Yang bisa kita lakukan hanya berdo'a. Seperti juga Dean yang berdo

  • Istri Pengganti yang Tak Dicintai    PELARIAN

    Renee tersenyum sinis. "Aku sudah mempersiapkan segalanya. Dean dan Noura tidak akan selamat lagi."Steven dan polisi saling menatap khawatir. Mereka harus bertindak cepat."Tunggu, Renee! Jangan lakukan hal bodoh!" teriak Steven.Renee tertawa. "Terlambat! Aku sudah memicu bom di rumah Dean. Mereka akan mati!"Semua orang terkejut. Polisi segera menghubungi tim bomb disposal.Dean dan Noura, yang tidak menyadari bahaya, berada di rumah. Tiba-tiba, alarm berbunyi."Apa itu?" tanya Noura khawatir.Dean memeriksa sistem keamanan. "Ada bom di rumah kita!"Mereka berdua panik. Dean dan Noura berlari keluar rumah, mencari tempat aman. Mereka mendengar suara bom menghitung mundur."Kita harus segera pergi dari sini!" teriak Dean. Semua penghuni keluar dari rumah. Mereka cemas dan takut jika sampai bom meledak sebelum dapat keluar. Noura menggenggam tangan Dean erat. "Aku takut!"Sedangkan Dean terlihat menggendong bayinya di tangan yang lain. Ibu Noura mengikuti dari belakang. Suara bom

  • Istri Pengganti yang Tak Dicintai    MASIH PENYERGAPAN

    Steven segera menghubungi Dean dan memberitahu tentang hasil penggeledahan."Apa kata polisi?" tanya Dean."Mereka menemukan bukti tambahan, tapi Renee tidak ditemukan di rumah keluarganya," jawab Steven."Apa maksudnya?" tanya Dean penasaran."Renee bersembunyi di tempat lain. Kami harus mencari lagi," kata Steven serius."Apakah kalian menemukan petunjuk?""Ya, dan sekarang kami sedang meluncur ke sana.""Baiklah, Steven. Lanjutkan! Aku terus menunggu perkembangan kalian.""Siap, Tuan. Nanti saya akan hubungi lagi."Setelah itu panggilan kembali berakhir. Dean yang tengah mengambil air minum di ruang makan, memilih duduk sebelum kembali ke atas. "Renee, kenapa kamu melakukan ini?" tanya Dean seolah ada perempuan itu di depannya. Renee Abigail Willow adalah anak kedua dari pasangan Federick dan Vivian Willow. Ia adalah saudara kembar Rachel Willow —mantan tunangan Dean, yang cantik dan populer. Renee kecil sudah merasa kesal karena kerap dibandingkan dengan Rachel dan merasa tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status