Nadya terbangun akibat Bastian mengelus pipi sementara suhu tangannya terasa dingin. Nadya terperajat cukup kaget karena Bastian sudah ada dihadapannya dengan suhu tangan dingin menyerap kulit.
“Tuan, kau sudah datang?” Tanya Nadya ia mulai merapihkan rambut yang terlihat kusut lalu kembali duduk.Bastian hanya tersenyum kecil ia masih duduk akan tetapi memasang wajah bingung membuatnya sulit untuk menerima semua permasalahan yang ia hadapi.“Kenapa kamu bangun, dan kenapa kamu tidur di sofa?” Tanya Bastian menatap.“Emm… saya ketiduran karena sejak tadi saya menunggumu pulang, Tuan. Di sini hanya saya sendiri semua orang tidak ada termasuk pembantu sudah pulang.” Jawab Nadya.“Ini masih jam 3 kamu kembali tidur,” titah Bastian.“Tuan, biar saya seduhkan teh hangat untukmu kau terlihat lelah dan tanganmu sangat dingin.” Nadya beranjak dari tempat duduknya kemudian ia pergi keluar kamar untuk membuatkan teh hangat.BastiSerly langsung pergi meninggalkan mereka semua, hatinya sangat sakit kala Arga membahas perusahaan yang Baskoro miliki. Dirinya tidak menyangka bahwa Arga akan membahasnya di malam pertama setelah Baskoro meninggal dunia membuatnya sangat kesal dan marah. Akan tetapi dia tidak bisa menunjukan kekesalannya mengingat Baskoro juga sangat menyayangi Arga. Simbok segera membawa Aren masuk ke dalam kamar kemudian Nadya juga menyusul Serly. Dirinya ingin menenangkan mertuanya karena ia sangat tahu bahwa Serly sangat sedih atas pertengkaran mereka berdua.“Sudah puas melihat Mamah terluka karena ucapanmu!” Bastian mengepal geram ke arah Arga.Kini di ruangan itu hanya ada Arga dan Bastian berdua, keduanya saling menatap satu sama lain.“Maafkan aku, mungkin ucapanku telah melukai hati dan perasaan Tante, tapi percayalah Bastian aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa berkata seperti itu. Asal kamu tahu bahwa saya di desak harus berbicara seperti ini diha
Suasana menyelimuti rumah duka Bastian dan semua para tamu pelayad lainnya telah menunggu kedatangan jenazah Baskoro. Dari London Britania Raya ke Jakarta sekitar 6 jam lebih cepat, setelah semua menunggu Baskoro akhirnya tiba di Ibu Kota Jakarta. Bastian terlihat sangat terpukul atas kepergian Baskoro, banyak penyesalan yang telah diperbuat membuatnya sangat sedih sekali. Serly dan yang lainnya tiba di rumah duka mereka di sambut oleh tangisan yang mengiris hati, di dunia ini orang yang paling terpukul atas kepergian Baskoro ialah Serly. Anak semata wayang itu harus kehilangan orang tuanya untuk yang kedua kali, setelah beberapa tahun silam kehilangan Ibunya sekarang Serly kehilangan sang Ayah. Dirinya masih tidak percaya padahal kemarin malam mereka masih menikmati liburannya akan tetapi Baskoro mendadak serangan jantung yang di mana Baskoro harus di larikan ke rumah sakit dan di masukkan ke ruang ICU.Kedua matanya sembab karena sepanjang perjalanan S
Bastian terdiam dia menatap layar ponsel dengan seksama dan membaca secara berulang-ulang, kedua tangannya bergetar hebat. Jantungnya berdegup lebih cepat. Serly memberitahukan bahwa Baskoro kritis sekarang dia tengah menjalani perawatan di ruang ICU rumah sakit London. Bastian sangat kaget dan cemas dia khawatir dengan kondisi Baskoro yang saat ini tidak sadarkan diri.“Bagaimana mungkin.” Batinnya menolak, tangannya mengusap wajar gusar membawa perasaan tak menentu.Bastian bergegas merapihkan diri lalu ia melihat jam di tangan menunjukan pukul dua dini hari, Bastian tidak mau menjadi seorang cucu durhaka dia harus menemui Baskoro. Bastian langsung menoleh ke arah Nadya dia sangat bingung sekali bagaimana bisa dirinya meninggalkan Nadya seorang diri di Indonesia sementara wanita ini tengah mengalami trauma berat.Drrtt!Dering ponsel membuyarkan lamunan Bastian ia segera mengangkat sambungan telephone dan segera menjauh dari kamar. Bastian pergi
“Tolong jangan lakukan, saya mohon.” Nadya memohon supaya pria itu tidak mencelakainya. Namun, Arga tertawa lepas dia menekan kuat pisau pada leher Nadya. “Tolong jangan lakukan… saya mohon jangan lakukan…” Bastian yang baru saja masuk ke dalam kamar melihat Nadya tengah berbicara dengan kedua mata tertutup. Kepalanya ke kanan dan ke kiri membuat Bastian terheran-heran, ia segera menghampirinya lalu melihat wajah Nadya begitu pucat dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Bastian duduk di samping ranjang lalu perlahan membangunkan Nadya yang sedari tadi berbicara yang aneh.“Nadya, apa yang terjadi! Kamu bermimpi?” Tanya Bastian dia terus menepuk pipi Nadya dengan lembut. Perlahan Nadya membuka kedua mata lalu melihat ke sekeliling dan segera bangun dari tempat tidurnya ia langsung memeluk tubuh Bastian dengan erat.“Kamu kenapa?” Tanya Bastian ia langsung merangkul tubuh istrinya sambil mengelus-elus punggung.
Malam yang dingin hujan terdengar lebat mengguyur seluruh kota, di luar sana kilat dan petir terus menggelegar. Angin berhembus menembus jendela sampai dinding gorden yang tadinya tertutup sekarang terbuka lebar. Nadya bergegas bangun dia langsung kembali menutup kaca jendela, perasaan takut dan was-was terus menghantui pikirannya. Nadya tidak melihat Bastian ada di kamarnya ia tidak tahu ada di mana suaminya, Nadya mencoba untuk tetap tenang kemudian dirinya berjalan ke arah ranjang untuk kembali tidur.Akan tetapi tiba-tiba saja lampu kamar mendadak mati, suasana di kamar terasa dingin menusuk kulit Nadya tidak melihat apapun karena keadaan mati lampu. Ia mencoba mencari ponsel untuk menyalakan lampu center supaya tidak terlalu gelap.“Tuan, kamu di mana?!” Nadya memanggil Bastian akan tetapi tidak ada sahutan suasana sangat hening mencekam. Braak!Di saat Nadya mendapatkan ponselnya pintu terbuka lebar, seseorang di sana te
Satu minggu kemudian.Hari ini Nadya tengah menyiapkan makan malam untuk Bastian dan Arga ia sengaja memasak untuk mereka berdua karena satu minggu ini dirinya melihat Bastian dan Arga terlihat sangat sibuk sekali.Dirinya bisa membuat rendang, sambal lalaban dan kerupuk, seperti yang mamahnya dulu ajarkan, Nadya berharap Bastian menyukai menu makan malamnya mengingat Bastian jarang sekali memakan makanan berat seperti ini.Akan tetapi ada sesuatu hal yang menarik perhatiannya, Nadya baru saja menyiapkan sajian makan malam dia ingin memberi kabar kepada suaminya di mana Bastian masih berada di dalam kamar dia tengah membersihkan diri.Perlahan kaki ia langkahkan menaiki anak tangga kemudian kedua matanya menoleh ke arah kiri di mana di sana terdapat ruang kerja Bastian terbuka sedikit. Langkah kaki ia hentikan kemudian Nadya membalikan tubuhnya untuk melihat siapa yang ada di dalam sana sementara Bastian masih berada di dalam kamar.