Share

Bab 1. Siuman

Author: Faiz bellzz
last update Last Updated: 2023-01-28 19:40:21

"Udah selesai, Indah? Nanti, pulangnya kita jalan, yuk!"

Mendengar ucapan temannya, Indah yang sedang mengerjakan sesuatu menegakkan kepala sambil mengerutkan dahi. "Kamu lupa kalau kita harus lembur, Si?"

"Ck! Aku lupa kalau harus lembur," keluh Rosi.

Indah menggeleng kecil mendengar penuturan teman kantornya yang pelupa itu.

"Dulu, kita jarang lembur. Tapi, setelah perusahaan dipegang Pak Zulfi, semua jadi kacau! Kita dipaksa lembur dengan upah yang enggak sesuai. Keluar pun, harus bayar penalti dengan jumlah yang enggak wajar,” gerutu Rosi, “Pak Bara kapan siuman, sih? Pertolongan pertamanya gak telat, kan?"

Deg!

 

Indah sontak teringat dengan kecelakaan bosnya satu bulan lalu. Bayangan wajah Bara yang berlumuran darah kembali membuat perasaan Indah tidak tenang. Seandainya, dia dapat memberikan pertolongan lebih cepat, apakah Bara dapat lebih cepat pulih?

 

“Dah? Indah?!” panggil Rosi yang menyadari temannya itu tampak terdiam.

"E–eh? Ada apa? Sorry gak denger, Si." Indah menyahut gugup.

“Itu, loh. Pak Bara kapan sadar, ya?” gerutu temannya, “Rasanya, pengen  keluar aja kalau enggak butuh."

“Hahaha, iya." Indah tertawa garing mendengar ucapan Rosi, “Semoga Pak Bara lekas pulih, ya.”

"Hemm, aku harap begitu."

Indah tersenyum simpul untuk menutupi perasannya yang gamang. Pernyataan temannya itu menghantui Indah. Kembali ia berandai bisa lebih cepat menolong Bara, apakah situasi ini tidak akan terjadi?

Diam-diam tangan Indah tampak mengepal–khawatir.

"Ini kenapa pada kumpul begini? Rosi, ayo kembali ke meja kerja kamu!"

Sebuah teguran dari Ibu Nani, selaku kepala divisi administrasi membuat Rosi ngacir ke mejanya. Sementara pikiran Indah tentang Bara membuyar. Meski begitu, ia tetap merasa khawatir.

******

 

"Bara!"

 

Teriakan panik memenuhi ruangan VVIP rumah sakit  begitu Dona melihat pergerakan tangan sang putra. Segera, Dona menekan tombol yang ada di sisi brankar untuk memanggil dokter. Sambil menunggu, perasaan gamang memenuhi wanita paruh baya itu.

 

"Bara, ayo bangun, Nak!" lirih Dona berkali-kali berharap putranya dapat mendengar. Air mata mulai menggenang memikirkan putranya yang tak kunjung sadar. Dona bahkan terus menerus memencet tombol darurat.

 

Seiringan dengan itu, perlahan, kelopak mata Bara bergerak seirama. Hingga akhirnya, benar-benar terbuka dengan sempurna. Dona yang sadar kejadian itu terkesiap, sontak ia mencium tangan Bara beberapa kali.

"Bara, akhirnya kamu bangun."

Semua terjadi begitu cepat setelahnya. Dokter yang dipanggil tampak berlari menuju ruangan–membuat Dona mau tidak mau harus menyingkir agar dokter dapat memeriksa keadaan Bara. Cukup lama menunggu, akhirnya dokter tersebut selesai juga.

"Bagaimana, Dok?" tanya Dona dengan perasaan cemas juga penuh harap.

"Mohon maaf, Bu. Seperti yang Anda tahu, pasien mengalami benturan yang cukup keras. Dan hal itu membuat pasien mengalami hilang ingatan sesuai dengan analisis kami sebelumnya."

"Apa?!" Dona menatap dokter di hadapannya dengan tatapan tidak percaya.

 

"Untuk amnesia apa yang dialami pasien, kami akan melakukan pemeriksaan lebih mendetail."

Tubuh Dona langsung lemas seketika. Bagaimana bisa, anaknya mengalami amnesia? Sungguh, Dona belum bisa menerima kenyataan tersebut.

Perlahan kaki yang terasa lemas itu melangkah menghampiri Bara yang menatapnya dengan sorot mata kosong. Meski rapuh, Dona tetap berusaha tersenyum di depan Bara.

 

"Bara," panggilnya saat ia sudah berdiri di samping brankar.

"Bara?" Bara mengulangi ucapan Dona.

"Hemm, nama kamu Bara. Bara Chandra, dan aku adalah Mama kamu."

"Mama?" ucap Bara kembali mengulangi ucapan Dona.

Dona mengangguk. “Benar. Kamu anakku," ujar Dona mencoba memberi pengertian kepada Bara yang benar-benar melupakannya

Meski perih ketika anaknya tidak mengingat dirinya, Dona berusaha tegar. Setidaknya, dia bersyukur karena Bara masih selamat dari maut.

Penuturan Dona sontak membuat Bara pusing dan menghela nafas panjang. Dia berusaha mengingat tentang dirinya, tetapi nihil. Bara sama sekali tidak mengingat apa pun.

Hal itu pun tak lepas dari pengawasan Dona. “Bara?”

"Maaf, Ma. Aku benar-benar tidak mengingat apa pun."

Dona mengangguk paham. "Tidak apa-apa. Jangan dipaksakan, kamu baru saja sadar dari koma."

"Eemm, karena sudah sadar. Bolehkah aku pulang?"

Dona menggeleng. "Kita tunggu Dokter periksa kondisimu dulu, ya?"

 

Bara seketika mendengus kesal. Ia tidak nyaman berada di rumah sakit. Bau-bau alkohol, obat, dan antiseptik begitu mengganggunya. 

"Sabar. Kita akan pulang setelah memastikan kondisimu baik-baik saja.” Dona mencoba memberi pengertian.

“Hmmm,” gumam Bara pelan. Namun, pikirannya melayang jauh.

Ketika ia mencoba mengingat kembali, hanya suara perempuan yang tidak ia kenal terus memenuhi pikirannya. 'Pak! Jangan tidur. Usahakan tetap bangun!'

"Siapa dia?" gumam Bara lirih. Sayang, semakin dia berusaha mengingat, kepalanya semakin sakit. "Arrgh!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 111. Maafkan aku

    “Mohon maaf, Pak, tapi keinginan Anda tidak bisa saya lakukan,” ujar Dokter Kristi yang membuat Bara murka.“Kenapa tidak bisa? Bukankah teknologi semakin maju!” “Itu karena akan membahayakan janin dan ibunya, Pak. Terlebih dengan kondisi Nona Indah yang kurang baik.” Dokter Kristi mencoba memberi pengertian agar Bara tidak memaksakan kehendak.“Aku tidak peduli! Lakukan atau karirmu hancur,” cetus Bara membuat Dokter Kristi ketakutan.Bagaimanapun bagi Bara akan mudah menghancurkan karirnya. “Pak, tolong pertimbangkan kembali,” ujarnya mulai goyah. “Tidak, keputusanku sudah bulat!”Mendengar perdebatan suaminya dengan Dokter Kristi membuat Indah kecewa. Perempuan yang sejak tadi hanya diam itu bangkit membuat Bara dan Dokter Kristi langsung menoleh ke arahnya. “Mau ke mana kamu?” tanya Bara.“Sudah cukup, Mas. Kalau memang kamu tidak mempercayai aku hamil anakmu tidak apa-apa. Anggap saja aku memang melakukan seperti apa yang kamu pikirkan, Mas.” Terang saja ucapan Indah memancing

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 110. Buktikan!

    Berita tentang Mawar dan Zulfi yang dibawa oleh polisi sudah menyebar di kalangan karyawan dan kolega bisnis Bara, termasuk kedua orang tuanya. Karena itulah kini Bara dimintai Roki untuk datang ke rumahnya.“Apa yang sebenarnya terjadi? Coba jelaskan,” pinta Riko dan Diana.Tidak langsung menjawab, Bara lantas mengembuskan napas dengan kasar terlebih dahulu. “Sebenarnya ingatanku sudah kembali,” ujar Bara membuat kedua orang tuanya kaget bukan main.“Jadi kamu sudah mengingat semuanya, Bara?”“Iya, Mam.” “Lalu kenapa tidak menceritakannya kepada kami?” Roki menuntut penjelasan lebih.“Karena aku ingin mengungkap lebih dulu pelaku dibalik kecelakaan yang kualami.”“Artinya kamu kembali bersama Mawar itu juga bagian dari rencana?” “Iya, Pap.” Bara mengangguk membenarkan membuat Roki mengusap wajahnya kasar. “Kamu keterlaluan, Bara!”Bentakan dari Roki membuat Bara terkejut. Ia pikir pria paruh baya itu akan senang karena ingatannya sudah kembali.“Keterlaluan bagaimana?” “Kamu sud

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 109. Tangkap dia

    Bara pulang dalam keadaan mabuk parah, membuat Indah yang sedang terlelap tersentak ketika tiba-tiba Bara menjatuhkan diri di sampingnya. “Mas, Bara,” ucap Indah lantas bangkit.Bau menyengat yang menguar dari tubuh Bara membuat Indah mual. Meski begitu, Indah tetap membantu Bara melepaskan sepatu juga jas yang masih melekat di tubuh tegap suaminya. “Kenapa senang sekali minum minuman terlarang?” gumam Indah.*** Mata setajam elang itu mengerjap beberapa kali hingga akhirnya dibuka dengan sempurna. Bara mengedarkan pandangannya dan mendapati jika dirinya sudah berada di kamar. Ia bangkit sambil memegang kepalanya yang terasa pening. “Mas, Bara,” ucap Indah yang baru saja masuk kamar.Bara lantas menoleh sebentar lalu membuang muka ketika ingatannya kembali pada saat kemarin ia mendapati Indah di mushola bersama Dirga. “Kau, dari mana kemarin?” tanyanya.Pria itu sudah tidak tahan lagi dengan praduganya selama ini. Pria itu menatap Indah nyalang. Membuat Indah menelan ludahnya kasar

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 108. Di balik wajah lugu

    Bara mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyalip kendaraan lain yang sekiranya menghalangi jalan bagi dirinya. Pria itu bahkan mengabaikan protes yang dilakukan oleh pengguna jalan lain. Tidak peduli klaksonan atau pun umpatan yang terdengar. Dalam pikirannya ia hanya ingin melampiaskan kekesalannya karena Indah dengan tega melakukan hal tercela di kantor dengan pria lain. Sungguh, pria itu tidak menyangka jika Indah sampai hati melakukan hal tersebut. Padahal ia pernah berpikir jika perempuan yang menjadi penyelamat hidupnya merupakan perempuan baik-baik. “Haha … hahaha ….” Pria itu tertawa seperti kesetanan. Ia merasa bodoh karena berhasil dibodohi oleh wajah polos Indah. Ternyata di balik wajah lugu Indah tersimpan sebuah kenyataan yang membuat Bara tidak habis pikir. Bagaimana bisa? Hanya itu yang ada dalam benak Bara sekarang. Pertanyaan mengenai Indah yang bisa-bisanya malah melakukan hal seperti itu terus berputar di pikiran Bara. Sampai pria itu tidak sadar ji

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 107. Kejam

    Bara yang berjalan tergesa tentu menjadi pusat perhatian semua orang. Meski begitu tidak ada yang berani bertanya atau sekedar menyapa. Semuanya memilih menyingkir–memberikan jalan untuk pria tersebut. Sampai akhirnya Bara tiba di ruangannya. Dengan keras ia membuka pintu kemudian menutupnya kembali. Sehingga Mawar yang berniat masuk untuk menyusul pun mengurungkan niat kala ia akan masuk, tetapi pintu dengan keras tertutup. Wanita itu hanya mampu berdiri mematung sambil memegang dadanya dengan kedua tangan. Sementara matanya melebar dengan napas yang terengah akibat berlari menyusul Bara. Dengan kasar ia mendengus kemudian berbalik–berniat ke meja kerjanya. Namun, Mawar malah dikagetkan dengan kehadiran Zulfi yang sudah ada di belakangnya entah sejak kapan. “Sepertinya ada hal penting yang sedang dilakukan Pak Bara,” ujar Zulfi yang dibalas delikan oleh Mawar. “Hemm, aku tau! Tapi entah apa itu. Bisakah kamu menyeledikinya?” Permintaan itu ditanggapi Zulfi dengan mengangkat satu

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 106. Sean

    Tiba di rumah Indah lantas turun dari mobil setelah membayar ongkosnya. Perempuan itu berjalan dengan langkah gontai menuju gerbang yang menjulang tinggi. Tidak perlu banyak bicara, penjaga rumah pun sudah mengetahui jika Indah adalah nyonya di rumah tersebut. Sehingga dengan sedikit keheranan karena tidak biasanya Indah pulang sangat cepat pun membukakan gerbang. “Siang, Nyonya,” sapa Pak satpam yang berjaga. Dengan seulas senyum yang sangat tipis Indah membalas sapaan satpam tersebut. Bukan karena ia tidak ramah, tetapi ia yang lelah membuat Indah ingin segera tiba di kamar. Setelahnya Indah masuk rumah kemudian menaiki anak tangga untuk tiba di kamar.Begitu tiba, Indah membuka kerudung yang sejak tadi menutupi kepalanya. Lantas setelahnya ia merebahkan diri di atas ranjang. Meringkuk sambil menutup tubuhnya dengan selimut. Sementara di tempat lain, Bara sedang melakukan pertemuan dengan lawan bisnisnya di salah satu restoran. Mereka melakukannya di sana sekalian untuk makan sia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status