Share

Bab 234

Author: kamiya san
last update Last Updated: 2025-05-12 14:35:49

Erick kembali setengah jam setelah adzan ashar berkumandang. Mendatangi nomor kamar yang sudah Dimas katakan di dalam pesannya. Berniat menjemput tiga orang penghuni kamar untuk segera dibawanya kembali ke daratan Kota Kuala Lumpur sebab hari menjelang petang.

“Biar aku yang gendong Irgi, Osa. Kita harus sedikit cepat!” ucap Erick saat akan meninggalkan penginapan. Namun, Irgi menolak benar-benar niat baiknya. Kepalanya justru disembunyikan pada dada ibu.

“Dimas…!” Erick menyebut Dimas penuh maksud.

Yang ditegur paham dan segera mengulur tangan pada Irgi. Tidak mengecewakan, kali ini bocah gendut itu langsung menyambut. Erick menghela napas, ada rasa tidak puas yang harus dihempas. Merasa penasaran yang dirinya terus ditolak oleh bayi sekecil itu.

Mereka kembali menginjakkan kaki di bangunan pabrik teh. Erick berjalan cepat paling depan menuju tangga luar di pabrik. Menyadari suara Osara sayup terdengar dengan lelaki yang jauh di belakangnya. Dia berbalik badan dengan cepat d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
kamiya san
love you! !
goodnovel comment avatar
Sri Kamiaty
jodohin sama erick aja dong..... erick kykny uda jatoh hati sama osara....lnjut yg bnyak ya thanks
goodnovel comment avatar
kamiya san
Kak, gass...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Perawan Disangka Janda   Ban 235

    Dua belas bulan kemudian. Osara sedang menyusui Irgi di rumah Amira. Bocil gendut berusia dua tahun kurang beberapa hari itu mengantuk tetapi belum tidur juga meski sudah lama menyusu. Justru ibunya yang terantuk-kantuk ingin tidur tetapi bertahan membuka mata. “Ayo makan dulu!” Amira menyembul di pintu. “Anakku belum tidur, Mir…,” sahut Osara lirih sambil memberi kode agar Amira tak berisik. “Tidurkan dulu, kutunggu!” seru Amira dengan suara kecil. Osara mengangguk sambil tersenyum. Memandang menghilangnya pemilik rumah di balik pintu. Enam bulan belakangan, Amira rajin menjemput Osara dan Irgi untuk dibawa ke rumahnya. Amira kembali putus cinta dengan lelaki yang terlanjur disayangi segenap jiwa. Merasa membawa Irgi yang lucu bersama ibunya sangat memberi hiburan dan tentu tulis padanya. “Sudah lelap?” sambut Amira saat Osara masuk ke ruang makan dan duduk di meja makan berhadapan dengannya. Janda muda itu mengangguk. “Habis makan kita timbang ya, Ra. Sudah tiga hari k

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 234

    Erick kembali setengah jam setelah adzan ashar berkumandang. Mendatangi nomor kamar yang sudah Dimas katakan di dalam pesannya. Berniat menjemput tiga orang penghuni kamar untuk segera dibawanya kembali ke daratan Kota Kuala Lumpur sebab hari menjelang petang. “Biar aku yang gendong Irgi, Osa. Kita harus sedikit cepat!” ucap Erick saat akan meninggalkan penginapan. Namun, Irgi menolak benar-benar niat baiknya. Kepalanya justru disembunyikan pada dada ibu. “Dimas…!” Erick menyebut Dimas penuh maksud. Yang ditegur paham dan segera mengulur tangan pada Irgi. Tidak mengecewakan, kali ini bocah gendut itu langsung menyambut. Erick menghela napas, ada rasa tidak puas yang harus dihempas. Merasa penasaran yang dirinya terus ditolak oleh bayi sekecil itu. Mereka kembali menginjakkan kaki di bangunan pabrik teh. Erick berjalan cepat paling depan menuju tangga luar di pabrik. Menyadari suara Osara sayup terdengar dengan lelaki yang jauh di belakangnya. Dia berbalik badan dengan cepat d

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 233

    Erick yang masih memegang lengan Osara jadi serba salah dan bingung. Apalagi tangis wanita yang faktanya memang kurus itu tidak reda. Merasa diri sungguh jahat telah membuat menangis. Tiba-tiba tangan kecil tipis vitu dia lebaskan. "Kumohon hentikan tangismu lah, Osa." Erick memohon dengan perasaan frustasi. "Ah, Pak Erick! Tidak sopan!" Hardik Osara sambil mendorong perut Erick yang tiba-tiba merapat dan kemungkinan akan memeluk. Tidak menunggu reaksi Erick, Osara turun tangga dengan cepat. Erick yang kian bingung, menyusul dengan langkah panjang. Untung saja sangat sepi dan tidak ada orang. Berbagai tuduhan bisa didapat jika ada yang melihat. Erick malas berurusan dengan orang. ____Erick merasa lega. Ibu muda itu sudah tersenyum-senyum lagi setelah berjumpa dengan Irgi. Kini mereka sudah makan siang dalam satu meja. Osara terdiam meski Erick terus-terusan mengisi piring miliknya sesuka hati. Menahan sedih yang kelakuan itu mengingatkannya pada almarhum suami. Bedanya, kala i

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 232

    Erick terus membawa Osara meniti tangga arah turun. Anak tangga yang lebar, panjang dan tidak tinggi antara satu dengan yang lain membuat rasa aman dilangkahi. Sudah dua lantai terlewati dengan satu lagi akan berakhir tetapi Dimas dan Irgi belum juga terlihat. “Mereka menunggu di lantai satu.” Erick berkata yang mengerti perasaan Osara. Tangan yang dibawa terasa berat dengan orangnya menoleh ke sana sini mancari-cari. Pasti mencari Irgi. “Oh, benarkah?” sahut Osara sangat lega. Kini berjalan cepat lagi dan bahkan Ericklah yang kini seperti diseretnya. “Eh, kenapa?” Osara heran saat Erick menahan tangannya tiba-tiba hingga langkahnya terhenti. “Aku ingin bicara sebentar,” ucap Erick sambil menatap wajah tirus dengan mata yang bersih. Mungkin kebanyakan menangis hingga sangat bening seperti dicuci. “Aku merasa free tanpa urusan saat berniat membawa kalian jalan-jalan. Tetapi aku bukan pegawai yang kerja tidak kerja masih saja bisa gajian. Keuanganku ditentukan sendiri oleh kem

  • Istri Perawan Disangka Janda   Ban 231

    Osara hanya melihat helikopter dari tangga tanpa bisa melihat siapa orang yang datang bersamanya. Berpikir bukan urusannya dan siapa pun itu tidak masalah, maka dia melanjutkan selangkah lagi. Berjalan cepat mendekati heli untuk naik ke atas mengambil tas. “Hei, Osara!” Suara besar lelaki menyerukan namanya agak jauh dari belakang. Osara bahkan belum memijak lingkaran helipad. Jadi urung melangkahkan kakinya. “Benarkah kamu Osara?!” seruan besar itu kembali terdengar dan lebih mendekat. Osara buru-buru berbalik untuk tahu. Terkejut setengah mati. Lebih tepatnya takut sepenuh hati. Kenapa lelaki itu tiba-tiba ada dan di mana Erick? Jantung Osara telah berdetak kencang. “Osara? Ya, kau Osara! Kenapa jadi sekurus ini? Suamimu sudah lama tidak ada. Tidak mungkin sebab itu kau begitu kurus. Apa kau sakit, Rara?” tanya lelaki itu dengan pandangan redup yang iba. Mengamati perempuan di depannya dari ujung rambut hingga pucuk kaki. Osara tidak bisa berkata-kata. Kakinya gemet

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 230

    Perasaan gugup, takut, waswas dengan hati berdebar keras dan jantung berdetak kencang perlahan menghilang seiring membumbung tinggi helikopter. Tenang, santai dan halus tanpa sedikit pun oleng, Erick sangat lihai menerbangkannya. Osara seperti mimpi yang tiba-tiba menaiki heli bersama Irgi hari ini. Berputar jauh dan melintasi kota Kuala Lumpur yang indah menakjubkan dan sangat menyenangkan. Irgi berkedip-kedp bingung dengan apa yang dia rasa dan dia lihat. Sepanjang perjalanan, Osara terus menjelaskan pada Irgi tentang segala hal mengikuti ekspresi yang terbaca di wajah anaknya. “Bagaimana, Gi? Asyik gak?!” seru Dimas sambil terkekeh. Merasa lucu melihat mimik dan ekspresi Irgi yang berubah-ubah dengan cepat. Kadang tegang, santai, senyum, menahan tangis juga menahan napas. “Dia terheran-heran, Mas!” Osara tersenyum lebar-lebar memandang Dimas dan Irgi. Erick melirik di kaca dan tersenyum. Merasa lega, usahanya untuk menyenangkan ibu dan anak di tahun pertama kebersamaan mer

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 229

    Memandang wanita cantik itu, Osara merasa tidak asing. Yakin pernah melihatnya. Tetapi, kembali tidak pasti di mana melihatnya. Coba keras diingat-ingat pun tetap saja tanpa hasil. Jika dipikir terus, justru akan sakit kepalanya. Langkah wanita itu terhenti sebab Dimas menahannya. Meski terlihat sebal, tetapi diam di tempat juga dengan tatapannya yang sengit. “Ada apa lagi, Dimaaasss…,” ucapnya kesal sembari mundur. Asisten lelaki itu terlalu maju menghadang hingga seperti saling rapat saja terlihat. Tampak sekali jika Dimas kurang menghargainya. “Kali ini nggak boleh ikut, Mbak. Sebab ini penerbangan khusus. Hadiah Pak Erick untuk ulang tahun keponakannya itu. Harap mengerti dan ngasih kesempatan ya, Mbak.” Dimas menunjuk Irgi yang dalam gendongan ibunya. Wanita itu menoleh. Memicing mata pada Osara dan anaknya. Lalu berjalan mendekati. “Kurasa Erick tidak punya saudara seperti dia. Seingatku adiknya Erick sangat cantik….” Wanita itu bicara pelan tetapi tidak mengenakkan di

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 228

    Pagi secerah ini, Osara terlihat cantik. Meski masih disayangkan bodi kerempengnya yang terus bertahan semenjak kematian suaminya. Mama Azizah memandang dan tersenyum sambil menyimpan rasa sedih. “Sudah siap? Kamu sangat mempesona dengan baju itu, Nak. Jika kamu mau gemuk sedikit saja, akan sempurna kecantikanmu. Kayak Osara yang dulu.” Mama Azizah menatap redup anak angkatnya. “Ah, Ma. Jangan menyanjung ku. Aku tidak terpikir lagi menjadi cantik.” Osara menyahut datar. Merasa pujian mamanya sekadar menyemangati hari ini. Wanita itu sangat antusias dirinya pergi naik heli dengan Dimas. Diam-diam berharap lelaki itu berminat pada putrinya yang janda. Sedang perasaan Osara terhadap lelaki sudah seperti mati rasa. Mama Azizah menhempas napas sambil menggeleng dan berdecak. Padahal, pujiannya bukan berlebihan. Osara memang sangat cantik dengan tubuh berisi yang body goals. Tetapi itu dulu, dalam ingatannya…. Sekarang, ibu muda itu terlalu kurus dengan pipi kelewat tirus. Mata pun

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 227

    Dua belas bulan kemudian. Tahun pertama perayaan birthday anak lelaki Osara berlangsung sederhana. Membeli sebuah kue tart dan dua belas nasi ayam plus dua belas kotak Donat JCO dengan alamat di sebuah taman bermain anak-anak di lantai dua puluh satu Gedung Kembar Petronas dalam kawasan KLCC (Kuala Lumpur City Centre). Lilin berbentuk angka satu yang tadi menyala kini padam oleh tiupan kecil dari lelaki mungil berbadan tebal, Irgio Dhandy, anak lelaki Osara yang gemuk dan tampan. Dua belas nasi dan dua belas kotak donat juga sukses dibagi-bagi. Anak-anak yang berkunjung di sana hari itu, tidak peduli dari keluarga biasa atau kaya raya, terlihat sangat gembira dan senang hati menerima pembagian nasi dan donat dengan gratis. . Tart yang tidak habis dimakan sekeluarga, yakni Papa Handy, Mama Azizah serta dua adik Osara, dibagikan juga pada anak-anak di sana yang berminat. “Sebentar, Nak. Tinggal sepotong lagi….” Osara membujuk anaknya yang rewel minta pergi. Sedang irisan tart

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status