Share

Istri Pesanan CEO
Istri Pesanan CEO
Author: Zizara Geoveldy

Istri Pesanan

last update Last Updated: 2024-12-11 20:14:50

Kanya memandang ke sekelilingnya dengan tatapan bingung. Kamar besar tempatnya berada sekarang adalah tempat yang sangat asing baginya. Tadi ia baru saja dibawa ke sini setelah menjalani serangkaian prosesi pernikahan yang digelar secara tertutup.

Kanya tidak mengenal siapa suaminya. Ia hanya tahu bahwa lelaki itu adalah pemilik perkebunan tempat orang tuanya bekerja. Raven namanya.

Kanya terpaksa menikah dengan Raven demi melunasi hutang orang tuanya yang sudah menggunung. Bahkan rumah tempat tinggalnya yang dijadikan agunan terancam akan disita jika mereka masih tidak membayar hutang itu.

Raven bersedia membantu melunasi semua hutang orang tua Kanya dengan syarat Kanya mau menikah dan menjadi istrinya.

Awalnya Kanya menolak. Namun, setelah perperangan batin yang sangat hebat, ia pun bersedia. Semua demi menyelamatkan orang tua dan adik-adiknya yang masih kecil.

Suara pintu yang dibuka membuyarkan lamunan Kanya. Ia sontak berdiri dari duduk ketika mengetahui Ravenlah yang masuk.

Raven mengamati dengan ekor matanya. Kanya terlihat gugup. Selain itu perempuan tersebut juga sangat sopan. Selama beberapa hari sebelum menikah Raven sudah mengamati tingkah dan gerak-gerik Kanya. Perempuan itu tidak berbuat yang aneh-aneh. Dia normal dan begitu lugu.

Demi mengklaim warisan dari orang tuanya, Raven harus memiliki anak. Raven meminta bawahannya untuk mencarikan seorang perempuan guna dijadikan sebagai istri. Saat foto Kanya disodorkan padanya, Raven langsung terpikat. Perempuan itu cantik, masih muda dan tampak sehat meski penampilannya apa adanya.

Sementara Raven mengamatinya, Kanya berdiri sambil menundukkan kepala dengan tangan saling menggenggam di depan perutnya.

Raven berjalan mendekat. Setiap langkah kakinya membuat bulu kuduk Kanya berdiri. Raven tidak banyak bicara, akan tetapi aura dingin pria itu begitu kuat, membuat Kanya sedikit ketakutan.

Dan kini jarak mereka hanya beberapa senti. 

Kanya gemetar ketika tiba-tiba Raven mengulurkan tangan lalu mengangkat dagu Kanya dengan ujung telunjuknya hingga muka mereka bertatapan.

“Jangan takut, saya suami kamu,” ucap Raven pelan.

“Iya, Pak,” jawab Kanya lebih pelan. Semula Kanya mengira jika suaminya adalah seorang pria tua seumuran ayahnya. Dugaan Kanya salah besar. Raven adalah pria gagah dan kharismatik yang umurnya hanya selisih lima tahun di atas Kanya. Raven juga terlihat seperti pria baik-baik dan tidak banyak tingkah.

Begitu mengetahui betapa ‘sempurna’ sosok suaminya, Kanya menanam harapan bahwa pernikahan ini akan membuatnya bahagia. Kanya yakin Raven akan memperlakukannya dengan baik dan menjaganya sepanjang hidup.

“Dan mulai sekarang jangan panggil saya bapak, nama saya Raven.” Lelaki itu menyambung perkataannya.

Kanya diam sesaat. Memanggil Raven tanpa embel apapun, apa itu sopan?

“Apa kamu mengerti apa yang saya katakan?” Raven menanyakannya lantaran Kanya tidak merespon.

“Saya mengerti.” Jawaban lirih terlontar dari bibir Kanya. 

“Bagus. Dan sebagai seorang istri apa kamu tahu apa saja kewajiban kamu?”

Kanya menggigit bibir. Sebelum menikah ia memang sudah mendapat wejangan dari petugas pernikahan tentang hak dan kewajiban serta tata cara kehidupan berumah tangga.

“Apa kamu tahu apa kewajiban kamu?” Raven mengulangi pertanyaannya.

“Tahu, Pak, eh, Raven.” Lidah Kanya terasa kelu kala menyebut nama itu.

“Jadi kamu siap untuk melaksanakannya sekarang?”

Detak jantung Kanya seketika menghentak dengan sangat kencang. Apakah yang Raven maksudkan adalah mengenai hubungan badan? Kanya bergidik membayangkannya. Alih-alih akan melakukan hubungan intim, ia malah belum pernah disentuh sekali pun oleh laki-laki.

“Bagaimana? Apa kamu sudah siap?” Suara Raven terdengar lebih tegas.

“Si- siap …” Berbeda dengan Raven, Kanya terdengar gemetar. Ia takut. Sekilas yang ia dengar dari cerita teman-temannya, malam pertama setelah menikah sangatlah menyakitkan bagi wanita. Bahkan ada yang mengatakan hal itu membuat kesulitan berjalan sampai berhari-hari. Semoga saja cerita itu tidak benar.

Raven meletakkan kedua tangannya di atas pundak Kanya. Lalu dibalikkannya tubuh perempuan itu membelakanginya. Dengan perlahan ia menurunkan zipper dress Kanya hingga terlepas dan menumpuk di kaki perempuan itu. Satu demi satu penutup tubuh mulai terlepas dari badan Kanya hingga ia benar-benar polos tanpa pelapis apa-apa.

Raven tertegun. Inilah mahakarya pencipta paling sempurna yang pernah ditemuinya. Kanya begitu indah meski dilihat dari belakang. Tubuhnya berlekuk di mana-mana. Raven berharap Kanya akan memberikan anak secepatnya. Tempo hari sebelum menikahi perempuan itu Raven sudah membawanya untuk pemeriksaan kesehatan reproduksi. Dan ahli medis menyatakan bahwa Kanya dan dirinya sama-sama sehat serta siap untuk memiliki keturunan. Apalagi saat ini Kanya sedang berada di masa-masa subur. Perempuan itu baru saja selesai menstruasi. Jadi Raven pikir mereka tidak butuh waktu yang lama untuk memiliki keturuanan.

Jantung Kanya bertalu-talu. Ia menundukkan kepala, malu pada Raven dan dirinya sendiri dalam keadaan tanpa busana begini. Ia meremang ketika pundaknya dicium dari belakang. Bibir dingin Raven yang bersentuhan dengan kulitnya membuat Kanya merasakan sensasi indah yang ia tidak tahu apa namanya.

Dalam hitungan detik kecupan lelaki itu menjalar ke lehernya, sedang kedua tangannya melingkari Kanya dengan begitu erat. Kanya merasakan tungkainya lemas. Rasa geli, nikmat dan sedikit asing membuatnya melayang. 

Kanya melangkah patuh ketika Raven menggandeng ke ranjang lalu membaringkan tubuhnya di sana. Pipinya merona malu ketika menyadari pria itu juga tidak berpakaian sama sepertinya.

Raven mulai menjamah. Bibir pria itu menyapu mili demi mili permukaan kulitnya. Hingga … sesuatu yang asing terasa ingin memasukinya dan membuat Kanya terdesak.

Kanya memejamkan mata sambil menggigit bibir. Ia mengerang pelan. Raven berhasil menembusnya. Sebagian dari pria itu kini berada di dalam Kanya.

Mereka menyatu …

Beberapa jam kemudian saat Kanya membuka mata ternyata semua sudah berakhir. Tidak ada Raven di sebelahnya. Yang ada hanya sakit di bagian organ kewanitaan serta bercak darah di atas sprei.

Kanya langsung duduk setelah menyadari sesuatu. Tadi ia ketiduran setelah bercinta dengan Raven. Dan ia tidak tahu kapan laki-laki itu pergi. Terakhir yang berhasil ia ingat adalah ketika Raven melabuhkan kecupan lembut di keningnya sebelum mengangkat tubuh.

Menyingkap selimut, Kanya baru tahu tidak selapis pun kain menutupinya kecuali selembar selimut putih tadi. Ia buru-buru mengenakan pakaiannya. Gerakannya tidak seleluasa biasa lantaran perih di pangkal pahanya.

Suara deheman lalu terdengar. Seketika Kanya merasa lega ketika tahu itu Raven. Laki-laki itu masih di sana.

“Sekarang siap-siap, mandi dan pakai baju ini.” Raven memberi paper bag pada Kanya.

“Kita mau ke mana?” tanya Kanya ingin tahu.

“Nanti kamu akan tahu sendiri.”

Kanya terdiam dan tidak lagi bertanya. Namun satu pertanyaan mengganjal di kepalanya yang langsung ia suarakan.

“Kalau begitu boleh saya tahu kenapa orang tua saya tidak datang saat kita menikah? Atau mereka baru akan datang besok?”

Raven tak langsung memberi jawaban. Ia menatap Kanya lekat dan dekat. 

“Mereka tidak akan pernah datang,” jawabnya datar.

“Kenapa? Apa ibu dan bapak saya sakit?” Kanya jadi cemas.

“Karena saya sudah membeli kamu dari mereka. Mulai saat itu kamu menjadi milik saya. Kamu tidak punya hubungan lagi dengan mereka dan tidak boleh lagi berhubungan.”

Kanya terkejut. Suara dingin Raven terdengar seperti halilintar di telinganya. Langit seperti akan jatuh menimpanya mendengar pengakuan pria itu.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pesanan CEO   Happy Ending

    Raven termangu sekian lama sambil memandang nanar cincin yang diberikan Kanya langsung ke telapak tangannya.“Nggak bisa begitu, Nya. Kamu nggak bisa membatalkan pernikahan kita hanya karena Qiandra terbukti sebagai anak Davva. Kita sudah merencanakan semua ini dengan matang. Undangan sudah dicetak, gedung sudah di-booking, belum lagi yang lainnya,” tukas Raven tidak terima. Ini bukan hanya semata-mata perihal persiapan pernikahan, melainkan tentang perasaannya pada Kanya. Ia tidak rela melepas Kanya justru setelah perempuan itu berada di genggamannya.“Rav, mengertilah, aku nggak bisa,” jawab Kanya putus asa. Entah bagaimana lagi caranya menjelaskan pada Raven bahwa dirinya benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan mereka.“Kamu minta aku untuk mengerti kamu, tapi apa kamu mengerti aku? Alasan kamu nggak jelas. Kenapa baru sekarang kamu bilang nggak bisa menikah denganku? Kenapa bukan dari sebelum-sebelumnya? Kenapa setelah kedatangan Davva? Semua ini terlalu lucu untuk disebut hany

  • Istri Pesanan CEO   Cinta Saja Tidak Cukup

    Waktu saat ini menunjukkan pukul satu malam waktu Indonesia bagian barat, tapi tidak sepicing pun Kanya mampu memejamkan matanya. Adegan demi adegan tadi siang terus membayang. Saat ia bertemu dengan Davva, bicara berdua dari hati ke hati, serta mengungkapkan langsung kegalauannya pada laki-laki itu. Dan Davva dengan begitu bijak menjawab saat Kanya menanyakan apa ia harus memikirkan lagi hubungannya dengan Raven.“Aku rasa aku butuh waktu untuk mengkaji ulang hubungan dengan Raven. Aku nggak mau gagal lagi seperti dulu. Menurut kamu gimana kalau misalnya aku menunda atau membatalkan pernikahan itu?”Davva terlihat kaget mendengar pertanyaan Kanya. Ia memindai raut Kanya dengan seksama demi meyakinkan jika Kanya sungguh-sungguh bertanya padanya. Dan hasilnya adalah Davva melihat keraguan yang begitu kentara di wajah Kanya.“Aku bingung, aku nggak mau gagal lagi.” Kanya mengucapkannya sekali lagi sambil menatap Davva dengan intens.“Follow your heart, Nya. Ikuti apa kata hatimu. Dan ja

  • Istri Pesanan CEO   Kesadaran Yang Menghampiri

    Kanya tersentak ketika mendengar ketukan di depan pintu. Pasti itu Raven yang datang, pikirnya. Beberapa hari ini memang tidak bertemu dengan laki-laki itu. Bukan karena mereka ada masalah, tapi karena Kanya sedang butuh waktu untuk sendiri.Mengayunkan langkah ke depan, Kanya membuka pintu. Tubuhnya membeku seketika begitu mengetahui siapa yang saat ini berdiri tegak di hadapannya. Bukan Raven seperti yang tadi menjadi dugaannya, tapi ...“Dav ...”Davva membalas gumaman Kanya dengan membawa perempuan itu ke dalam pelukannya.“Aku baru tahu semuanya dari Raven. Aku minta maaf karena waktu itu ninggalin kamu. Aku nggak tahu kalau kamu hamil anak kita,” bisik Davva pelan penuh penyesalan.“Kamu nggak salah, Dav, aku yang salah. Aku pikir Qiandra anak Raven,” isak Kanya dalam dekapan laki-laki itu.Kenyataan bahwa Qiandra adalah darah daging Davva membuat Kanya begitu terpukul. Beberapa hari ini ia merenungi diri dan menyesali betapa bodoh dirinya yang tidak tahu mengenai hal tersebut.

  • Istri Pesanan CEO   Pulang

    Davva menegakkan duduknya lalu memfokuskan pendengarannya pada Raven yang menelepon dari benua yang berbeda dengannya.“Sorry, Rav, ini kita lagi membicarakan siapa? Baby girl apa maksudnya?” Davva ingin Raven memperjelas maksud ucapannya. Apa mungkin Raven salah orang? “Ini aku Davva. Kamu yakin yang mau ditelepon Davva aku? Atau mungkin Davva yang lain tapi salah dial?”“Aku nggak salah orang. Hanya ada satu Davva yang berhubungan dengan hidupku dan Kanya, yaitu kamu," tegas Raven.Perasaaan Davva semakin tegang mendengarnya, apalagi mendengar nada serius dari nada suara Raven.“Jadi maksudnya baby girl apa? Kenapa kasih selamat sama aku?” tanya Davva tidak mengerti. Justru seharusnya Davvalah yang menyampaikan ucapan tersebut pada Raven karena dialah yang berada di posisi itu.“Aku tahu semua ini nggak akan cukup kalau hanya disampaikan melalui telepon. Ceritanya panjang. Tapi aku harus bilang sekarang kalau Qiandra adalah anak kandung kamu, Dav. Dia bukan darah dagingku. Hasil tes

  • Istri Pesanan CEO   Karena Darah Lebih Kental Daripada Air

    Kanya mengajak Raven keluar dari ruangan dokter. Mereka tidak mungkin berdebat apalagi sampai bertengkar di sana.“Jawab pertanyaanku, Nya, siapa bapak anak itu?” Raven kembali mendesak setelah mereka tiba di luar.Kanya menggelengkan kepala. Bukan karena tidak tahu, tapi juga akibat syok mendapati kenyataan yang tidak disangka-sangka.“Jadi kamu nggak tahu siapa bapak anak itu? Memangnya berapa banyak lelaki yang meniduri kamu, Nya?” Kanya membuat Raven hampir saja terpancing emosi.“Jangan pernah menuduhkku sembarangan, Rav! Aku bukan perempuan murahan yang akan tidur dengan laki-laki sembarangan! Aku masih punya harga diri,” bantah Kanya membela diri.“Tapi hasil tes itu nggak mungkin berbohong, Kanya!” ucap Raven gregetan. “Ini rumah sakit internasional, tenaga medis di sini juga profesional. Mereka nggak akan mungkin salah menentukan hasil tes. Jangan kamu pikir mamaku yang mengacaukan agar hasilnya berbeda. Ini kehidupan nyata, Kanya, bukan adegan sinetron!”Suara tinggi Raven m

  • Istri Pesanan CEO   Hasil Tes DNA

    “Kanya, aku rasa sudah saatnya kita lakukan tes DNA. Aku nggak mau menunggu lagi. Aku nggak bisa melihat kamu mengurus anak-anak kita sendiri.”Kanya menolehkan kepalanya kala mendengar ucapan Raven.Hari ini baby Qiandra berumur satu bulan. Kanya sudah sejak lama pulang dari rumah sakit. Kondisinya pasca persalinan juga sangat baik.Setelah saat itu Raven datang ke rumah sakit, Davva pergi tiba-tiba. Padahal Raven ingin mengucapkan terima kasih padanya.“Siang ini aku harus pulang ke NY, Nya.” Itu alasan Davva saat Kanya menelepon menanyakan keberadaannya.“Tapi kenapa kamu pergi nggak bilang aku dulu?”“Maaf banget ya, Nya, aku ada panggilan mendadak dan nggak sempat bilang ke kamu.”Setelah hari itu Kanya tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Davva. Davva sibuk dengan pekerjaannya, Kanya juga sedang menikmati hari-harinya memiliki buah hati yang baru.“Kanya! Gimana?” tegur Raven meminta jawaban lantaran Kanya tidak menjawab.“Harus banget ya tes DNA itu?” Kanya masih merasa keber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status