Bab 10 Sakitnya Diabaikan "Mas Dewa ...!"Panggilan Gemi membuyarkan lamunan Sadewa. "Eh ... iya.""Pak Lik Man sudah tiga hari dirawat di rumah sakit karena penyakit paru-parunya kambuh. Tadi Bulik Nur nelpon aku minta dikirimin uang buat nebus obat. Bolehkah aku meminjam uang Mas Dewa satu juta," mohon Gemi. "Kamu jadi orang jangan terlalu baik, Gemi. Kebaikanmu hanya akan dimanfaatkan orang. Almarhumah Ibu sering cerita, semua gajimu selalu diminta sama Pak Likmu. Kamu harus mikirin diri kamu juga." Sadewa berpikir Gemi yang lugu dan polos selalu tidak menyadari sudah diperalat oleh pamannya sendiri."Pak Lik Man satu-satunya saudara yang kupunya, Mas.""Aku nggak ada uang sekarang. Tunggu tiga hari lagi baru gajian." Setelah menyelesaikan sarapan Sadewa langsung berangkat kerja.Hati Gemi sakit. Ia sedang butuh uang, tetapi suaminya tidak mau membantu. Namun, saat Devita yang meminta uang untuk ke salon, Sadewa dengan mudah memberikannya. Gemi mendengar percakapan Devita dan Sa
ISTRI PILIHAN IBUBab 11 Cantik Hati Saja Tak CukupSetelah Sadewa berangkat kerja, Gemi membereskan meja makan bekas sarapan suaminya. Gelas dan piring kotor dibawa ke dapur lalu segera mencucinya. Gadis bermata sendu itu masih sedih dan kecewa dengan penolakan dari Sadewa. Gemi jadi teringat almarhumah Bu Gayatri--ibunya Sadewa--yang baik hati dan selalu siap menolong siapa pun yang membutuhkan bantuannya. Gemi heran, kenapa anak tunggalnya itu tidak menuruni sifat pemurah dari ibunya. Gemi juga teringat dengan almarhumah Mbah Tum--neneknya--yang begitu perhatian dan menyayanginya. Dua orang baik itu cukup baginya sebagai pengganti ibunya yang tak pernah bisa dipeluknya sejak lahir. Hingga saat ini Gemi masih penasaran ingin mengetahui siapa sosok bapaknya yang sebenarnya. Entah saat ini masih hidup atau sudah meninggal. Andai bertemu di jalan pun Gemi tak akan mengenali bapaknya. Di samping rasa kebencian karena merasa diabaikan dan ditelantarkan bapak kandungnya juga ia menyimpa
Bab 12 Bos Sadewa di Kantor Gemi segera meraih ponsel, menempelkan di telinga kirinya lalu mengucapkan salam. Gemi menautkan kedua alisnya, tidak biasanya suaminya menelepon."Gemi, tolong kamu antarkan berkas yang di ada di map biru!" perintah Sadewa tanpa basa-basi."Map birunya ada di mana, Mas?" tanya Gemi masih bingung dan tidak paham perintah Sadewa."Ada di meja kerja kamar saya. Tolong antarkan sekarang juga! Itu berkas laporan penjualan bulan ini. Saya butuh secepatnya. Ada rapat dadakan dengan manager." Setelah berkata Sadewa main langsung menutup telponnya sebelum Gemi sempat menjawabnya. Begitulah Sadewa baik kepada Gemi hanya saat ada butuhnya saja. Gemi geleng-geleng kepala. Gemi lantas bergegas ke kamar Sadewa dan Devita yang tidak dikunci. Baru sepuluh menit yang lalu, dia selesai membersihkan kamar setelah Devita pergi. Setiap hari istri siri Sadewa itu selalu keluar rumah. Pulang sore hari, tetapi seringnya malam hari. Setiap hari Devita pulang dengan tentengan b
ISTRI PILIHAN IBUBab 13 De JavuBurhanuddin selaku Manager Pemasaran PT Buana Aksara--sebuah penerbit buku berskala nasional-- mengumpulkan timnya di divisi pemasaran untuk rapat secara dadakan. Ada tender bernilai milyaran rupiah terkait pengadaan buku sekolah di salah satu wilayah di daerah Sumatera Selatan, tepatnya di Kota Palembang yang terkenal dengan panganan pempek.Sadewa yang menjabat sebagai Kepala Bagian Pemasaran buku sekolah menjadi kelabakan. Laporan penjualan yang sudah selesai dibuatnya tertinggal di rumah. Padahal semalaman ia sampai belain kerja lembur begadang demi menyelesaikan laporan itu. Akan tetapi, malah tertinggal karena bangun kesiangan dan terburu-buru langsung berangkat kerja.Pukul sembilan pagi Devita biasanya masih molor. Ponselnya pun masih belum aktif. Sadewa tidak tahu Devita tumbenan keluar rumah jam sembilan kurang sepuluh menit. Perempuan kota itu tidak pernah berpamitan setiap keluar rumah Karena berpikir Devita masih tidur, Sadewa langsung me
Bab 14 Rahasia Satu jam kemudian rapat usai. Sadewa segera bergegas menuju ke ruangan Pak Burhan, atasannya yang berada di lantai yang sama dengan ruangan rapat. Perasaannya was-was takut kena semprot bosnya itu terkait laporan keuangan yang dibuatnya. Setelah mengetuk pintu, pria tampan itu memasuki ruangan yang cukup luas. Atasannya itu sudah menunggu kedatangan Sadewa. Pak Burhan tengah duduk bersandar di sofa. Sadewa deg-degan takut ada yang salah dengan laporan keuangan yang dibuatnya. Ia sudah menyiapkan mental untuk dimarahi. Bosnya ini killer, tidak segan untuk mengomeli karyawan yang kinerjanya tidak benar."Dewa, siapa perempuan yang menemuimu di ruang rapat tadi?" tanya Pak Burhan langsung pada inti pertanyaannya saat Sadewa baru saja duduk.Sadewa mengerutkan keningnya, merasa heran atasannya tiba-tiba menanyakan Gemi istrinya. Pikirnya mungkin Pak Burhan yang seorang duda menyukai gadis desa itu dan ingin memperistrinya. Sadewa mengeleng, menepis prasangka buruknya. Ras
ISTRI PILIHAN IBUBab 15 Masih BertahanSadewa mendapatkan tugas langsung dari Pak Burhan selaku atasannya untuk menangani tender pengadaan buku sekolah di wilayah Palembang. Sampai akhir pekan ia masih berada di daerah yang terkenal akan sungai Musi dan penganan pempeknya itu.Devita pun pergi dari selepas Zuhur belum kembali. Biasanya istri siri Sadewa itu juga selalu pulang larut malam. Gemi sudah terbiasa sendirian di rumah. Rumah dalam keadaan sepi justru membuatnya merasa nyaman. Devita yang berlagak bossy, apa-apa minta dilayani sering membuat Gemi merasa kesal dan merasa buruk mood-nya.Setelah selesai dengan pekerjaan rumah, Gemi menghabiskan waktu dengan scroll-scroll sosial medianya. Sebuah notifikasi pesan dari sahabat dari kecilnya, Haris terbaca di layar ponselnya.[Lagi ngapain?] [Bosan, sendirian di rumah. Mas Dewa dinas ke Palembang.] Balas Gemi yang kebetulan sedang online.[Aku lagi main ke Jakarta, nih. Habis gajian, mau kutraktir makan yang enak?][Makan apa yang
Bab 16 Masih Berharap Ketika membuka pintu, Gemi terkejut melihat Haris sudah menunggunya di depan pintu pagar, duduk di atas jok sepeda motor matiknya. Haris mengenakan kaus oblong hitam dibagian dalam dan luarnya kemeja lengan panjang hitam bermotif kotak-kotak. "Widih, penampilan kamu keren juga malam ini!" puji Gemi tulus. "Biasa aja." Haris jadi salah tingkah mendapatkan pujian dari perempuan yang masih dicintainya hingga kini."Dah lama nunggu, Ris?" tanya Gemi sudah berdiri di samping motor."Ah ... Nggak. Baru juga sampai." Padahal sudah dua puluh menit Haris menunggu saking semangatnya ingin pergi malam mingguan dengan Gemi. "Nih, helmnya! Mau dipakein?" ledek Haris."Nggak, Bisa sendiri." Haris mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang, memberikan kesempatan bagi Gemi untuk menikmati pemandangan di sepanjang jalan yang mereka lewati. Sesekali Haris memberitahu nama jalan yang mereka lewati. Gemi menikmati keramaian ibukota di akhir pekan. Gadis desa itu memand
ISTRI PILIHAN IBUBab 17 Rahasia Terungkap Berwisata malam dengan Haris berkeliling ibukota Jakarta membuat pikiran Gemi menjadi lebih segar, layaknya baterei yang baru diisi lagi dayanya. Healing membuat mood-nya membaik.Sebelum pukul sepuluh malam Gemi sudah kembali ke rumah sesuai izin yang diberikan suaminya. Kelelahan membuat gadis desa itu lekas tertidur setelah membersihkan badan. Dalam keadaan lelah Gemi masih sempat mengoleskan night cream pemberian Haris ke seluruh wajah. Noda hitam bekas jerawat sudah mulai tersamarkan meski sepenuhnya belum menghilang. Wajahnya sudah terlihat lebih cerah. Semua butuh proses, ada waktunya. Tidak ada yang instan kecuali mie.Pukul tiga dini hari Gemi terbiasa bangun untuk melakukan Sholat Tahajud. Kebiasaan yang sudah dilakukannya sejak masih duduk di bangku sekolah. Mbah Tum--neneknya--meski sudah renta masih rajin sholat malam. Gemi mengikuti kebiasaan baik dari simbahnya itu.Setelah mengucap salam, menengok ke kanan dan ke kiri, Gemi