Share

Bab 3

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-19 17:16:00

"Alah kamu ini lama-lama seperti istri mu ya Fik. Sekarang selalu membantah apa kata Ibu. Awas durhaka dan kualat kamu."

"Aku tidak durhaka Bu. Masalahnya ibu menyuruh ku untuk sesuatu yang tidak bisa ku turuti."

"Apa susahnya sih Fik, kamu tinggal menikah saja. Beruntung kamu dapet si Indah dia rela jadi istri kedua, masih muda, cantik dan baik lagi."

Tidak pernah terbayangkan olehku sampai memiliki ibu mertua seperti ini. Apa dosaku sehingga ujianku seberat ini. Air mataku rasanya tidak tahan lagi ku bendung. Kalau biasanya aku bisa berusaha kuat dan tegar, tapi aku juga tetap wanita biasa yang mempunyai sisi lemah, jika batin dan mentalnya di serang terus-terusan.

Rasanya aku lelah setiap hari selalu ada keributan antara ibu dan anak atau mertua dan menantu. Sunggu tidak ada kehangatan di keluarga ini.

Apa memang Mas Fikri bukan jodohku. Kenapa rasanya seberat ini ya Allah. Bahkan usia pernikahan ku baru satu bulan, tapi aku benar-benar tidak kuat jika setiap hari harus mendengar ibu mertua ku memaksa suamiku untuk menikah lagi. Aku hanya bisa menangis dan mengadukan semuanya pada Yang Maha Kuasa.

"Assalamualaikum," ucap salam dari Mas Fikri.

Aku yang masih berbalut mukena menghampiri dan mencium punggung tangannya. Aku tidak mampu menatap wajahnya, sebab aku tidak mau dia melihatku habis menangis. Namun sepertinya dia sadar, dan menahan tanganku.

"Aku mau buatkan Mas minum,"lirihku mencoba melepaskan tangannya.

"Tunggu sebentar," Mas Fikri mengangkat daguku sehingga dia bisa menatap wajah ku

"Kamu habis menangis?" tanyanya lembut ,mengusap sisa air mata yang masih mengembun di pelupuk mata.

Sentuhan lembut itu, semakin membuatku larut dalam kesedihan. Mas Fikri menarikku dalam pelukannya, hingga tangisku pecah kembali di pelukannya.

"Tidak apa-apa menangis lah, kamu perlu meluapkan segalanya,"

Dengan lembut Mas Fikri mengusap kepala dan punggungku, berusaha menenangkanku. Sangat hangat dan sangat menenangkan. Perlakuan seperti ini semakin membuat aku takut, jika aku benar-benar akan kehilangan Mas Fikri.

"Jangan menangis lagi ya. Aku semakin merasa bersalah jika melihat kamu menangis seperti ini."

"Aku takut Mas."

"Apa yang kamu takutkan."

"Aku takut jika benar-benar aku tidak bisa memiliki anak, dan kamu harus menikah lagi."

Sstt... Mas Fikri menempel jari telunjuknya ke depan bibirku.

"Jangan berbicara sembarangan, kita pasti akan memiliki anak, kamu pasti akan segera hamil. Sudah jangan di fikirkan ucapan Ibu."

Sungguh kalimat itu tidak berefek sama sekali. Tapi aku tetap menghargai Mas Fikri yang berusaha menenangkanku.

"Jika aku benar-benar tidak bisa hamil, apa kamu akan menikah lagi?"

Aku menatap lekat sepasang mata hitam itu. Ingin melihat kejujuran di sana.

"Jangan mendahului takdir, kita berdoa saja untuk selalu di berikan takdir yang terbaik. Jangan berprasangka buruk pada Allah,itu tidak baik."

Mas Fikri tidak pernah menjawab jika aku bertanya tentang dia akan poligami atau tidak, dia selalu bisa mengalihkan fokus ku dengan sesuatu yang membuat ku tenang dan sejenak melupakan tentang poligami.

Perempuan yang akan di jodohkan dengan Mas Fikri mulai sekarang lebih sering datang kerumah. Padahal dia masih muda , kenapa dia rela menjadi istri kedua fikirku.

"Mba Yumna, Ibu ada?"

"Tadi lagi keluar sebentar, tunggu aja di dalam." jawabku malas meladeni perempuan ini.

"Mba," panggilan perempuan itu menghentikan langkah ku untuk ke kamar.

Sebenarnya aku sangat malas berhadapan apalagi berbicara dengannya. Tapi mau bagaimana juga dia adalah tamu, maka aku harus menghargainya.

"Aku berharap kamu bisa menerima ku dengan baik nantinya. Aku tidak akan merebut Mas Fikri dari mu, kita hanya berbagi ranjang saja."

Plak!

Sebuah tamparan kulayangkan keras di pipi wanita itu. Berani sekali dia berkata seperti itu padaku. Selama ini aku masih bisa menahan segala bentuk sikap dan kata dari ibu mertua ku karena aku menghormati dan menghargai suami. Tapi jika perempuan ini juga ikut-ikutan, aku tidak akan segan-segan memberikan nya pelajaran.

"Apa-apaan kamu Yumna!" Pekik ibu memarahi ku

"Tolong ajarkan tamu ibu ini sopan santun. Saya tidak akan pernah rela dimadu dan harus berbagi suami dengannya."

"Jaga ucapanmu perempuan tua! Kamu jangan egois jadi istri, suami kamu juga berhak memiliki keturunan kamu juga akan berdosa jika menghalangi suami kamu di saat kamu tidak bisa memberikannya anak,"

Ibu mencaci dan menghinaku di hadapan wanita yang akan dia jodohkan dengan Mas Fikri. Sakit sekali rasanya.

"AKU BISA HAMIL BU! Usiaku tidak setua itu, dan aku masih bisa hamil!.

Jantungku rasanya di tusuk bertubi-tubi dengan belati. Ucapan tajam ibu seperti mencekik leherku. Sesak rasanya dan sangat sakit.

"Mana buktinya, bahkan sampai sekarang kamu belum hamil "

"Aku baru menikah 1bulan dengan Mas Fikri Bu. Bagaimana mungkin secepat itu aku langsung hamil."

Jelaskan omonganku tidak akan ada artinya bagi Ibu. Tapi bodohnya aku tetap saja membela diri di hadapan orang yang tidak punya hati.

Walau sia-sia memang, tapi paling tidak aku bisa mengeluarkan sedikit emosi yang menekan di dada.

"Alah....banyak orang disana jika usianya masih muda pasti 2 Minggu menikah juga mereka langsung hamil."

Orang yang egois dan keras kepala, memang tidak akan mudah di nasehati selain dia sadar dengan keegoisanannya sendiri. Dan melihat hasil dari keegoisanannya.

"Ada apa ini?"

Aku langsung pergi ke kamar, saat melihat Mas Fikri baru saja pulang. Saat ini aku sedang kacau, terserah jika dia mau marah karena aku tidak menyambut atau melayani nya sepulang kerja.

"Istri kamu itu, sudah nampar Indah. Padahal dia tidak ngapa-ngapain."

"Tidak mungkin Yumna sampai menampar jika tanpa sebab. Yumna bukan orang yang seperti itu."

"Tuh kamu lihat aja buktinya, pipi Indah masih merah."

"Tidak apa-apa Bu, sepertinya Mba Yumna kurang suka jika saya sering kesini."

"Memangnya kenapa, kan ibu yang mengundang kamu kesini."

Fikri mendesah melihat perlakuan ibunya pada wanita lain. Padahal jelas-jelas yang menjadi menantunya adalah Yumna tapi dia kekeh menginginkan menantu lain. Padahal Yumna tidak memiliki kesalahan atau kekurangan apapun sebagai menantu.

"Duduk dulu Mas, maaf kedatangan saya jadi buat keributan, padahal Mas lagi capek pulang kerja," ucap manis Indah pada Fikri.

"Kamu memang sangat baik sayang, kenapa buka kamu yang jadi menantu Ibu."

"Ah Ibu," Indah tersenyum malu

"Mas Fikri ke kamar aja,mungkin Mba Yumna perlu di tenang kan. Sekali lagi saya minta maaf."

Indah seperti wanita bermuka dua. Dia tahu cara memainkan peran sesuai dengan keadaan yang menguntungkan baginya.

"Kenapa kamu yang minta maaf, harusnya Yumna yang minta maaf sama kamu, karena dia sudah menampar kamu."

"Tidak apa-apa Bu. Mba Yumna jangan di marahi ya Mas," ucap manis Indah pada Fikri. Fikri hanya diam dan mengangguk kecil, mendengar ucapan Indah.

************

"Pokoknya ibu mau kamu segera menikah dengan Indah Fikri. Ibu malu jika di tanya teman-teman ibu, punya mantu yang sudah tua dan tidak hamil," Salma memohon dengan penuh paksa pada Fikri, bahkan ia sampai mengancam akan bunuh diri, Jik Fikri tidak menuruti keinginannya.

"Jangan aneh-aneh permintaan nya Bu. Bunuh diri itu dosanya sangat besar dan tidak di terima Allah Bu."

"Apanya yang aneh sih Fik, ibu hanya minta kamu menikah dengan Indah, dan di agama juga di perbolehkan memiliki istri lebih dari satu. Aneh dari mananya? Ibu tidak pernah meminta apapun dari kamu, tapi kenapa sesekali ibu meminta ini saja kamu tidak mau mengabulkan."

"Aku bukan tidak mau mengabulkan, permintaan ibu yang berlebihan Bu. Aku mencintai Yumna Bu, dan aku tidak ingin membuatnya sakit hati."

"Alah cinta. Percuma saja jika tidak bisa memberikan anak. Kamu tidak mau membuat Yumna yang bukan siapa-siapa sakit hati, tapi kamu tega membuat ibu kandung yang melahirkan kamu bertaruh nyawa sakit hati."

"Yumna istriku Bu, dia siapa-siapa ku sekarang, orang yang juga harus ku tanggung jawapi bukan hanya materi tapi juga batin dan kebahagiaan nya."

"Kamu juga harus bertanggung jawab atas ibu kamu Fikri. Jangan kamu lupakan itu, apa kamu ingin menjadi anak durhaka! Lebih baik ibu mati dari sekarang saja, dari pada hidup lama juga tidak bisa melihat punya cucu."

"Cukup Bu, jangan bicara seperti itu. Hatiku rasanya sakit Bu."

"Kalau hatimu sakit, bagaimana dengan hati ibu? Ibu juga sakit kamu perlakuan seperti ini," ungkapan hati ibu pada Mas Fikri mampu menghipnotis sampai ke relung hatinya yang lembut. Hingga Mas Fikri merasa tak tega dan iba dengan ke adaan ibunya.

"Aku mohon beri aku waktu Bu. Ini terlalu cepat jika aku harus menikah lagi."

"Berarti kamu setuju akan menikah lagi?" Dengan antusias Ibu bertanya, wajahnya terlihat sangat bahagia.

Fikri hanya mengangguk pasrah. karena dia sangat takut berdosa jika sering membuat ibunya menangis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 33

    Kebahagiaan mulai menyelimuti keluarga Fikri. yang hilang memang selalu akan tergantikan. Kehilangan ibunya di ganti dengan kehadiran sang ayah juga kedua anak kembar yang selama kehamilannya tidak pernha ia ketahui. Kehidupan nya tetap berjalan, tetap tidak pernah terlepas dari yang namanya cobaan. Entah dengan cara seperti apa ujian itu datang sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan terus berserah. Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa anak kembar Mereka kini mengijak usia remaja. Usia yang cukup membuat Fikri dan Yumna kewalahan dengan tingkah dua anak remajanya. "Aku menyukai seorang gadis Bu," celetuk Azzam tiba-tiba saja saat di meja makan. walaupun mereka anak laki-laki tapi sejak kecil Yumna dan Fikri selalu mengajarkan dua anaknya untuk saling terbuka. Dan bercerita banyak hal dengan keluarga daripada dengan orang lain. Dan kebiasaan itu tertanam hingga dewasa pada kedua anaknya, mereka selalu menceritakan apa saja pada kedua orang tuanya. "Apa? Azzam kamu masih

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 32

    “Mas,” Yumna memanggil suaminya yang tengah terlelap di sampingnya. Dia menggoyang tubuh Fikri dengan pelan, sambil merasakan mulas di perutnya. “Kenapa sayang?” dia bangun mengucek kedua matanya yang terasa lengket sebab masih jam dua pagi.Yumna mendesis merasakan sakit yang kadang hilang kadang tibul di perutnya “sepertinya dia mau keluar,” ucapnya masih bisa tersenyum walau menahan sakit.“Apa!!” Fikri memekik panik “Mana yang sakit sayang, gimana ini kita harus gimana,” Fikri panik bukan main. Yumna yang melihat kepanikan suaminya menggelang dan membuang nafas.“Mas. Kamu tenang dulu jangan panik gitu dong,” kesalnya. Pasalnya dia yang kesakitan tapi suaminya berlebihan panik sehingga tidak bisa melakukan apapun.“Maaf aku bingung, dan panik sayang,” jawab Fikri tergesah bahkan dahinya berkeringat“Tenang. Ambil tas perlengkapan bayi yang sudah aku siapkan,” Fikri mendengarkan araah Yumna, padalah dia tengah kesakitan tapi dia masih bisa menahannya “terus kamu pesan taksi di apl

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 31

    Salma juga korban akan keegoisan mertuanya dia menikah dengan Hendra, namun dua tahun pernikahannya belum di karuniai anak juga.Mertuanya menganggap dia mandul dan memaksa Hendra untuk menikah lagi tapi Salma tak terima dan memilih bercerai dan pergi dari Hendra.Akhirnya Hendra menikah lagi dengan pilihan orang tuanya satu tahun pernikahan istrinya juga belum hamil. Salma yang mengetahui itu senang ingin membalas perlakuan mantan suami dan mantan mertuanya dengan menyombongkan diri dan memberitahu Hendra dan orang tuanya bahwa saat mereka bercerai dia tengah hamil.Hendra sangat senang dan ingin kembali namun karena terlanjur kecewa Salma tak mau dan kembali pergi entah kemana. Bertahun-tahun menikah tak juga memiliki anak dari istri keduanya. Dia juga tidak tahan dengan cemohan mertuanya dan memilih berpisah. Hendra kembali bertemu dengan seorang wanita yang sudah bercerai dengan suaminya tetapi memiliki seorang anak yang sudah berusia 10 tahun.Karena putus asa tak juga memiliki

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 30

    Fikri memejamkan mata mengucap syukur, menatap mata sayu istrinya yang masih lemah. Bahkan Yumna belum mampun berucap apapun semenjak bertemu dengan suaminya.Dia merasa lega yang tak terkira. Beban yang sangat berat telah diangkat dari bahu dan hatinya. Perasaan takut dan cemas yang telah menghantui dia selama berjam-jam akhirnya mulai memudar.Dia merasa seperti telah diberi kesempatan kedua untuk hidup dan merasakan kebahagiaan bersama suaminya. Dia merasa sangat berterima kasih kepada suaminya yang telah berjuang keras untuk menemukannya.Suaminya telah melakukan hal yang tidak mungkin untuk menyelamatkannya, dan dia tidak akan pernah bisa membalas semua yang telah suaminya lakukan untuknya. Terlihat lega dan bahagia, dengan senyum yang lebar dan mata yang berkilauan.Merasa seperti ingin menangis karena kebahagiaan dan kelegaan yang dia rasakan. Dia membuka pelukannya dan merangkul suaminya erat, seperti tidak ingin melepaskannya lagi.“Indah,” lirihnyaSstt…“Mas sudah tahu, maa

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 29

    Dia mundur perlahan menggelengkan kepala pelan, membuka pintu perlahan dan lari dari sana. Setelah lama berlari dia sangat kelelahan dia terjatuh ke tanah dengan perutnya yang membesar, membuatnya sulit bernapas.Rambutnya yang panjang dan hitam terurai di sekitar wajahnya, menutupi mata coklat tuanya yang terlihat takut. Baju hamilnya yang longgar dan nyaman kini terlipat dan kusut, menampilkan perutnya yang membesar.Dia melihat ke atas, langit yang mulai redup dia harus bisa keluar dari dalam hutan ini sebelum malam tiba dan gelap. Dia merasa sakit di perutnya karena jatuh, dan khawatir tentang keselamatannya dan bayinya.Dia sangat lelah dan sudah tak kuat lagi untuk berjalan sebab sudah terlalu jauh dari posisi dimana gubuk berada, rasanya percuma dia kabur jika akan mati juga hanya dengan cara yang berbeda.“Mas Fikri,” lirih Yumna meringis menyandarkan tubuhnya di sebuah pohonSementara Galang yang menyadari Yumna kabur, kalang kabut mencarinya membangunkan anak buahnya dengan

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 28

    Dia memegang gagang pintu namun terbuka dengan sendirinya padahal dia tidak menekan atau mendorong pintu tersebut, mungkin karena memang pintunya yang tidak di kunci sehingga tersenggolnya saja mudah terbuka.Dia sempat kaget karena pintu terbuka dengan sendirinya, saling pandang pada Erlan, seolah berbicara melalaui matanya. Kepalanya menoleh ke arah dalam dan melihat sedikit dari celah pintu yang terbuka terlihat barang yang berserakan di lantai. Matanya membulat penuh dan membuka pintu itu semakin lebar.Ruangan itu sudah sangat berantakan dengan banyak barang yang berserakan di lantai juga kursi dan meja yang sudah terbalik tak pada posisinya. Perasaannya semakin tak enak, tubuhnya hampir saja luruh ke lantai beruntung Erlan menahan dan menyadarkan Fikri untuk kuat. Dia tak kuat untuk melangkah sebab tak siap untuk sesuatu yang akan dia lihat atau temukan.“Sadar dan kuatlah Fik,” Erlan mengguncang tubuh Fikri yang menatap kosong kedepan “ Percayalan kita belum terlambat menyelam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status