Share

Bab 4

last update Last Updated: 2025-03-19 17:17:05

Pagi-pagi aku sudah mendengar cekikikan dua wanita beda generasi itu bercengkrama di meja makan. Perempuan ini semakin hari, semakin tidak malu saja bahkan pagi-pagi sudah berada di sini.

"Eh Mba Yumna, baru bangun ya," sapa ramah Indah kepadaku. Aku hanya mengangguk malas merespon lebih. Perempuan ini juga harus di waspadai sepertinya dia juga ngebet ingin di nikahi Mas Fikri.

"Biasalah, jam segini baru bangun enak banget ya, bangun siang, ongkang-ongkang kaki di rumah nikmati gaji suami,"

Astaghfirullah ibu mertuaku ini kenapa mulutnya tajam sekali. Setiap pagi ada saja yang di bahas untuk menyudutkan ku.

"Aku kan sudah masak dari subuh Bu. Badanku kurang enak, makanya selesai masak aku tiduran sebentar tadi,"

"Memangnya ini makanan bisa jalan sendiri kemeja makan, kalau gak di siapin. Mau sombong karena kamu sudah masak dan bangun subuh gitu? Kalau kerja itu jangan setengah-setengah, keliatan banget gak ikhlas nya, sengaja biar saya kerjain kan,"

"Jangan suudzon terus Bu. Coba sedikit saja ibu buka hati untuk saya, agar semua yang saya kerjakan tidak ibu pandang sebelah mata,"

"Dih, buka hati untuk apa? Sudah jangan banyak omong kamu pagi-pagi, udah buat mood berantakan saja," aku membuang nafas panjang, kepalaku memang terasa pusing, daripada semakin sakit, menghindar lebih baik.

"Loh, kamu sakit ?" tanya Mas Fikri yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya.

"Kepalaku sedikit pusing Mas. Maaf ya, Mas sarapannya aku gak bisa nemenin dulu, aku gak kuat pengen tiduran sebentar,"

"Hehe maaf ya, gara-gara Mas kamu jadi kecapean," pipiku merona mengingat malam panas yang baru saja kami lewati tadi malam. Mas Fikri benar-benar tidak melepaskan ku sampai hampir subuh, mungkin itu juga yang membuat aku kelelahan."Gak papa sayang, kamu istirahat saja," ucap lembut Mas Fikri mengusap kepalaku.

"Apa mau ke dokter saja. Sebelum Mas berangkat kerja, Mas bisa antar kamu dulu periksa," aku tersenyum tipis dengan mendengar perhatian Mas Fikri.

"Gak usah Mas, aku cuma mau istirahat sebentar aja,"

"Ya sudah, tapi kalau memang sudah tidak kuat kamu harus bilang ya," aku mengangguk dan tersenyum tipis ke arah Mas Fikri.

"Istri kamu mana Fik?" tanya ibu saat Fikri mendaratkan bokongnya di kursi meja makan.

"Lagi tiduran, kurang enak badan,"

"Halah, udah gak bisa punya anak, sakit-sakitan lagi,"

"Ibu!" tegur Fikri pada Salma

"Memang kenyataannya kan. Ini, Indah dari pagi udah datang kesini bantuin ibu siapin makanan buat kamu. Lebih baik kamu cepet nikahin Indah deh, biar ibu ada yang bantuin kalo istri mu penyakitan begitu," Indah tersenyum malu mendengar ucapan Salma, yang membahas pernikahan.

"Yumna hanya kelelahan Bu. Bukan penyakitan jangan berlebihan,"

"Ya sama aja, dia penyakitan karena sudah tua apa jangan-jangan dia sudah menopause lagi,"

"Istriku tidak setua itu Bu. Bisa gak sih sekali saja aku makan dengan tenang Bu!" Fikri mulai meninggikan suaranya karena terlalu kesal.

Salam menunduk tegang, ia juga kaget mendengar suara kencang dari anaknya. Tiba-tiba saja Salma pergi ke belakang dan mengambil cairan pencuci piring.

"Ya Allah ibu jangan!" Pekik Fikri melihat ibunya meminum cairan tersebut.

"Lebih baik ibu mati saja, kamu sekarang kasar dan suka membentak ibu! Apa salahnya ibu cuma pengen segera menimang cucu! Itu saja kamu sampai tega membentak ibu,"

"Ibu cepat minum air putih yang banyak, cepat muntahin Bu!" Fikri mengambil air dan memaksa ibu untuk meminumnya.

"Cepat muntahin Bu," bayangan akan kehilangan ibunya semakin mencekik leher Fikri, dia ketakutan yang amat sangat. "Jangan seperti ini Bu, maafin Fikri, aku mohon,"

"Bawa ke rumah sakit aja ayo Mas, naik mobilku," ujar Indah. Tak berfikir panjang Fikri langsung mengangkat tubuh ibunya yang sudah tak sadarkan diri menuju mobil milik Indah.

Ia bahkan lupa tidak ijin kepada istrinya yang sedang istirahat di kamar, karena sangking paniknya. Biarlah keadaan nya sedang darurat, Yumna pasti mengerti batin nya.

"Maaf kan Indah ya Mas, kalo kedatangan Indah jadi buat ibu seperti ini. Aku hanya kasihan dan tidak tega, saat ibu menangis ingin segera memiliki cucu. Makanya aku tidak tega menolak tawaran ibu, karena jujur aku hanya ingin segera mewujudkan keinginan ibu melihat cucunya itu saja, kalau tidak memikirkan ibu, siapa yang mau sih Mas jadi istri kedua," ada sedikit haru di hati Fikri, mendengar ketulusan Indah rela menjadi istri kedua demi memberikan cucu untuk ibunya. Dia memang tidak seharusnya marah pada Indah, sebab memang ibunya lah yang membawa Indah ikut masuk dalam masalah mereka.

Fikri masih diam tidak menanggapi sama sekali curahan hati Indah, karena jujur saat ini dia sedang takut akan kesehatan ibunya, iya takut kenekatan lain yang akan di lakukan ibunya jika ia tidak segera menuruti keinginannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 33

    Kebahagiaan mulai menyelimuti keluarga Fikri. yang hilang memang selalu akan tergantikan. Kehilangan ibunya di ganti dengan kehadiran sang ayah juga kedua anak kembar yang selama kehamilannya tidak pernha ia ketahui. Kehidupan nya tetap berjalan, tetap tidak pernah terlepas dari yang namanya cobaan. Entah dengan cara seperti apa ujian itu datang sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan terus berserah. Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa anak kembar Mereka kini mengijak usia remaja. Usia yang cukup membuat Fikri dan Yumna kewalahan dengan tingkah dua anak remajanya. "Aku menyukai seorang gadis Bu," celetuk Azzam tiba-tiba saja saat di meja makan. walaupun mereka anak laki-laki tapi sejak kecil Yumna dan Fikri selalu mengajarkan dua anaknya untuk saling terbuka. Dan bercerita banyak hal dengan keluarga daripada dengan orang lain. Dan kebiasaan itu tertanam hingga dewasa pada kedua anaknya, mereka selalu menceritakan apa saja pada kedua orang tuanya. "Apa? Azzam kamu masih

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 32

    “Mas,” Yumna memanggil suaminya yang tengah terlelap di sampingnya. Dia menggoyang tubuh Fikri dengan pelan, sambil merasakan mulas di perutnya. “Kenapa sayang?” dia bangun mengucek kedua matanya yang terasa lengket sebab masih jam dua pagi.Yumna mendesis merasakan sakit yang kadang hilang kadang tibul di perutnya “sepertinya dia mau keluar,” ucapnya masih bisa tersenyum walau menahan sakit.“Apa!!” Fikri memekik panik “Mana yang sakit sayang, gimana ini kita harus gimana,” Fikri panik bukan main. Yumna yang melihat kepanikan suaminya menggelang dan membuang nafas.“Mas. Kamu tenang dulu jangan panik gitu dong,” kesalnya. Pasalnya dia yang kesakitan tapi suaminya berlebihan panik sehingga tidak bisa melakukan apapun.“Maaf aku bingung, dan panik sayang,” jawab Fikri tergesah bahkan dahinya berkeringat“Tenang. Ambil tas perlengkapan bayi yang sudah aku siapkan,” Fikri mendengarkan araah Yumna, padalah dia tengah kesakitan tapi dia masih bisa menahannya “terus kamu pesan taksi di apl

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 31

    Salma juga korban akan keegoisan mertuanya dia menikah dengan Hendra, namun dua tahun pernikahannya belum di karuniai anak juga.Mertuanya menganggap dia mandul dan memaksa Hendra untuk menikah lagi tapi Salma tak terima dan memilih bercerai dan pergi dari Hendra.Akhirnya Hendra menikah lagi dengan pilihan orang tuanya satu tahun pernikahan istrinya juga belum hamil. Salma yang mengetahui itu senang ingin membalas perlakuan mantan suami dan mantan mertuanya dengan menyombongkan diri dan memberitahu Hendra dan orang tuanya bahwa saat mereka bercerai dia tengah hamil.Hendra sangat senang dan ingin kembali namun karena terlanjur kecewa Salma tak mau dan kembali pergi entah kemana. Bertahun-tahun menikah tak juga memiliki anak dari istri keduanya. Dia juga tidak tahan dengan cemohan mertuanya dan memilih berpisah. Hendra kembali bertemu dengan seorang wanita yang sudah bercerai dengan suaminya tetapi memiliki seorang anak yang sudah berusia 10 tahun.Karena putus asa tak juga memiliki

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 30

    Fikri memejamkan mata mengucap syukur, menatap mata sayu istrinya yang masih lemah. Bahkan Yumna belum mampun berucap apapun semenjak bertemu dengan suaminya.Dia merasa lega yang tak terkira. Beban yang sangat berat telah diangkat dari bahu dan hatinya. Perasaan takut dan cemas yang telah menghantui dia selama berjam-jam akhirnya mulai memudar.Dia merasa seperti telah diberi kesempatan kedua untuk hidup dan merasakan kebahagiaan bersama suaminya. Dia merasa sangat berterima kasih kepada suaminya yang telah berjuang keras untuk menemukannya.Suaminya telah melakukan hal yang tidak mungkin untuk menyelamatkannya, dan dia tidak akan pernah bisa membalas semua yang telah suaminya lakukan untuknya. Terlihat lega dan bahagia, dengan senyum yang lebar dan mata yang berkilauan.Merasa seperti ingin menangis karena kebahagiaan dan kelegaan yang dia rasakan. Dia membuka pelukannya dan merangkul suaminya erat, seperti tidak ingin melepaskannya lagi.“Indah,” lirihnyaSstt…“Mas sudah tahu, maa

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 29

    Dia mundur perlahan menggelengkan kepala pelan, membuka pintu perlahan dan lari dari sana. Setelah lama berlari dia sangat kelelahan dia terjatuh ke tanah dengan perutnya yang membesar, membuatnya sulit bernapas.Rambutnya yang panjang dan hitam terurai di sekitar wajahnya, menutupi mata coklat tuanya yang terlihat takut. Baju hamilnya yang longgar dan nyaman kini terlipat dan kusut, menampilkan perutnya yang membesar.Dia melihat ke atas, langit yang mulai redup dia harus bisa keluar dari dalam hutan ini sebelum malam tiba dan gelap. Dia merasa sakit di perutnya karena jatuh, dan khawatir tentang keselamatannya dan bayinya.Dia sangat lelah dan sudah tak kuat lagi untuk berjalan sebab sudah terlalu jauh dari posisi dimana gubuk berada, rasanya percuma dia kabur jika akan mati juga hanya dengan cara yang berbeda.“Mas Fikri,” lirih Yumna meringis menyandarkan tubuhnya di sebuah pohonSementara Galang yang menyadari Yumna kabur, kalang kabut mencarinya membangunkan anak buahnya dengan

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 28

    Dia memegang gagang pintu namun terbuka dengan sendirinya padahal dia tidak menekan atau mendorong pintu tersebut, mungkin karena memang pintunya yang tidak di kunci sehingga tersenggolnya saja mudah terbuka.Dia sempat kaget karena pintu terbuka dengan sendirinya, saling pandang pada Erlan, seolah berbicara melalaui matanya. Kepalanya menoleh ke arah dalam dan melihat sedikit dari celah pintu yang terbuka terlihat barang yang berserakan di lantai. Matanya membulat penuh dan membuka pintu itu semakin lebar.Ruangan itu sudah sangat berantakan dengan banyak barang yang berserakan di lantai juga kursi dan meja yang sudah terbalik tak pada posisinya. Perasaannya semakin tak enak, tubuhnya hampir saja luruh ke lantai beruntung Erlan menahan dan menyadarkan Fikri untuk kuat. Dia tak kuat untuk melangkah sebab tak siap untuk sesuatu yang akan dia lihat atau temukan.“Sadar dan kuatlah Fik,” Erlan mengguncang tubuh Fikri yang menatap kosong kedepan “ Percayalan kita belum terlambat menyelam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status