LOGINAghnia baru saja menginjakkan kakinya tepat di lobi perusahaan Pandawa Group. Tempat di mana papa kandungnya bekerja sebagai pemilik serta CEO perusahaan tersebut.
Sebelumnya wanita itu sudah berusaha mencari tahu tentang informasi terkait pria yang bernama Pandu Pandawa di jejaring internet. Tapi tidak banyak hal yang Aghnia dapatkan sepertinya pria itu memang sangat menjaga privasinya. Namun satu hal yang wanita itu tahu kalau Pandu Pandawa adalah orang terkaya nomor satu di negara mereka jadi wajar saja tidak banyak informasi yang diketahuinya, bahkan foto wajahnya saja dengan sengaja disembunyikan. “Permisi Mbak, apakah Pak Pandu Pandawa masih bekerja di perusahaan ini?” tanya Aghnia pada resepsionis yang ada di sana. Sungguh saat ini wanita itu hanya ingin tahu bagaimana rupa sang papa dan berharap bisa melihatnya secara langsung, ya syukur-syukur bisa sekaligus mengobrol. “Maaf untuk Pak Pandu Pandawa yang dimaksud bekerja di bagian apa ya, Bu?” Resepsionis tersebut berusaha untuk mencari detail informasi mengenai orang yang dimaksud oleh Aghnia yang mungkin saja ada di bagian lain. “Kalau tidak salah beliau bekerja sebagai CEO di kantor ini,” jawab Aghnia sambil tersenyum tipis. Wanita itu hanya takut jika dirinya diusir karena berusaha untuk menemui pria itu, apalagi Aghnia sadar kalau pria yang dicarinya bukanlah orang sembarangan. “Pak Pandu sejak dua tahun terakhir hanya bekerja dari rumah dan jarang ke kantor tapi kalau saya boleh tahu apa Ibu sudah membuat janji temu dengan beliau?” Aghnia menggelengkan kepalanya pelan dengan raut wajahnya yang terlihat lesu. Rasanya akan semakin sulit jika wanita itu harus sampai datang ke rumah papa kandungnya tersebut. “Belum tapi terima kasih untuk informasinya.” Aghnia memilih untuk segera meninggalkan meja resepsionis karena tidak ingin dipandang aneh apalagi setelah wanita itu menyebutkan nama sang papa. Tapi ketika wanita itu hendak keluar dari tempat itu, tiba-tiba saja beberapa orang sudah ada di depannya yang menggunakan pakaian serba hitam menghalangi jalannya. Seorang pria muda yang mungkin umurnya setara dengannya baru saja muncul dengan beberapa orang yang mengikuti di belakangnya. Aghnia bisa menebak kalau pria itu adalah orang penting sehingga dijaga ketat oleh beberapa orang yang ada di depannya. “Pak Satya semakin lama terlihat semakin tampan ya?” bisik seorang karyawan wanita ketika pria itu serta kumpulan orang berpakaian serba hitam sudah melangkah pergi. “Tentu apalagi sebentar lagi Pak Satya akan diangkat jadi CEO menggantikan Pak Pandu jadi aura miliardernya semakin kuat sampai bau uangnya semakin tercium,” balas teman karyawan wanita tersebut. “Apakah pria tadi itu adalah anak papa dari hasil pernikahannya?” Seketika wanita itu merasa minder saat menyadari statusnya yang hanya berasal dari hasil di luar nikah. Aghnia memilih untuk melangkahkan kakinya menuju toilet karena tidak bisa menahan bendungan air mata yang memang sejak tadi sudah ingin tumpah. “Bodoh, kenapa aku sampai berani datang ke tempat ini hanya untuk tahu tentang papa kandungku sendiri? Seharusnya aku sadar dan menahan diri untuk tidak datang ke tempat ini.” Aghnia merutuki dirinya sambil menutupi mulutnya dengan tisu agar suara tangisnya tidak terdengar sampai keluar bilik toilet. Wanita itu menyesal karena sudah menginjakkan kakinya di tempat yang seharusnya tidak Aghnia datangi. Setelah merasa sudah tenang wanita itu buru-buru keluar dari toilet dan pergi dari perusahaan itu. Tapi saking buru-burunya Aghnia tidak menyadari kalau di depannya ada orang hingga mereka sama-sama terjatuh setelah bertabrakan. “Maafkan, sa—“ “Pak Pandu, apakah anda tidak apa-apa?” Mendengar hal itu membuat Aghnia segera mengalihkan pandangannya ke arah pria yang tidak sengaja ditabraknya tadi. Pria paruh baya yang memiliki paras tampan tak kalah tampan dengan putranya yang sebelumnya sudah Aghnia lihat saat di lobi. “Apakah pria itu benar-benar papa kandungku?” Pria lain yang sempat menanyakan keadaan beliau sudah membantu Pandu untuk berdiri. Setelah merapihkan pakaiannya Pandu menatap Aghnia yang masih bergeming di tempatnya tanpa berniat bangkit dari sana. “Ayo bangun biar saya bantu,” tawar Pandu sambil mengulurkan tangannya ke arah Aghnia. Dengan tangannya yang bergetar serta keringat dingin yang sudah membasahi peluhnya, Aghnia meraih tangan pria yang menurutnya adalah papanya karena di sekelilingnya mulai berdatangan beberapa pria dengan pakaian serba hitam. “Terima kasih dan saya minta maaf karena sudah menabrak Bapak tadi,” kata Aghnia sambil menundukkan kepalanya. Entah ini beruntung atau tidak yang jelas rasanya sangat melegakan bagi wanita itu karena satu harapan untuk bertemu dengan sang papa terkabul. “Tidak apa-apa, tadi juga saya yang salah karena tidak memperhatikan jalan tapi kalau saya boleh tahu apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” Mendengar hal itu membuat Aghnia mengangkat kepalanya dan menatap Pandu dengan dahinya yang berkerut. Wanita itu terkejut kenapa bisa sang papa sampai menanyakan hal itu kepadanya? “Saya rasa ini pertama kalinya kita bertemu,” jawab Aghnia sambil tersenyum. “Mungkinkah Papa mengenaliku? Atau memang ikatan di antara kami terasa sangat kuat sehingga Papa bertanya seperti itu?” “Pa—papa.” Pria yang sempat Aghnia lihat di lobi tadi kini terlihat sedang setengah berlari ke arah mereka. Tapi wanita itu memutuskan untuk segera pergi karena tidak ada lagi hal yang Aghnia inginkan apalagi sampai mengganggu kehidupan sang papa seperti pesan mamanya. “Maaf tapi saya harus pergi sekarang.” Aghnia segera melangkahkan kakinya untuk pergi dari perusahaan tersebut. Walau hati wanita itu masih ingin terus berada di sisi sang papa tapi dengan bertemu serta mengobrol sebentar rasanya sudah sangat cukup. “Ayo Pak, kita pulang sekarang,” titah Aghnia kepada sang sopir ketika wanita itu sudah masuk ke dalam mobil. Mata wanita itu memang sembab tapi senyum lebar terpampang jelas di wajahnya saat ini. Andai Aghnia tidak menahan dirinya mungkin wanita itu sempat memeluk tubuh sang papa serta membongkar tentang identitas aslinya. Tapi ingat tentang sang mama yang sudah bahagia dengan papa tirinya membuat Aghnia tidak ingin melakukan hal itu. Lagi pula kalau diingat kembali keberadaannya adalah aib yang akan membuat siapa pun yang mengetahui akan merasa malu bahkan tertimpa musibah. Mungkin saja hal ini akan berdampak kepada Aryan dan juga keluarganya jika saja rahasia terbesar di hidupnya sampai bocor. Maka dari itu mungkin memang sebaiknya rahasia itu terus disimpan rapat-rapat agar tidak menyakiti siapa pun. “Tuhan, terima kasih karena kau sudah mempertemukanku dengan papa, hal yang sudah aku anggap sulit tapi dengan mudah kau kabulkan harapanku.” Sekarang yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana menjalani pernikahan tanpa cinta Aryan untuk ke depannya. Haruskah Aghnia tetap menjalani pernikahan ini? Atau mungkin membuat Aryan jatuh cinta kepadanya saja karena yang wanita itu tahu dari awal mengenal pria itu perlakuannya kepada Aghnia selalu terlihat tulus di matanya.Tepat 25 tahun yang lalu.“Selamat atas kelahiran anak pertamamu ya, Citra,” kata Pandu memberikan selamat kepada salah satu karyawannya yang juga sahabat baiknya dikenalnya sejak SMA.“Te—terima kasih, Pak Pandu.”Citra terlihat gugup sehingga enggan melakukan kontak mata dengan pria yang kini sedang duduk di kursi kebesarannya. Sebenarnya ada alasan lain kenapa wanita itu meminta sedikit waktu sang calon CEO tersebut.“Ayolah sudah berapa kali aku katakan kalau sedang berdua seperti ini jangan memanggilku dengan sebutan Pak tapi panggil namaku saja,” omel Pandu yang masih menggunakan nada lembut.“Tapi bagaimana pun kau adalah bosku dan aku harus terus menghomartimu karena aku tidak ingin besar kepala apalagi orang-orang salah paham dengan kedekatan kita,” jelas Citra yang sudah mengangkat kepalanya kembali.“Ya sudah kalau
Tapi reaksi yang diberikan Aryan adalah sebuah kekehan yang terdengar seolah sedang mengejek wanita itu. Bagi Aryan yang belum bisa move on tersebut, rasanya mustahil untuk jatuh cinta pada seseorang apalagi dalam kurun waktu satu bulan.“Kenapa kau tertawa? Apakah ada yang lucu tentang perasaanku kepadamu?”Dahi Aghnia berkerut dengan tangannya yang sudah terkepal rasanya memang menyebalkan jika perasaannya lagi-lagi dipermainkan oleh pria itu. Bodoh!Aryan melangkahkan kakinya mendekat ke arah wanita itu yang saat ini sedang menahan kesal dan kapan saja bisa melayangkan tinjunya ke wajah tampan pria itu.“Aku hargai perasaanmu yang sudah jatuh cinta kepadaku tapi aku harap tiga pernyataan cintamu tidak kau ucapkan dalam waktu dekat minimal lima bulan sekali kau katakan agar pernikahan kita tidak cepat berakhir.”Aryan mengatakan hal itu sambil tersenyum serta memegang kedua tangan wanita itu. Bukankah perlakuan pria itu terasa manis hingga mampu meredakan amarah Aghnia.“Ya anggap s
Setelah dipikirkan kembali akhirnya Aghnia memilih untuk menjalani pernikahannya bersama Aryan sesuai saran yang diberikan oleh Doni pagi ini. Tentu dengan harapan kalau cintanya yang tulus dan juga penuh gairah dapat membuat pria itu berubah hingga jatuh cinta kepadanya.Walau hatinya sempat sakit ketika menerima kenyataan kalau Aryan menikahinya dengan alasan lain tapi wanita itu sudah benar-benar jatuh cinta dengan segala perlakuan manis serta rasa perhatian yang diberikan pria itu sebelum Aghnia tahu kebenarannya.“Jadi, apakah kamu sudah memikirkannya? Maksudku, apakah kamu ingin bercerai atau tetap menjalani pernikahan ini?”Suara Aryan mampu mengagetkan Aghnia yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah mengganti pakaiannya. Pria itu memang langsung masuk ke kamarnya ketika melihat Aghnia yang keluar dari mobil melalui jendela yang ada di ruang kerjanya.“Apakah kau tidak bisa menunggu sebentar? Setidaknya jangan muncul tiba-tiba seperti ini karena kau hampir membuat jantung
Aghnia baru saja menginjakkan kakinya tepat di lobi perusahaan Pandawa Group. Tempat di mana papa kandungnya bekerja sebagai pemilik serta CEO perusahaan tersebut. Sebelumnya wanita itu sudah berusaha mencari tahu tentang informasi terkait pria yang bernama Pandu Pandawa di jejaring internet. Tapi tidak banyak hal yang Aghnia dapatkan sepertinya pria itu memang sangat menjaga privasinya. Namun satu hal yang wanita itu tahu kalau Pandu Pandawa adalah orang terkaya nomor satu di negara mereka jadi wajar saja tidak banyak informasi yang diketahuinya, bahkan foto wajahnya saja dengan sengaja disembunyikan. “Permisi Mbak, apakah Pak Pandu Pandawa masih bekerja di perusahaan ini?” tanya Aghnia pada resepsionis yang ada di sana. Sungguh saat ini wanita itu hanya ingin tahu bagaimana rupa sang papa dan berharap bisa melihatnya secara langsung, ya syukur-syukur bisa sekaligus mengobrol. “Maaf untuk Pak Pandu Pandawa yang dimaksud bekerja di bagian apa ya, Bu?” Resepsionis tersebut berusa
“Berhenti di situ atau aku akan berteriak, Aryan!”Ancaman wanita itu terdengar lucu di telinga Aryan hingga pria itu sempat terkekeh sebentar. Sementara Aghnia yang belum sadar hanya bisa mengerutkan dahinya.“Apa kamu pikir dengan berteriak orang-orang akan datang lalu menyeretku keluar dari kamar ini?”Seketika Aghnia mulai paham maksud ucapan Aryan hingga merutuki dirinya yang sangat bodoh. “Astaga Aghnia, bagaimana mungkin kamu dengan berani memberikan ancaman seperti itu kepada suamimu sendiri?”“Tentu saja bisa setelah aku mengatakan kalau kamu baru saja melakukan tindak kdrt kepadaku,” jawab Aghnia asal.“Oh, ya? Kalau begitu lakukan saja sekarang atau kau ingin melakukannya setelah aku melakukan hal buruk kepadamu?”Aryan menantang wanita itu seolah tidak mau kalah hingga Aghnia merasa sangat kesal dengan sikapnya. Sungguh rasanya Aghnia sangat rindu dengan sikap Aryan yang dulu walau penuh dengan kepura-puraan.“Sudahlah, jangan bahas hal ini lagi tapi aku benar-benar ingin
Pukul lima pagi pintu utama paviliun sudah terketuk dengan sangat kencang hingga membuat Aghnia segera keluar dari kamarnya untuk segera membuka pintu.“Mbak Aghnia maaf karena sudah mengganggu tapi saya terpaksa membawa Mas Aryan pulang karena tidak ingin jika kakek Haris tahu kalau Mas Aryan tidak ada di rumah semalam.”Sungguh Doni tidak ingin melakukan hal ini jika saja Aryan belum menikah karena akan lebih baik jika membawa pria yang saat ini dalam kondisi mabuk itu ke apartemen dan berbohong tentang keadaan pria itu.Rasanya Doni saat ini sedang mempertaruhkan nyawanya sendiri jika saja bertemu atau ketahuan kakek Haris. Beruntung lokasi paviliun Aryan sangat jauh dari rumah utama dan juga paviliun orang tua Aryan.“Baiklah, ayo bawa Aryan masuk ke dalam,” ajak Aghnia.Wanita itu mungkin masih kesal dengan sikap Aryan yang sebelumnya pergi begitu saja tanpa sebuah kejelasan yang pasti. Namun perlahan Aghnia mulai memahami kalau pria itu memang terjebak dengan pernikahan ini.Set







