Share

Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda
Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda
Author: Rira Faradina

Bab 1

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2024-04-04 21:26:10

"Gadis jelek itu, dandanannya ... iih, sama sekali bukan tipeku." Aku merutuk dalam hati.

"Rei, kenalkan ini Aluna," ucap mama memperkenalkan kami.

"Tuh, benar kan," cibirku dalam hati dengan wajah cemberut.

Wajah gadis itu menunduk malu ketika pertama kali kami bertemu, matanya mengerjab beberapa kali saat mama mengenalkannya padaku. Sungguh, tak kusangka jika akhirnya aku menerima perjodohan ini. Perjodohan konyol dan tak masuk akal.

Namanya Aluna, gadis yang baru berusia sembilan belas tahun, yang rencananya akan dinikahkan papa denganku.

Yah, denganku. Reshwara Anindra Sastrodirjo. Pemuda tampan dan mapan di usia yang hampir menginjak tiga puluh tahun. Pemuda yang banyak diimpikan setiap wanita ini, malah akan menikahi seorang gadis yang masih remaja.

Hei ... tidak! jangan mengira aku tidak laku karena belum juga menikah, tapi karena aku memang menginginkan seorang wanita yang cantik dan sempurna untuk mendampingiku.

Tapi, gadis ini? apa kata orang jika mereka mengetahui gadis bau kencur ini yang akan mendampingiku kelak? Bagaimana pikiran para karyawanku bila melihatku yang cerdas dan berwibawa ini bersanding dengannya. Lalu, mau taruh di mana harga diriku ini?

Ah, rasanya aku tak sanggup ditertawakan jika mereka tahu bahwa Reshwara, seorang direktur utama sebuah perusahaan besar, putra dari seorang pengusaha sukses dan ternama negeri ini tiba tiba menikahi seorang anak kecil yang masih remaja. Benar benar bisa hancur hidupku kelak.

"Rei, bagaimana, Luna manis, kan?" tanya mama meminta pendapatku.

Aku menatap malas ke arahnya. Gadis itu cukup manis meski tanpa polesan make-up tebal di wajahnya, hanya bedak tipis saja yang kulihat. Sangat berbeda dengan para wanita yang mengelilingiku selama ini. Cantik, modis dan tentunya berkelas.

"Rei, ditanya kok malah bengong?"

"Iya, dia manis," jawabku datar.

"Cuma begitu saja," cibir mama.

"Lalu, aku harus bagaimana, Ma? Kan, ini hanya perkenalan saja," Protesku.

Mama memang aneh. Masa aku harus tersenyum, membuatnya merasa senang begitu atau langsung mengajaknya keluar untuk berkencan. No way. Itu tak mungkin kulakukan. Karena hal bodoh seperti itu hanya dilakukan oleh para wanita yang selalu mengejarku selama ini.

"Aluna akan menjadi istrimu, Rei. Bersikap baiklah padanya. Papa dan mama juga sudah menetapkan hari dan tanggal pernikahan kalian, tanggal delapan bulan depan, bagaimana menurutmu?"

Kerongkonganku langsung tercekat begitu mendengarnya. Tanggal delapan, itu tak sampai sebulan lagi.

Mama gi la!

"Kenapa baru memberi tahuku? Tak bisakah kalian mendiskusikannya dulu denganku, bahkan tanggalnya pun sudah kalian tetapkan?" Aku memprotes, memberikan perlawanan.

Sungguh aku tak bisa mempercayai semua ini. Bisa-bisanya orang tuaku melakukan hal menyedihkan ini padaku. Pada seorang Reshwara yang tampan ini.

"Lho, mengapa kau terkejut seperti itu, Sayang? Bukankah lebih cepat lebih baik. Pacaran setelah menikah, kan lebih nikmat. Tak perlu khawatir jika kalian mau langsung punya anak," bujuk mama.

"Anak!"

Hii ... tubuhku langsung bergidik.

Jangankan untuk berpikir punya anak darinya. Berdekatan dengannya saja aku malas. Pikiran mama terlalu jauh.

Aku membuang muka, kulirik gadis itu masih menunduk. Hmm, kelihatannya gadis yang penurut. Mungkin pikiranku saja yang terlalu negatif. Sudahlah, jika nanti aku tak nyaman dengan pernikahan ini. Kan, bisa kuceraikan saja dia. Bukankah papa hanya memintaku untuk menikahinya saja?

***

Keesokan harinya.

Seharian ini pikiranku kacau. Ditambah dengan beberapa tumpukan laporan yang salah dikerjakan oleh para karyawan membuatku begitu kesal. Ini semua pasti karena gadis itu. Gadis yang akan membuat hidupku menuju derita dan kesengsaraan.

Bukan tak ingin menolak, tapi karena aku tak punya kuasa untuk menolaknya. Papa mengancam akan mencoret namaku dari daftar penerima harta warisannya. Jika aku ditendang oleh keluarga Sastrodirjo, maka habislah semua. Tak akan ada lagi kenyamanan, kemewahan dan rasa hormat orang- orang padaku.

Aluna, gadis yang akan ku nikahi hanyalah seorang gadis biasa saja. Meskipun aku tak begitu banyak tahu tentang latar belakangnya, aku yakin tak ada sesuatu yang istimewa dari gadis yang hanya tamatan SMA seperti dirinya. Selain postur tubuhnya yang ramping dan tinggi, yang lain semuanya tampak biasa saja. Sangat jauh berbeda dengan Saskia, supermodel papan atas yang saat ini sedang ku kencani.

Hanya karena sebuah hutang budi aku diminta papa menikahinya. Hutang budi papa pada Alm. Bapaknya yang telah meninggal tiga bulan lalu. Sungguh, kadang orang tua memang aneh. Mereka yang berhutang, tapi anak mereka yang disuruh membayarnya. Mau dikemanakan wajah tampan ini jika akhirnya tetap saja menikahi gadis jelek itu.

Benar benar konyol.

Ketukan pintu terdengar, tampak wajah Sarah, sekretarisku yang cantik dan bahenol, menyembul dari balik pintu.

"Masuk!" Perintahku yang langsung dituruti olehnya, tampak ditangannya setumpuk dokumen yang kuminta.

"Ini laporan yang bapak minta," lapor Sarah.

"Letakkan saja di sana. Nanti akan kuperiksa," Titahku.

"Baik, Pak."

"Ehm ... " ucapnya ragu.

"Ada apa lagi?"

"Di luar ada Mbak Saskia, Pak."

"Saskia? Suruh masuk!" Perintahku cepat.

"Baik pak."

Ah, Saskia benar benar sosok kekasih idaman. Ia seakan tahu jika hatiku sedang gundah. Selama ini jika melihat wajah cantiknya selalu mampu membuatku merasa sempurna. Wanita berkelas yang cocok denganku, Reshwara yang tampan dan mapan.

"Sayang!" panggilnya manja begitu melangkah masuk kedalam ruang kerjaku.

"Hai, cantik."

Ia langsung duduk di pangkuanku, oh tuhan, bibirnya begitu merah menggoda. Ditambah pakaian yang dikenakannya cukup ketat yang mampu mencetak beberapa bagian tubuhnya. Membuat naluri lelakiku tiba tiba bergairah.

Tangan Saskia mulai bermain di wajahku, membuat fokus pandanganku pada layar monitor ini terganggu. Wangi parfumnya yang kusukai begitu menggoda seakan membuatku ingin segera melahapnya.

"Sayang!"

Suara Saskia terdengar begitu menggoda. Sial, pikiranku kini mulai bercabang. Senyum manis yang diperlihatkannya membuatku menelan ludah.

Aku benar kan!

Reshwara. Seorang pria tampan dan mapan, bisa mendapatkan wanita manapun yang disukainya. Kini lihatlah. Seorang supermodel cantik kelas atas negeri ini sedang mencari cara agar bisa merayuku.

"Ayolah, aku sedang kerja. Jangan menggangguku dulu."

"Apa kau yakin tidak ingin menghabiskan waktu bersama denganku?" Ia mulai menggoda.

"Nanti saja, aku benar benar harus mengerjakan laporan ini." Aku mencari- cari alasan. Sebenarnya sih bisa saja kutinggalkan, tapi aku tak mungkin menyerah begitu saja. Ini harga diri seorang Reshwara yang dipertaruhkan. Aku tak mau begitu mudah jatuh dalam pelukannya. Seperti kata teman temanku yang lain, Wanita akan semakin mendekat bila kita jual mahal. Mereka akan semakin tertarik pada pria yang diam dan tak terlalu banyak bicara.

Tangan Saskia kembali menyentuh wajahku. Dan sungguh, ia membuat konsentrasi buyar. Kucoba untuk tenang dan memperlihatkan wajah datar padanya.

"Oh ayolah baby. Come on! Matikan dulu komputermu dan lihat aku," Ia mulai mengeluarkan jurus rayuannya.

Kalian bisa lihat kan, betapa inginnya para wanita ini untuk bisa menghabiskan waktu bersama denganku. Bahkan berusaha keras merayuku.

"Reshwara. Kau memang beruntung. Tentu saja, karena aku begitu tampan dan mapan." Aku berbisik pelan, memuji diri sendiri.

Tetapi, mengapa tiba-tiba wajah polos Aluna berkelebat tepat di saat wajah Saskia kini hanya beberapa centimeter saja dariku. Merusak moodku yang tadi begitu menggebu.

"Ada apa?"

Tanya Saskia yang terkejut karena tiba tiba tubuhnya kudorong ke belakang.

"Tidak. Tiba tiba saja aku ingin ke toilet," Aku mencari alasan.

Aku bangkit dan berjalan menuju kamar kecil yang berada di dekat pintu masuk. Entah mengapa, gairah yang tadi begitu menggebu seketika menghilang begitu wajah gadis polos itu melintas.

Rasanya begitu kesal.

Mungkinkah seorang Reshwara yang tampan dan mapan ini kalah dengan pesona gadis sederhana itu? Tidak mungkin. Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi.

Gadis itu yang harus bertekuk lutut padaku!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 50

    Aaww! Teriakku cukup keras saat Luna menekan kasar bagian memar di bagian pelipisku, seperti di lakukannya dengan sengaja. Ah, mengapa aku sampai lupa jika ia adalah Mak lampir. "Dasar Mak lampir, kau sengaja melakukannya untuk membunuhku, ya?" Ucapku yang tanpa sadar kelepasan bicara. "Apa? Kau mengataiku Mak lampir?" Mata Luna melotot padaku. "Ah, itu ... Hehe! lagipula kau memang seperti Mak Lampir." Kupaksakan bibirku tersenyum. "Kau mau memar-mu ini kutambah, mas?" ancam Luna cemberut, ah, mengapa aku baru sadar jika ia ternyata semanis ini. "Iya, Jika kau yang melakukannya, aku tak akan menolak," ujarku dengan cepat menarik tubuhnya ke dalam pelukanku. "Kau tahu, sepertinya aku telah jatuh cinta pada seorang mak lampir yang cantik," bisikku di telinganya. "Mulai sekarang, maukah kau menerima pria bodoh ini menjadi suamimu?" Lanjutku lalu mengurai sedikit pelukanku dan memandangnya. Luna terdiam sesaat. tak lama kulihat kepalanya mengangguk. entah mengapa membu

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 49

    "Maaf, karena telah menyakiti hatimu," ucapku pelan lalu kembali mengusap bibirku yang masih terasa nyeri. Saskia menatapku nanar, seolah tak percaya ungkapan itu berasal dari mulutku. Tak lama, ia kembali bicara. "Lebih baik sekarang kau pergi dari sini mas, sebelum aku meminta pihak keamanan untuk mengusirmu," Suaranya terdengar bergetar disertai dengan jari telunjuk yang mengarah ke arah pintu. "Iya, aku akan keluar dari sini. Sekali lagi aku minta maaf karena telah membohongimu." Yah, memang seharusnya aku meminta maaf padanya karena bagaimanapun ia berkata benar, akulah orang pertama yang mengkhianati hubungan kami, akulah orang yang telah berbohong padanya karena menyembunyikan status pernikahanku darinya. Setidaknya aku bisa sedikit mengerti alasan mengapa ia bertindak senekat ini. Mungkin ini juga bentuk hukuman dari tuhan padaku karena telah berbohong dan mengabaikan keberadaan Luna selama ini. Ah, mengapa aku semakin merindukan istri kecilku itu? Akuilah Reshwara jika

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Ba 48

    "Melihat lelaki ini ada di apartemenmu, sudah cukup menjadi jawabannya. Aku tak menyangka jika ternyata kau juga menjalin hubungan lain di belakangku, benar -benar perempuan murahan." Cih! "Ya, aku yang melakukannya. Mengapa? Kau kesal, marah, kecewa?" Suara Saskia terdengar lantang, seakan mewakili kemarahannya. Kupalingkan wajah dan menatapnya yang saat ini tengah melempar tatapan tajam padaku. "Kau bener sekali, aku yang membocorkannya. Bagaimana rasanya di khianati? Sakit?" Desis Saskia. "Kau ...!" Geramku padanya dengan tangan terkepal. Andai ia bukan seorang perempuan, sudah ku hajar ia sekarang. Atmosfir ruangan ini kini berubah panas, mata itu masih melempar tatapan menghujam padaku, seakan sedang melepaskan semua kemarahannya padaku. "Aku tidak menyangka jika kau bisa mengkhianatiku, Saskia." "Tentu saja bisa, kau tahu mengapa aku melakukannya?" Bibir itu mengulas senyum sinis padaku. "Karena kau yang lebih dulu mengkhianatiku. Apa kau pikir aku tidak tahu jika terny

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 47

    "Saat seorang wanita sudah merasa tidak nyaman di rumah suaminya, maka secara naluri ia akan pulang ke rumah orang tuanya, karena ia tahu bahwa rumah orang tuanya adalah satu satunya tempat ternyaman untuknya," ujar Tante Wina ikut bicara. "Begitukah?" ucapku tanpa sadar sambil melirik Raina yang menggeleng kesal. "Makanya mas, cari tahu dulu penyebabnya, jangan bisanya cuma asal tuduh saja. Kalau begini kau juga yang malu kan?" Aku mengulas senyum getir saat mendengarnya. Raina berkata benar, entah mengapa saat ini aku merindukan Luna, merindukan tingkah konyol Mak lampir cantik itu. Ponselku tiba tiba berdering, kulirik arloji di pergelangan tangan yang sudah menunjukkan angka delapan, rasanya masih belum terlalu malam untuk meluncur ke Depok dan menjemput Luna. Namun, sebelum itu, aku akan menjawab panggilan teleponku dulu. Senyumku seketika terbit saat kulihat nama seseorang yang tertera di layar, kelihatannya, aku harus menunda sebentar kepergian ku ke Depok karena masih ada

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 46

    Aku menoleh pada Keenan yang masih menatapku, ada rasa bersalah dalam hati karena telah asal menuduhnya, jika memang itu yang sebenarnya terjadi, maka aku telah melakukan kesalahan yang besar pada Luna. Ah, mengapa aku bisa sampai bertindak se-ceroboh ini, tak biasanya aku melakukan sesuatu hal tanpa rencana, sungguh aku merasa sangat malu saat ini. Papa terlihat menggelengkan kepalanya, sementara mama masih tertawa geli, dan Raina, gadis itu mengulas senyum tipis di wajahnya, senyuman yang entah mengapa terlihat begitu menyebalkan. Tak lama kudengar mama bicara. "Luna adalah gadis yang baik, Rei. Cobalah untuk mengenalnya lebih dekat, kau pasti tahu mengapa mama dan papa memilihnya untuk menjadi pendampingmu." Aku tak menjawabnya, hanya mengangguk lemah. Ucapan Mama mungkin ada benarnya, aku yang salah, karena masih belum sepenuhnya menerima keberadaan dirinya dan juga pernikahan kami. Mungkin karena jarak usia kami yang terpaut cukup jauh, membuatku meremehkannya atau mungkin

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 45

    "Ha ... Ha ... ha" Tawa papa terdengar begitu keras memenuhi seisi ruangan ini sesaat aku selesai menceritakan kecurigaanku tentang hubungan terlarang Keenan dan Luna. Aku melongo melihat papa yang tampak begitu renyah tertawa, tak hanya papa, mama, Raina bahkan Keenan juga tampak tertawa. Hanya Tante Wina yang tampak mengulum senyum seakan ingin menjaga wibawaku. Ini aneh. Apa yang terjadi pada mereka semua? Mengapa tertawa? Bukankah seharusnya mereka marah dan kesal? Aku masih menatap mereka dengan wajah bingung dan tak mengerti, tak lama ku dengar Raina bicara. "Kau memang orang paling lucu yang pernah kukenal, mas." "Lucu sekali," gelak tawa Raina sambil menunjuk padaku. "Aku bicara yang sebenarnya, kenapa kalian semua tertawa?" Ketusku lalu memalingkan wajah. "Tentu saja kami semua tertawa, karena semua tuduhanmu itu tidak benar," balas Raina. "Tidak benar bagaimana, aku serius. Kalian bisa tanyakan sendiri pada Keenan," geramku sambil melirik pada pemuda yang duduk di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status