Share

6. Kediaman Miguel (2)

"Itu di belakangmu adalah kamar kita."

Rachel melongo tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh pria di hadapannya. Calvin tersenyum nakal lalu membuka pintu di belakang Rachel tanpa aba-aba sehingga membuat Rachel sedikit terhuyung.

“Di perjanjian tidak tertulis bahwa kita harus tidur di dalam satu kamar yang sama!” Rachel berseru tidak terima.

“Tapi di perjanjian kita tertulis bahwa kamu harus melakukan semua hal yang dapat membuat nenek mempercayai hubungan kita.” Calvin menjawabnya dengan ringan membuat Rachel tidak lagi bisa melanjutkan protesnya.

“Tidur saja dulu di sofa, nanti aku akan memikirkan bagaimana caranya membawa satu kasur lagi masuk ke kamar ini.” Calvin menunjuk sofa yang tepat berada di sebelah Rachel.

“Sofa? Bukankah seharusnya kamu sebagai lelaki yang mengalah dan tidur di sofa?” Rachel tidak terima dengan keputusan sepihak Calvin. Bagaimana tidak, ukuran sofa itu terlalu kecil bahkan lebih baik ia tidur di lantai.

“Mengalah? Ini kan kamarku. Kalau kamu tidak suka tidur sofa kamu boleh tidur di kasur. Di sampingku.” Calvin mengatakannya dengan nada yang tidak biasa membuat Rachel merinding. Gadis itu segera mengambil bantal dan selimut di atas kasur dan menggelarnya di lantai.

“Kamu tidur di lantai?” 

“Kamu tidak bisa lihat ukuran sofa itu?” Calvin mengedikkan bahunya.

“Sepertinya cukup untuk tubuh kecilmu.” 

“Aku lebih nyaman di lantai.”

“Terserah saja kalau begitu, aku mau mandi dulu.” Pria itu berjalan menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar tanpa mempedulikan Rachel yang masih menata posisi selimut di lantai.

~

“Pagi nek,”sapa Calvin saat melihat neneknya sudah duduk terlebih dahulu di meja makan.

“Loh, dimana Rachel?” Carla bertanya saat melihat Calvin hanya berjalan sendiri ke ruang makan. Calvin mengedikkan bahunya dan langsung mengambil beberapa macam lauk yang sudah tersedia.

Tidak lama kemudian Rachel turun dari lantai atas dengan gaun simpel berwarna putih. Gadis itu tampak sudah rapi dan siap untuk memulai harinya. Senyuman manis menghiasi wajah Rachel saat tatapannya bertemu dengan Carla.

“Selamat pagi nenek.” Carla membalasnya dengan senyuman lebar.

“Pagi cucu menantuku, kamu mau pergi kemana?” Carla kebingungan melihat penampilan Rachel yang sudah rapi di hari minggu pagi.

“Aku ada siaran langsung hari ini nek,” ujar Rachel seraya mengambil nasi dan lauk pauk yang menurutnya sangat mewah untuk sebuah sarapan.

“Siaran langsung?” 

“Rachel bekerja sebagai penyiar online untuk produk perusahaan kami nek.” Calvin menjawab pertanyaan Carla yang tampak kebingungan. Carla mengangguk namun terlihat dari wajahnya yang tidak puas.

Mereka memulai acara sarapan itu dengan tenang. Tidak ada lanjutan dari pembicaraan setelah Calvin mengatakan bahwa Rachel bekerja sebagai penyiar online untuk produk perusahaan mereka. Rachel menyenggol-nyenggol kaki Calvin membuat pria itu menatapnya kesal.

Rachel menatapnya dengan tatapan seolah bertanya mengapa suasana meja makan mendadak hening namun Calvin sekali lagi hanya mengedikkan bahunya tanda dirinya juga tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran sang nenek. Rachel terdiam. Apakah Carla tidak menyukai pekerjaannya?

“Penyiar online sama saja dengan bagian dari pemasaran bukan?” Pertanyaan Carla sontak membuat Rachel dan Calvin saling bertatapan.

“Iya nek, penyiar online di perusahaan kami bekerja di bawah tim pemasaran” ujar Calvin menjelaskan. Rachel hanya terdiam memikirkan nasibnya setelah ini. 

‘Apa mungkin setelah ini aku akan ditendang keluar karena tidak layak bersanding dengan cucunya?’ batin Carla cemas. Sebenarnya tidak masalah bagi dirinya jika ia ditendang keluar, hanya saja ia memikirkan nasib ibunya dan juga bagaimana cara mengganti biaya pembatalan kontrak. Tidak diterima oleh Carla sama saja dengan pemutusan kontrak akibat dirinya.

“Mulai besok Rachel akan bekerja di kantor pusat dan menjadi bagian dari tim pemasaran. Saya sendiri yang akan mengaturnya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status