Share

5. Kediaman Miguel (1)

Rachel langsung mengambil kopernya sesampai di apartment. Tiara menatap temannya kebingungan dan terus mengoceh tentang kemana sahabatnya itu akan pergi. Rachel yang mulai pusing dengan ocehan Tiara menghentikan langkahnya.

"Ara, dengarkan baik-baik dan jangan teriak-teriak." Tiara mengangguk dan Rachel langsung menceritakan kronologi kejadian yang ia alami seminggu terakhir ini pada Tiara. Gadis itu mendelik kaget dan memberikan tatapan kasihan pada Rachel.

"Sekarang kau sudah mengerti kan? lebih baik bantu aku berkemas dan jangan khawatirkan hal apapun." Tiara mengangguk namun tidak lama kemudian gadis cerewet itu kembali membuka mulutnya.

"Tapi kenapa sampai harus pindah ke kediaman Miguel?" Rachel menghentikan gerakannya sebentar lalu menatap Tiara. Pertanyaan Tiara ada benarnya. Kenapa ia harus sampai pindah?

"Hmm, mungkin aku akan mengetahuinya setiba disana. Kurasa sekarang yang terpenting adalah menuruti dulu semua keinginannya." Tiara mengangguk dan kembali membantu Rachel berkemas.

Rachel dan Tiara menghela napas lega setelah semua barang sudah terkemas dengan rapi. Rachel melirik jam yang tergantung di kamarnya dan baru menunjukkan pukul 6 sore.

"Mau pesan antar? Sepertinya kita harus mengadakan pesta perpisahan karena aku sudah tidak tinggal disini untuk sementara waktu." Tiara langsung mengangguk semangat.

"Ayam goreng? atau pesan set BBQ? Kau mau apa?" Tiara bangkit untuk mencari ponselnya.

"Set BBQ sepertinya menarik." Kedua gadis itu kemudian tertawa bersama.

~

Nicky memarkirkan mobilnya di depan apartment Rachel. Matanya dapat melihat Rachel bersama seorang temannya menunggu dengan 2 koper besar. Pria itu turun dari mobilnya dan menghampiri kedua gadis itu.

"Sudah siap?" Kedua gadis yang sedang sibuk mengobrol itu langsung menoleh ke arah Nicky. Rachel yang awalnya sedang tertawa langsung berubah suram saat melihat kedatangan Nicky.

"Iya." Jawab Rachel singkat sambil mengendikkan dagunya ke arah kedua koper di sebelahnya. Nicky hanya mengangguk dan membantu Rachel membawa kedua koper tersebut namun gerakannya terhenti saat seorang gadis menghadang dirinya.

"Kau sekretaris pria menyebalkan itu kan?" Nicky menatap Tiara bingung.

"Kau harus menjaga sahabatku. Aku akan menghajarmu habis-habisan jika sampai terjadi sesuatu dengan Rachel." Tiara memelototi Nicky. Pria itu hanya diam dan memasang ekspresi tidak peduli.

"Kau dengar tidak!" Seruan Tiara membuat Rachel sedikit tidak enak hati dan langsung menenangkan sahabatnya.

"Maaf nona saya tidak tahu apa hubunganmu dengan tunangan presdir tapi saya yakin presdir akan menjaga tunangannya dengan baik dan anda tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut." Jawaban Nicky membuat Rachel dan Tiara menganga. Tanpa menunggu jawaban apapun, Nicky langsung membawa kedua koper Rachel dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

"Silahkan masuk." Nicky membukakan pintu untuk Rachel dan Rachel yang sudah pasrah hanya mengikuti Nicky untuk masuk ke dalam mobilnya. Pria itu langsung menutup pintu mobil setelah memastikan Rachel masuk dan duduk dengan nyaman.

Nicky menyalakan mesin mobilnya dan langsung melaju meninggalkan apartment Rachel dan Tiara. Rachel menatap ke arah luar jendela. Pikirannya mulai kusut. Ia hanya berharap bahwa keputusannya saat ini tidak salah dan ini merupakan jalan terbaik bagi dirinya dan keluarganya.

~

Mobil Nicky memasuki wilayah perumahan mewah. Mata Rachel mulai mendelik kagum melihat semua rumah-rumah mewah disana. Tidak lama kemudian mobil itu berbelok menuju area yang lumayan sepi dengan pepohonan rindang di kiri dan kanan jalan. Jalanan sedikit menanjak dan Rachel dapat melihat ada satu rumah besar yang sangat terang berada di ujung jalan yang langsung ia yakini sebagai kediaman Miguel. 

Gerbang tinggi itu terbuka secara otomatis saat mobil Nicky berhenti sebentar di depannya. Rachel sendiri tidak dapat menyembunyikan rasa kagumnya melihat arsitektur kediaman Miguel. 

Mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan pintu masuk kediaman. Rachel dapat melihat Calvin sudah berdiri di depan pintu dengan sweater dan celana training. Pria itu tampak santai namun aura dingin tetap terpancar. 

Nicky turun dari mobil dan tidak lama kemudian pintu penumpang tempat Rachel duduk terbuka. Gadis itu sedikit terkejut melihat pria yang membukakan pintu untuknya. Calvin. CEO perusahaannya yang membukakan pintu mobil untuk dirinya.

Rachel segera turun dari mobil dengan perasaan campur aduk. Gadis itu sempat menggumamkan terima kasih namun sepertinya Calvin tidak peduli. Pria itu langsung membawa koper Rachel setelah berbicara singkat dengan Nicky.

Mobil Nicky melaju pergi meninggalkan kediaman Miguel menyisakan Calvin dan Rachel dalam situasi yang benar-benar canggung. Rachel hanya berdiam di tempatnya tidak berniat memasuki kediaman Miguel.

"Tidak mau ikut?" Pertanyaan Calvin menyadarkan Rachel. Gadis itu menghembuskan napas lalu berjalan cepat untuk menyesuaikan posisinya agar tidak terlalu jauh dari Calvin.

Sekali lagi Rachel kembali berdecak kagum melihat interior kediaman Miguel. Ruang tamu saja tampak begitu mewah. Kedatangan mereka langsung disambut oleh beberapa pelayan. Pelayan itu langsung mengambil alih koper Rachel dan membawanya entah kemana.

Rachel memutuskan hanya mengikuti langkah Calvin. Gadis itu tidak mau banyak protes. Tiba-tiba saja sebuah tangan melingkari pinggangnya dan hal itu sontak membuat Rachel kaget. Calvin sang pelaku memasang senyum manis dan menahan pinggang Rachel cukup kuat hingga membuat gadis itu pasrah karena tidak bisa melawan.

Carla berada di depan mereka berdua dengan senyuman lebar.

"Selamat datang cucu menantuku." Sapaan Carla membuat Rachel kaget. Belum sempat gadis itu menormalkan ekspresinya tangan sialan Calvin sudah membelai rambutnya. Pria gila!

"Nenek, sesuai perintah nenek aku sudah berhasil membujuk Rachel untuk pindah kesini." Calvin menyapa neneknya. Rachel cukup kaget dengan nada bicara Calvin yang berubah halus dan sopan saat berbicara dengan neneknya. 

"Ya Tuhan kalian serasi sekali. Rachel, nenek dengar dari Calvin kamu terlalu sibuk bekerja sampai jarang ada waktu untuk berdua oleh karena itu nenek memutuskan untuk mengajak kamu tinggal bersama kami." Rachel yang kebingungan hanya memberikan senyum lebar untuk menjawab Nenek Carla.

"Nenek, biarkan kami beristirahat dulu ya, besok kita akan mengobrol lagi. Sepertinya hari ini Rachel juga sudah sangat lelah." ucapan Calvin dibalas dengan anggukan neneknya. Beliau pun langsung mengizinkan mereka berdua untuk beristirahat.

Rachel menghentikan langkahnya saat dirinya merasa Nenek Carla sudah tidak terlihat. Gadis itu juga langsung melepaskan paksa rangkulan Calvin. Pria itu mengangkat tangannya dan menatapnya dengan senyum kecil seolah hal tadi bukan masalah besar.

"Dimana kamarku?" Tanya Rachel kesal. Pria di depannya hanya mengedikkan bahunya lalu sedikit membungkukkan badannya untuk mensejajarkan tinggi dengan Rachel.

"Menurutmu dimana?" Calvin balik bertanya. Rachel membuang wajahnya ke arah lain tidak mau menatap Calvin. Gadis itu tahu jarah wajah mereka berdua tidak sampai lima senti. Rachel langsung menengadahkan kepalanya dan mundur selangkah. Calvin tersenyum lebar.

"Itu di belakangmu adalah kamar kita."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status