Beranda / Romansa / Istri Pura-Pura Sang CEO / 7. Bekerja Di Kantor Pusat

Share

7. Bekerja Di Kantor Pusat

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-22 01:08:51

“Mulai besok Rachel akan bekerja di kantor pusat dan menjadi bagian dari tim pemasaran. Saya sendiri yang akan mengaturnya.” Rachel membelalakan matanya kaget dengan perkataan Carla. Gadis itu bahkan tidak sengaja menjatuhkan sumpit yang sedang dipegangnya.

“Nek sepertinya ini tidak baik,” ujar Calvin mencoba mencegah neneknya.

“Iya nek, aku sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang pemasaran.” Rachel menanggapi.

“Bukankah kamu sudah cukup lama menjadi penyiar online? Itu juga bagian dari pemasaran.” Jawaban Carla memang ada benarnya tapi entah mengapa Rachel merasa tidak seharusnya seperti itu. Ia memang memiliki pengalaman di bidang pemasaran tetapi sebagai penyiar online bukan sebagai tim yang menyusun strategi pemasaran dan bertanggung jawab atas pemasaran suatu produk. Bekerja dengan target seperti itu sudah jelas bukan bidang yang pernah disentuh oleh Rachel.

“Tapi nek—” Calvin menyenggol kakinya dari bawah meja meminta Rachel berhenti membuat alasan dan melawan neneknya. Rachel hanya bisa mendesah pasrah.

“Baik nek, untuk selanjutnya aku sendiri yang akan membantu Rachel.” Carla tersenyum puas mendengar jawaban dari cucunya dan kembali melanjutkan acara sarapan.

~

“Ini seharusnya dibicarakan terlebih dahulu!” Seru Rachel saat ia melihat Calvin duduk di ruang kerja ketika dirinya pulang dari acara siaran langsung bersama Tiara. 

“Sudah dipastikan seperti itu.” Calvin menjawab seruan Rachel dengan datar. Gadis itu tidak bisa menahan emosinya.

“Kamu tahu kan aku sama sekali tidak memiliki pengalaman kerja? Ini bisa mengacaukan kontrak kita nantinya!” Calvin menutup laptopnya dengan kesal saat mendengar Rachel yang terus berteriak 

“Jadikan saja pengalaman kerja, bisa?” Rachel mendengus kesal.

“Kamu pikir semudah itu?”

“Itu tugasmu untuk berusaha atau kamu mau pembatalan kontrak?” Rachel semakin kesal mendengar respon Calvin yang selalu mengancam dirinya dengan kontrak sialan tersebut. 

“Kalau semua tidak sesuai dengan harapan kamu dan nenek bagaimana?” Calvin berdiri bersandar di meja kerjanya sambil menatap Rachel.

“Itu juga tugasmu, mungkin kamu bisa membayar biaya pembatalan kontrak nantinya.” Ingin sekali Rachel melempar sepatu yang ia kenakan ke kepala Calvin. Masih teringat jelas di ingatanya kalau pria itulah yang mengiyakan neneknya pagi tadi. Rachel sekarang merasa tertantang. Calvin seperti sedang merendahkannya.

“Baik, aku akan pergi bekerja disana!” Tepat setelah mengatakan hal tersebut, Rachel keluar dan menutup pintu ruang kerja Calvin dengan keras. Tanpa keduanya sadari Carla dan Shella sedang berdiri tidak jauh dari mereka dan mendengar pertengkaran keduanya.

“Sepertinya cucuku selalu menyulitkan Rachel, menurutmu, apa yang harus kita lakukan untuk semakin mendekatkan keduanya?” Carla bertanya pada Shella.

“Sepertinya nyonya harus terus mengawasi mereka, semakin dekat mereka maka nyonya juga akan cepat mendapatkan cucu buyut.” Keduanya tampak tertawa geli dan mulai menyusun beberapa rencana untuk segera mengikat hubungan Calvin dan Rachel.

~

Rachel tidak bisa menahan rasa kagetnya saat menginjakkan kaki di ruang kerja tim pemasaran. Semua orang tampak sibuk dengan suara teriakan bersaut-sautan tiada henti. Bahkan mereka juga tidak menyadari kehadirannya disana.

“Rachel Lee?” Suara panggilan seorang wanita mengagetkan Rachel yang sibuk menatap kesibukan setiap orang di sana.

“Iya bu, saya Rachel Lee anggota tim pemasaran yang baru saja bergabung.” Wanita di depannya tampak menatap Rachel dengan pandangan meneliti.

“Silahkan ikut saya.” Wanita itu berjalan dan segera diikuti oleh Rachel.

“Silahkan duduk” ujar Diana saat mereka memasuki ruangan direktur tim pemasaran. Rachel menarik kursi lalu duduk dengan canggung. Wanita di depannya tampak sangat cantik dan elegan. Mulai dari tutur katanya serta setiap gerakkan berhasil membuat Rachel yang seorang gadis jalanan terkagum-kagum.

“Seperti yang kamu lihat, tim pemasaran sedang dalam masa sibuk karena harus memikirkan pemasaran produk baru edisi spesial 100 tahun Miguel Group.” Rachel hanya mengangguk. 

“Saya lihat kamu belum memiliki pengalaman di bidang ini dan belum lama ini kamu bekerja sebagai salah satu penyiar online untuk Miguel Group.” Lanjut wanita itu sambil membaca data diri Rachel melalui layar komputernya.

“Iya bu, belum lama ini saya bergabung sebagai penyiar online disini.” Diana menganggukkan kepalanya.

“Saya harap kamu akan cepat beradaptasi, kamu bisa mulai dari mendesain konsep pemasaran untuk produk baru kita lalu laporkan pada saya paling lambat besok pagi. Jika ada pertanyaan kamu bisa langsung tanyakan ke saya.”

“Baik bu” Rachel meninggalkan ruangan Diana lalu menatap sekelilingnya mencari meja kosong yang bisa digunakan sebagai mejanya. Setelah mendapatkan meja, Rachel mulai menyalakan layar komputer dan mengerjakan perintah Diana. Merancang konsep pemasaran seharusnya bukan hal yang sulit. Ini sama saja seperti ia memikirkan konten apa yang bisa ia lakukan di siaran langsungnya. Hanya saja memang konsep yang harus ia rancang saat ini bersifat lebih eksklusif dan tentu saja skalanya jauh lebih besar.

Di dalam ruang direktur pemasaran, Diana menatap tajam sosok Rachel dari jendela kaca.

“Jadi kamu pilihan Nenek Carla untuk Calvin, lihat saja nanti.” Diana segera mengubah pengaturan jendelanya menjadi gelap sehingga tidak dapat terlihat oleh orang lain di luar ruangan tersebut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   61. Rose (1)

    "Bagaimana kondisi kakimu hari ini?" Rachel tersentak saat mendengar suara Calvin."Baik, seperti yang kau lihat aku sudah bisa berjalan sendiri." Rachel menunjukkan kakinya pada Calvin. Ia memang sudah bisa beraktivitas dengan normal lagi setelah 2 minggu istirahat dan pemulihan."Bekas lukanya masih ada." Ujar Calvin saat melihat bekas luka jahitan di kaki Rachel yang masih terlihat cukup jelas."Tidak masalah, nanti juga dia akan memudar." Rachel menjawab sekenanya. Sejak membaca pesan singkat dari Rose malam itu, Rachel sudah membuat keputusan. Ia tidak boleh lagi terbuai oleh perhatian dan semua hal romantis yang dilakukan Calvin.Bahkan ia juga sudah mulai menyiapkan diri jika Calvin mulai mengungkit perceraian dengannya."Kau mau kemana?" Calvin mengerutkan dahinya bingung saat menyadari Rachel sudah rapi dengan pakaian semi formal."Kerja, kau pikir apalagi?" Rachel menjawabnya dengan bingung. Ia sudah lama tidak ke kantor apakah pria itu lupa ka

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   60. Rose (1)

    "Apa aku salah kalau perhatian dengan istriku sendiri?""AARRGGHHHHH!!!" Rachel berteriak heboh sambil menjambak rambutnya saat perkataan Calvin kembali terngiang-ngiang di kepalanya.Rachel tidak bisa tidur semalaman memikirkan perkataan Calvin yang berhasil membuat perasaannya kembali goyah. Sampai detik ini juga Rachel masih belum memantapkan hatinya tentang perasaannya pada Calvin.Di satu sisi Rachel merasa dirinya memiliki perasaan untuk pria itu karena perhatian yang selama ini Calvin berikan namun di satu sisi lainnya Rachel merasa semua itu hanyalah sandiwara belaka. Statusnya hanya sebagai istri pura-pura dari seorang Calvin Miguel."Rambutmu kenapa?" Rachel tersnetak kaget saat Calvin tiba-tiba masuk dna memergokinya yang sedang berantakan. Dengan cepat Rachel merapikan rambut menggunakan tangan sebisanya."Ada apa?" Tanya Calvin lagi. Pria itu membuka laci di sebelah ranjang rawat Rachel dan mengambil sebuah sisir.

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   59. Dilema Hati (4)

    Calvin menghela napas saat keluar dari kamar rawat Rachel. Pria itu benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan kali ini.Ia memutuskan untuk menghindar sejenak sambil mencari secangkir kopi untuk menyegarkan dirinya."Calvin" Seorang gadis berambut sebahu menghampirinya. Calvin terdiam.Ia tahu gadis yang kini berdiri di hadapannya adalah Rose. Cinta pertamanya."Sedang apa kau disini?" Tanya Calvin dingin. Gadis itu tampak tidak peduli dan memamerkan senyuman manis."Bukankah seharusnya kau senang melihatku disini?" Rose balik bertanya."Aku tidak ingin melihatmua disini." Calvin berniat untuk berjalan mendahului Rose namun gadis itu menghadangnya."Jangan begitu, aku disini untuk menjenguk istrimu." ujar Rose sabtai sambil melambaikan sebuket bunga yang ua bawa sejak tadi."Rachel tidak butuh dijenguk olehmu. Sebaiknya kau oergi dan jangan buat masalah." Rose tertawa sinis."Kau masih sakit hati dengan penolakkanku? Kalau begitu apaka

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   58. Dilema Hati (3)

    "Kau sudah bangun?" Rachel mengerjapkan matanya kaget saat mendengar suara Calvin begitu ia membuka matanya.Pria itu sedang duduk di kursi kecil tepat di sebelah ranjang rawatnya sambil memangku laptop. Calvin bertanya tanpa mengalihkan perhatian dari layar laptopnya."Kau tidak ke kantor?" Rachel bertanya dengan kebingungan. Gadis itu berusaha untuk bangun dan duduk bersandar.Melihat Rachel yang kesulitan, Calvin dengan sigap membantu gadis itu. "Aku sudah bilang aku akan terus bersamamu sampai kau benar-benar pulih." Calvin menjawab seraya membantu Rachel mengatur posisi.Selesai membantu Rachel, Calvin kembali mengambil laptopnya namun kali ini pria itu meletakkan laptopnya di atas meja.Calvin mulai menata laptopnya bersamaan dengan banyak berkas-berkas yang menumpuk di sekitarnya. Rachel menatap pria itu kebingungan. Calvin tampak sibuk."Kau sepertinya cukup sibuk, apa tidak sebaiknya kau kembali ke kantor?" Tanya Rachel hati-hati takut menyinggung pria itu lagi."Aku tidak s

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   57. Dilema Hati (2)

    "Ceraikan Calvin, aku yang seharusnya ada di posisi ini.""Maksudmu? Siapa kau berani bicara seperti itu?" Rachel bertanya dengan sedikit amarah. Gadis di deoannya begitu santai dan lancar mengatakan hal tersebut seolah itu bukanlah hal yang serius."Posisi Nyonya Miguel milikku. Andai saja waktu itu aku tidak memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Canada pasti sekarang aku yang menikah dengan Calvin.""Calvin sudah menikah denganku nona." Rachel tersneyum sinis menbuat gadis di hadapannya menatap tidak suka."Calvin hanya mencintaiku seumur hidupnya, bahkan Diana tidak bisa mendapatkan Calvin setelah semua yang ia lakukan. Sekarang aku sudah kembali, kita lihat saja siapa yang akan Calvin pilih." Gadis itu mengucapkan kata demi kata dengan penuh penekanan. Rachel sedikit terkejut saat gadis itu melemparkan sebuah kertas kecil ke pangkuannya sebelum berbalik pergi."Apa itu?" Tanya Tiara penasaran.Rachel mengambil kertas tersbeut dan membaca isiny

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   56. Dilema Hati (1)

    "Kau gila? Kenapa kau melakukan itu?" Tiara meneriaki Rachel setelah Rachel selesai menceritakan kronologi kejadian yang menyebabkan dirinya sekarang terbaring di ranjang rumah sakit.Hari ini Calvin sudah kembali bekerja setelah Rachel membujuknya dengan berbagai macam cara. Tidak mudah untuk membujuk pria itu namun akhirnya Calvin setuju dengan segudang syarat yang harus Rachel penuhi. Salah satunya adalah harus ada orang yang menjaga Rachel disaat Calvin tidak ada.Kali ini Rachel benar-benar bingung dengan sikap Calvin.Ia sadar dan sangat sadar akan posisinya yang hanya sebagai istri pura-pura dari pria itu lalu apa yang menyebabkan pria itu memperlakukannya dengan penuh perhatian seakan ia benar-benar menjadi istrinya?"Tapi pria itu tau cara berterima kasih juga ya, kudengar ini kamar private untuk keluarga Miguel di rumah sakit ini." "Cara berterima kasih?" Rachel tercengang mendengar perkataan Tiara."Lalu kalau bukan cara pria itu untuk berter

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   55. Kecelakaan

    "RACHEL!!" Seru Calvin saat melihat lampu itu terjatuh tepat di atas kaki istrinya. Calvin tidak mempedulikan sakit di tubuhnya saat terjatuh akibat dorongan Rachel tadi dan segera menghampiri istrinya yang sudah tidak berdaya."Rachel kau bisa mendengarku?" Calvin menepuk-nepuk wajah Rachel. Celana yang ia kenakan basah. Calvin menoleh melihat ke arah kakinya dan mendapati darah dari kaki Rachel sudah mengalir deras.Calvin semakin panik saat Rachel tidak kunjung menjawab."CEPAT TELPON AMBULANCE ISTRIKU TERLUKA PARAH!!" Seru Calvin keras. Beberapa orang yang sudah mengerumuni tubuh Rachel menganga kaget mendengar itu tapi tidak seorangpun berani mengomentari. Situasi sudah terlalu kacau sekarang.Calvin meletakkan kepala Rachel di pangkuannya dan terus menepuk-nepuk pipi gadis itu. Tanpa pria itu sadari air mata mulai menetes. "Ambulance masih membutuhkan waktu 10 menit lagi untuk tiba, jalan di depan macet sekali." Laporan Nicky membuat Calvin mengu

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   54. 100 Tahun Miguel Group (4)

    "Kau diam di situ!"Rachel terkejut mendengar suara yang sanagt dikenalnya. Juan masuk dengan tatapan membunuh."Aku hanya ingin kembali ke acara.""Tidak! Kakak ipar sudah berpesan agar aku memastikan kau tetap disini." Tolak Juan. Rachel hanya bisa menghela napas pasrah. Adiknya keras kepala dan ia sangat tahu hal itu."Kau sudah lebih baik? Mau makan sesuatu?" Juan bertanya seraya mengeluarkan beberapa jenis buah kesukaan Rachel dan meletakkannya di meja makan.Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepala Rachel. Ia menemukan cara agar bisa kembali ke gedung acara. "Kau bawa semua buah itu untukku?" Rachel bertanya sambil tersenyum kecil."Tentu saja. Semua ini kesukaan kakak. Aku tidak tahu kakak akan memilih yang mana jadi aku beli saja semua.""Wah uangmu banyak ya." ujar Rachel sedikit mencibir saat memperhatikan jumlah barang bawaan Juan yang cukup banyak."Aku baru saja gajian dan aku hampir

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   53. 100 Tahun Miguel Group (3)

    "Bagaimana keadaannya?" Calvin bertanya pada Nicky dengan wajah marah. Ia baru saja mendengar berita istrinya tidak sadarkan diri dan sedang dilarikan ke ruamh sakit.Dalam hati, Calvin merutuki sikapnya tadi saat bertemu dengan Rachel. Seandainya ia lebih memperhatikan gadis itu dan lebih bersikeras menyuruhnya untuk istirahat pasti tidak akan ada kejadian seperti ini."Tenangkan dirimu."Nicky mencoba memperingati Calvin dimana mereka berada sekarang.Calvin tidak peduli. Pria itu terus melangkah dengan cepat bahkan hampir berlari. "Aku akan menggantikanmu melihat kondisi Rachel, kau tunggu saja disini, tidak akan baik saat dilihat oleh para petinggi lain." Nicky lagi-lagi berusaha mencegah Calvin untuk pergi.Bukan karena tidak mengerti situasinya, tapi acara ulang tahun ke 100 Miguel Group merupakan acara penting yang sudah disiapkan sejak tahun lalu dan ia hanya tidak mau Calvin dalam posisi sulit karena dituduh telah lalai dalam menjalankan acara.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status