“Mulai besok Rachel akan bekerja di kantor pusat dan menjadi bagian dari tim pemasaran. Saya sendiri yang akan mengaturnya.” Rachel membelalakan matanya kaget dengan perkataan Carla. Gadis itu bahkan tidak sengaja menjatuhkan sumpit yang sedang dipegangnya.
“Nek sepertinya ini tidak baik,” ujar Calvin mencoba mencegah neneknya.
“Iya nek, aku sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang pemasaran.” Rachel menanggapi.
“Bukankah kamu sudah cukup lama menjadi penyiar online? Itu juga bagian dari pemasaran.” Jawaban Carla memang ada benarnya tapi entah mengapa Rachel merasa tidak seharusnya seperti itu. Ia memang memiliki pengalaman di bidang pemasaran tetapi sebagai penyiar online bukan sebagai tim yang menyusun strategi pemasaran dan bertanggung jawab atas pemasaran suatu produk. Bekerja dengan target seperti itu sudah jelas bukan bidang yang pernah disentuh oleh Rachel.
“Tapi nek—” Calvin menyenggol kakinya dari bawah meja meminta Rachel berhenti membuat alasan dan melawan neneknya. Rachel hanya bisa mendesah pasrah.
“Baik nek, untuk selanjutnya aku sendiri yang akan membantu Rachel.” Carla tersenyum puas mendengar jawaban dari cucunya dan kembali melanjutkan acara sarapan.
~
“Ini seharusnya dibicarakan terlebih dahulu!” Seru Rachel saat ia melihat Calvin duduk di ruang kerja ketika dirinya pulang dari acara siaran langsung bersama Tiara.
“Sudah dipastikan seperti itu.” Calvin menjawab seruan Rachel dengan datar. Gadis itu tidak bisa menahan emosinya.
“Kamu tahu kan aku sama sekali tidak memiliki pengalaman kerja? Ini bisa mengacaukan kontrak kita nantinya!” Calvin menutup laptopnya dengan kesal saat mendengar Rachel yang terus berteriak
“Jadikan saja pengalaman kerja, bisa?” Rachel mendengus kesal.
“Kamu pikir semudah itu?”
“Itu tugasmu untuk berusaha atau kamu mau pembatalan kontrak?” Rachel semakin kesal mendengar respon Calvin yang selalu mengancam dirinya dengan kontrak sialan tersebut.
“Kalau semua tidak sesuai dengan harapan kamu dan nenek bagaimana?” Calvin berdiri bersandar di meja kerjanya sambil menatap Rachel.
“Itu juga tugasmu, mungkin kamu bisa membayar biaya pembatalan kontrak nantinya.” Ingin sekali Rachel melempar sepatu yang ia kenakan ke kepala Calvin. Masih teringat jelas di ingatanya kalau pria itulah yang mengiyakan neneknya pagi tadi. Rachel sekarang merasa tertantang. Calvin seperti sedang merendahkannya.
“Baik, aku akan pergi bekerja disana!” Tepat setelah mengatakan hal tersebut, Rachel keluar dan menutup pintu ruang kerja Calvin dengan keras. Tanpa keduanya sadari Carla dan Shella sedang berdiri tidak jauh dari mereka dan mendengar pertengkaran keduanya.
“Sepertinya cucuku selalu menyulitkan Rachel, menurutmu, apa yang harus kita lakukan untuk semakin mendekatkan keduanya?” Carla bertanya pada Shella.
“Sepertinya nyonya harus terus mengawasi mereka, semakin dekat mereka maka nyonya juga akan cepat mendapatkan cucu buyut.” Keduanya tampak tertawa geli dan mulai menyusun beberapa rencana untuk segera mengikat hubungan Calvin dan Rachel.
~
Rachel tidak bisa menahan rasa kagetnya saat menginjakkan kaki di ruang kerja tim pemasaran. Semua orang tampak sibuk dengan suara teriakan bersaut-sautan tiada henti. Bahkan mereka juga tidak menyadari kehadirannya disana.
“Rachel Lee?” Suara panggilan seorang wanita mengagetkan Rachel yang sibuk menatap kesibukan setiap orang di sana.
“Iya bu, saya Rachel Lee anggota tim pemasaran yang baru saja bergabung.” Wanita di depannya tampak menatap Rachel dengan pandangan meneliti.
“Silahkan ikut saya.” Wanita itu berjalan dan segera diikuti oleh Rachel.“Silahkan duduk” ujar Diana saat mereka memasuki ruangan direktur tim pemasaran. Rachel menarik kursi lalu duduk dengan canggung. Wanita di depannya tampak sangat cantik dan elegan. Mulai dari tutur katanya serta setiap gerakkan berhasil membuat Rachel yang seorang gadis jalanan terkagum-kagum.
“Seperti yang kamu lihat, tim pemasaran sedang dalam masa sibuk karena harus memikirkan pemasaran produk baru edisi spesial 100 tahun Miguel Group.” Rachel hanya mengangguk.
“Saya lihat kamu belum memiliki pengalaman di bidang ini dan belum lama ini kamu bekerja sebagai salah satu penyiar online untuk Miguel Group.” Lanjut wanita itu sambil membaca data diri Rachel melalui layar komputernya.
“Iya bu, belum lama ini saya bergabung sebagai penyiar online disini.” Diana menganggukkan kepalanya.
“Saya harap kamu akan cepat beradaptasi, kamu bisa mulai dari mendesain konsep pemasaran untuk produk baru kita lalu laporkan pada saya paling lambat besok pagi. Jika ada pertanyaan kamu bisa langsung tanyakan ke saya.”
“Baik bu” Rachel meninggalkan ruangan Diana lalu menatap sekelilingnya mencari meja kosong yang bisa digunakan sebagai mejanya. Setelah mendapatkan meja, Rachel mulai menyalakan layar komputer dan mengerjakan perintah Diana. Merancang konsep pemasaran seharusnya bukan hal yang sulit. Ini sama saja seperti ia memikirkan konten apa yang bisa ia lakukan di siaran langsungnya. Hanya saja memang konsep yang harus ia rancang saat ini bersifat lebih eksklusif dan tentu saja skalanya jauh lebih besar.
Di dalam ruang direktur pemasaran, Diana menatap tajam sosok Rachel dari jendela kaca.
“Jadi kamu pilihan Nenek Carla untuk Calvin, lihat saja nanti.” Diana segera mengubah pengaturan jendelanya menjadi gelap sehingga tidak dapat terlihat oleh orang lain di luar ruangan tersebut.
Calvin menghentikan langkahnya saat sudah tiba tepat di depan ruangan tim pemasaran. Entah apa yang membuatnya sangat ingin melihat keadaan Rachel yang hari ini mulai bekerja di tim pemasaran. Masih berdebat dengan dirinya sendiri, tanpa terasa ia sudah berjalan mondar-mandir sejak 15 menit yang lalu membuat beberapa karyawan bergosip tentang kedatangan dirinya.“Aku sudah janji dengan nenek akan menguruskan dikantor.” Calvin mencoba meyakinkan alasan ia datang mencari Rachel di tim pemasaran sambil membawa sebungkus roti yang ia rebut dari Nicky.Para karyawan yang berada di dalam ruangan tim pemasaran kaget dengan kedatangan Calvin dan langsung memberikan salam. Calvin hanya bisa membalasnya dengan kaku. Matanya mencari-cari keberadaan Rachel.“Pak Calvin” Calvin menghentikan langkahnya saat sebuah suara menyapanya. Calvin menghela nafas pelan saat melihat Diana yang menyapanya. Diana teman semasa kuliah Calvin yang sudah tidak terdengar kabarnya selama hampir 6 tahun dan tiba-tiba
“Kemarin kalian berdua pergi terpisah dan pulang terpisah?” Rachel dan Calvin sontak menghentikan gerakan makan mereka dan menatap neneknya kebingungan. “Itu karena kami memiliki jadwal pulang dan pergi yang berbeda nek.” Rachel mencoba menjawab dengan alasan paling logis menurutnya. Memang kemarin Rachel memutuskan untuk berangkat dan pulang terpisah saat bekerja untuk mengurangi rumor-rumor yang beredar di perusahaan nantinya. “Kalau begitu kalian harus saling menunggu” ujar Carla tenang. “Tapi Calvin sering lembur nek, aku agak lelah jika harus menunggu Calvin sampai lewat tengah malam.” Rachel mencoba membujuk Carla kembali. “Kau memiliki Rachel. Bukankah seharusnya kamu akan lebih sering pulang tepat waktu dan menghabiskan waktu bersama?” Calvin melirik Rachel meminta bantuan gadis itu untuk menjawab namun Rachel hanya fokus dengan makannya. “Nek menurutku–” “Tidak ada alasan lagi Calvin, mulai hari ini jika nenek tidak melihat kalian berangkat bersama dan pulang bersama, n
[Kamu tidak lembur tapi aku yang lembur. Kalau ada masalah dengan kekasihmu segera selesaikan agar ia tidak melampiaskannya padaku.]Calvin hampir saja mengumpat saat membaca pesan balasan dari Rachel. Ia sudah berniat baik untuk tidak lembur dan ingin mengajak gadis itu menikmati makan malam di luar rumah seperti saran neneknya, tapi balasan Rachel sangat tidak sesuai dengan dugaannya. Bahkan ia juga menyebutkan kekasih yang entah siapa itu.“Ada apa?” Nicky bertanya seraya meletakan beberapa dokumen di atas meja Calvin.“Menurutmu siapa kekasihku disini?” tanya Calvin.“Tentu saja Rachel.”“Kalau Rachel yang mengatakan aku memiliki kekasih disini menurutmu siapa?” Nicky mengerutkan dahinya bingung.“Mungkin… Diana?” Nicky menjawab dengan ragu namun reaksi Calvin sungguh di luar dugaan. Pria itu tampak terkejut dan menyangkal semuanya.“Kau tahukan sering ada rumor bahwa kau berkencan dengan Diana karena ia adalah salah satu teman kuliahmu?” Calvin berpikir sebentar lalu mengangguk.
Rachel berusaha menahan rasa kekesalannya saat melihat konsep yang ia rancang mati-matian dipresentasikan oleh Diana. Gadis itu meremas ujung bajunya sambil menunduk enggan mengamati presentasi tersebut. Bahkan dari penjelasan Diana, Rachel bisa menebak kalau atasan langsungnya itu menyalin mentah-mentah seluruh pekerjaannya.Rachel merutuki dirinya. Ia memang tidak memiliki pengalaman kerja tapi bagaimana bisa ia dengan mudah tertipu dan menyerahkan semua hasil kerjanya pada Diana. Rachel benar-benar kesal.“Sekian dari presentasi saya.” Diana mengakhiri presentasi dan kembali ke tempat duduknya diiringi oleh suara tepuk tangan semua yang menghadiri rapat kecuali Calvin dan Rachel.“Bagaimana menurut kalian mengenai konsep milik Diana?” Calvin bertanya dengan nada datar. Rachel menatap Calvin dengan penuh harap. Berharap pria itu akan membelanya dan mengatakan bahwa itu adalah hasil kerja kerasnya.“Menurut saya konsep ini sangat menarik, sesuai dengan keahlian Bu Diana.” Rachel mend
"Pagi nek, Rachel belum bangun?" Calvin menyapa neneknya sekaligus bertanya mengenai keberadaan Rachel yang tumben belum terlihat."Kau masih belum menyelesaikan masalahmu dengan Rachel?" Calvin menatap neneknya bingung. Pria itu meneguk susunya sambil berpikir keras apa yang salah dari dirinya sehingga membuat Rachel marah dari kemarin."Aku tidak berbuat salah nek" ujar Calvin tanpa dosa yang langsung membuat neneknya meletakan alat makannya di atas meja. Carla menatap cucunya kesal. Calvin pintar dalam segala hal kecuali dalam hal wanita dan itu sangat menyebalkan untuk Carla."Rachel sudah berangkat kerja satu jam yang lalu. Sebaiknya kau cepat renungkan apa kesalahanmu." Carla berdiri dari kursinya dna meninggalkan Calvin yang kebingungan.***Rachel berjalan melewati Diana seolah tidak melihatnya. Ia tidak dapat membohongi dirinya kalau ia masih benar-benar kesal dan tidak terima dengan perlakukan Diana yang mengambil hasil pekerjaannya."Rachel" merasa dipanggil Rachel menghenti
Rachel memasuki ruang kerja tim pemasaran dengan perasaan sedikit lebih baik daripada kemarin. Kunjungan ke pabrik membuat ia berhasil melupakan beberapa hal yang kurang mengenakan di kantor. Ia tidak begitu peduli lagi sekarang dengan apa yang akan dilakukan oleh Diana. Rachel hanya berpikir, untuk apa ia peduli jika memang kedua orang tersebut adalah sepasang kekasih. Marah atau kecewa dengan Calvin sepertinya juga suatu hal yang bodoh bagi Rachel. Seharusnya, ia sudah tahu pasti jika Calvin akan lebih berpihak pada Diana. Terkadang ia merasa bingung dengan dirinya belakangan ini, entah apa yang terjadi Rachel mulai sedikit menginginkan perhatian dari Calvin tanpa sadar.Gadis itu buru-buru menghapus segala macam pemikiran yang melintas di kepalanya. Ia mulai menyalakan komputernya dan berniat mulai bekerja. Semua yang ia lakukan saat ini adalah demi kesembuhan ibunya, ia tidak boleh melakukan hal-hal mengikuti emosinya saat ini."Rachel" merasa dirinya dipanggil Rachel menoleh. Vir
Tatapan Rachel tidak bisa terlepas dari buku nikah yang baru saja mereka dapatkan dari KUA. Pikirannya benar-benar kalut. Seumur hidupnya tidak pernah terbayang bahwa dirinya akan menikah dengan cara seperti ini. Membantah rencana ini sudah ia lakukan, tapi ada daya jika dirinya masih terikat kontrak dengan Calvin.Rachel menoleh ke arah Calvin. Pria itu juga memasang wajah datar selama proses pernikahan mereka. Tidak. Bahkan Calvin sudah seperti itu sejak mengatakan bahwa mereka akan menikah atas permintaan sang nenek.Entah apa yang ada di pikiran Calvin, tapi Rachel yakin kalau pria itu juga sama sekali tidak menginginkannya. Sampai saat ini Rachel masih yakin kalau ada sesuatu di antara Calvin dan Diana.Baru saja pemikiran itu melintas di kepala Rachel, tiba-tiba saja ponsel Calvin berdering dan ia dapat melihat dengan jelas bahwa itu merupakan panggilan dari Diana. Tanpa menunggu apapun Calvin langsung mengangkat panggilan tersebut. Rachel mendengus kesal tanpa sadar. Entah apa
"Kau sudah pulang?" Rachel menghentikan langkah kakinya saat suara rendah Calvin tiba-tiba muncul di kamar yang awalnya sunyi. Pria itu menghentikan kegiatan membaca majalahnya lalu berdiri tepat di hadapan Rachel. "Kenapa tidak mengangkat telepon?" Pertanyaan Calvin jelas membuat Rachel mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak merasa ada yang salah kalau tidak mengangkat panggilan dari pria itu dan masih teringat dengan jelas jika tadi Calvin sendiri yang mengusirnya."Apakah ada masalah?" Malas meladeni Calvin, Rachel berjalan melewati tubuh pria itu. Belum ada satu centi ia melewati Calvin, pria itu sudah mendorong tubuh kecilnya membuat ia terpaksa terhimpit di antara tubuh Calvin dan pintu kamar."Kau belum tahu letak kesalahanmu?" "Apakah aku berbuat salah?" sebisa mungkin Rachel menghindari tatapan Calvin. Gadis itu berusaha untuk memberontak agar jarak dirinya dan Calvin dapat sedikit menjauh."Seorang wanita bersuami pulang pukul 2 subuh itu