Share

Satu Tahun Kemudian

Satu tahun berlalu dan aku semakin dekat dengan Gilang. Pak Kenzie pun semakin gencar mengejarku. Hari ini aku berencana bertemu dengan Ruby di taman hiburan. Ruby membawa anaknya yang sudah berusia delapan bulan lebih.

"Hei By!" Aku berteriak ketika kulihat Ruby yang sedang menggendong anaknya. Memakai dress berwarna kuning membuatnya terlihat fresh.

"Hei Deev," jawabnya sambil melambaikan tangan.

"Suami ke mana?" tanyaku karena tidak melihat tanda-tanda suami Ruby.

"Dia belum ke sini. Nanti nyusul katanya," jawab Ruby membuatku manggut-manggut.

"Kita mau ke mana dulu nih sambil nunggu suami kamu?" tanyaku.

"Kita makan dulu aja ya, laper," ucap Ruby sambil mengelus-elus perutnya.

"Laper terus ya Bun," godaku.

"Iya nih, semenjak menyusui jadi gampang banget laper.

"Lagi tidur ya si Angel?" Angel, nama anak pertama Ruby.

"Iya nih, udah lumayan lama sih merem. Paling bentar lagi juga bangun ini anak," jawab Ruby.

"Ya udah ayo kita ke tempat makan dulu. Isi bahan bakar sebelum mulai main. Mau makan apa?" tanyaku pada Ruby.

"Mau makan apa ya? Bingung aku tuh," jawab Ruby yang membuatku bingung juga.

"Ya pengen makan apa, aku ikut aja," jawabku.

"Aku mau ... itu deh! Ayo ke sana." Ruby menunjuk ke arah rumah makan dengan menu ayam.

Seleranya tidak pernah berubah.

"Ya udah ayo." Kami berjalan beriringan sampai ke rumah makan tersebut.

"Silakan duduk, silakan pilih menunya." Sesaat setelah kami masuk, kami langsung disambut oleh salah satu pegawainya.

"Mau pesen apa By?" tanyaku sambil menyodorkan daftar menu kepada Ruby.

"Aku mau ... ayam geprek aja deh," ucapnya kepada pegawai rumah makan.

"Baik, ayam gepreknya satu, kalau mbaknya?" tanya pegawai itu padaku.

"Aku juga ayam geprek deh mas. Minumnya ... es teh susu. Kamu apa By?" tanyaku yang langsung dijawab cepat olehnya.

"Aku es jeruk aja."

"Baik, ayam gepreknya dua, es teh susu satu, es jeruk satu. Ada tambahan lain?" tanya pegawai rumah makan.

"Nggak ada mas," jawab Ruby sigap.

Aku dan Ruby mengobrol sembari menunggu menu makanan yang kami pesan.

Ketika sedang mengobrol, pintu rumah makan dibuka dan masuklah seorang lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah suami Ruby.

"Hei sayang. Udah lama nunggu?" tanya suami Ruby.

"Hei honey, enggak kok, baru aja sampai ini. Kamu mau makan nggak?" tanya Ruby pada suaminya.

"Enggak deh, aku masih kenyang sayang. Sini Zidan biar sama aku aja," ucapnya sambil melepas gendongan Zidan dari Ruby.

"Eh, nggak papa Zidan sama aku dulu aja," tolak Ruby.

"Udah kamu makan dulu aja. Zidan biar sama aku. Lagian biar kamu nyaman makannya."

"Iih kamu so sweet banget sih, jadi makin cinta deh," ucap Ruby yang diikuti dengan kecupan singkat.

"Ehem! Inget ya di sini ada jomblo," ucapku dengan suara yang agak keras, sengaja.

"Ehehe, ya maaf Deev," ucap Ruby sambil menunjukkan gigi kelincinya.

"Oh sayang, aku mau pesen minum aja deh. Tolong jus alpukat satu ya."

"Oke, nanti kalau mas-mas atau mbaknya ke sini kita pesen lagi."

"Oke." Sekarang Zidan sudah ada di pangkuan suami Ruby. Ketika dipindahkan, Zidan terbangun, dan langsung tersenyum.

"Zidan. Ini siapa ya? Ini aunty," ucapku sambil menunjuk diri sendiri.

"Aunty Adeeva cantik."

"Idih, pede banget ya aunty."

"Harus dong ah," ujarku percaya diri.

"Permisi, silakan makanannya." Seorang pramusaji datang membawa pesanan kami.

"Mbak maaf, kami pesan satu lagi minumnya, jus alpukat ya," pinta Ruby pada pramusaji yang masih meletakkan piring-piring pesanan kami.

"Baik Ibu, ada lagi?" tanyanya.

"Enggak ada mbak, udah itu aja," ucap Ruby.

"Baik, silakan ditunggu ya," ucap pramusaji itu sebelum benar-benar pergi.

"Dimakan sayang makanannya. Jangan sampai kamu kurus," ucap suami Ruby.

"Telat Pak ngomongnya, Ruby udah keburu kurus sekarang," selaku.

"Aku kurus kan bukan karena nggak makan. Aku kurus karena ngasih asi ke anakku. Yey, seneng deh, nggak perlu diet, kurus sendiri," ucap Ruby bangga.

Ketika aku mulai menyesap es teh susuku, kulihat ada seorang lelaki yang sangat kukenal memasuki rumah makan yang sedang kusambangi ini.

Uhuk uhuk uhuk.

"Heh, minum buruan By," ucap Ruby cemas.

Aku segera menyedot es teh susu yang sebelumnya membuatku tersedak.

"Kenapa Deev kok bisa sampai tersedak gitu?" tanya suami Ruby.

"Enggak, nggak papa kok." Aku tidak akan bilang bahwa ada Kenzie di dalam rumah makan ini.

Aku berusaha menutupi wajahku dengan tangan. Namun sayang, usahaku gagal dan pak Kenzie tetap menemukanku.

"Eh kamu di sini juga Deev?" tanya pak Kenzie yang membuatku seketika mengumpat pelan.

"Sial!"

"Eh pak Kenzie, ada acara apa ya di sini?" tanyaku dengan nada ketus.

"Oh, saya lagi main aja sih sama kakak dan kakak ipar ke sini. Ada ponakan juga. Boleh nggak kalau saya duduk di sini juga?" tanya pak Kenzie yang membuatku seketika memelototkan mataku pada Ruby pertanda tidak mau.

Bukannya mengikuti rencanaku, Ruby malah tersenyum dan dengan sengaja menyuruh pak Kenzie untuk duduk bersama kami.

"Silakan Pak duduk di samping Adeeva, masih ada kursi kosong kok," ucap Ruby membuatku langsung menendang kakinya.

"Awww!" Ruby berteriak agak kencang.

"Kamu kenapa sayang?" tanya suaminya khawatir.

"Eh, nggak papa. Kayanya tadi ada semut yang gigit kaki aku," jawab Ruby seadanya.

"Terima kasih, kalau gitu saya panggil kakak saya dulu ya," ucap pak Kenzie santai.

Ketika pak Kenzie sudah agak menjauh, aku langsung protes pada Ruby, "Ish! Kamu kok gitu sih By?! Aku kan udah ngasih kode biar kamu tolak pak Kenzie duduk di sini! Malah disuruh duduk di sini!" ucapku jengkel.

"Habisnya gemes banget liat kalian tiap hari di kantor. Kaya kucing sama tikus aja. Lagian tinggal terima aja pak Kenzie jadi pacar apa susahnya si Deev? Nggak ada ruginya juga kan?"

"Ruginya ada! Gimana kalau aku jatuh cinta sedangkan dia akhirnya jadi sama calon istrinya yang sekarang?!"

"Ya udah sih, berarti yang belum jodoh kan?" ucap Ruby enteng.

"Haah, susah emang ngomong sama orang susah."

"Eeh, enak aja, amit-amit. Jangan sampai jadi orang susah."

"Buruan ah makannya, biar nggak makan lama-lama bareng pak Kenzie nyebelin!"

"Saya nyebelin?" tanya pak Kenzie yang entah sejak kapan ada di belakangku.

"Iya bapak nyebelin!" ucapku sedikit berteriak.

"Yah, padahal saya berusaha biar nggak jadi orang nyebelin lho Deev." Ucapannya membuatku memutar mataku.

"Silakan duduk Pak, Bu," ucap Ruby mempersilakan kepada dua orang yang datang dengan pak Kenzie.

"Terima kasih." Setelah mereka duduk, aku pun mempercepat makanku. Niatnya karena ingin cepat-cepat pergi. Ternyata bukannya bisa cepat pergi, aku malah ditahan oleh kakak ipar pak Kenzie. Nasib nasib.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status