Share

Istri Rahasia Dosen Impoten
Istri Rahasia Dosen Impoten
Penulis: Fiska Aimma

Bab 1. Pertemuan Gila

POV Author

"Pokoknya ya, Ya. Emak gak mau tahu lo mesti lulus tahun eni juga. Kalau kagak, elo bakal dijadiin istri kelima Babeh Rojali, mau lo? Emak kagak mau tahu dah. Pokoknya lo buruan luluuuuus!"

"Astaghfirullah tobat!"

Alya—mahasiswa tingkat akhir yang merupakan anaknya almarhum Babeh Hariri itu menggelengkan kepala seraya bergidik ngeri. Mengingat teriakan Emak yang sadis dan memekakan telinganya, membuat Alya yang semula ogah-ogahan ngampus memutuskan lebih tegar dari sebelumnya. Dia bertekad harus lulus dibanding jadi istri kelima dari Babeh Rojali yang doyannya daun muda.

Dengan langkah gontai tapi pasti Alya menyusuri lorong-lorong kampus yang sepi. Bagi Alya yang merupakan mahasiswa angkatan tua, suasana di kampus kini jelas terasa berbeda. Hal ini mungkin karena dia sudah cuti setahun lamanya. Hanya karena gara-gara videonya yang ditolak Aji viral, Alya memilih untuk pensiun sementara dari perkualiahan sampai gosipnya mereda. Namun, siapa sangka ternyata keputusan Alya mengakibatkan dirinya terlena hingga sampai lupa kalau dia belum wisuda.

Nahas, saat Alya tersadar, semua kondisi seolah gak berpihak kepadanya. Dimulai dari dosennya yang mundur menjadi pembimbing sampai nilainya yang jauh dari kata sempurna.

Ya, mau bagaimana lagi, Alya memang gak pintar-pintar amat dari sisi akademik. Banyak yang bilang kalau Alya ini kebanyakan makan micin, makanya di nilai KHS (Kartu Hasil Studi) kebanyakan nilai C dan D, paling banter B. Ada sih A, tapi itu karena dosennya kasian katanya Alya  anak yatim.

Yailah, segitunya Alya dikasihani.

Kadang Alya bertanya, apa dia emang sebodoh itu sampai sulit untuk wisuda?

Beruntung, di tengah keputusasaan Alya akhirnya dia mendapat info kalau ada dosen muda yang mau membimbingnya,

Bak ketiban durian runtuh, tentu Alya menyambut bahagia. Kata Bu Poppy dosen itu bernama Brian Rakanda Aragani yang biasa disebut Pak Raka.

Pak Raka, berumur 33 tahun dan mengajar di kelas mahasiswa tingkat satu. Menurut gosip yang beredar, Pak Raka itu orangnya sih ganteng tapi bertatus duda.

Honestly, Alya gak pernah ketemu dengannya. Maklum mahasiswa abadi macam Alya mah masih termasuk langka soalnya teman-temannya udah pada lulus semua, terkecuali mereka yang punya masalah kayak Alya.

Dan setelah, mencari tahu tentang jadwal Raka, lalu di sinilah Alya berada, di depan ruang Raka si dosen muda yang katanya selain doi duda, dia juga kaya raya. Tapi, tenang aja, Alya bukan tipe yang silau karena harta. Dia harus meluruskan niat, kalau dia di sini demi mengejar kelulusan dalam tempo sesingkat-singkatnya supaya bisa dapat nilai A.

Tok. Tok. Tok.

Alya mengetuk pintu bercat warna abu silver tersebut dengan dada yang berdebar-debar. Ruangan dosen bernama Raka itu letaknya emang agak kepojok dan menjorok ke dalam. Heran bisa-bisanya orang kaya dapat di tempat yang beginian.

Mendapati sekelilingnya yang udah mulai sepi, Alya mulai parno dan berpikir yang enggak-enggak karena takut ada penampakan. Maklum, di lantai lima Fakultas MIPA ini, terkenal dengan angkernya.

"Assalammu'alaikum Pak, maaf saya Alya. Saya diminta Bu Poppy menemui Bapak."

Hening. Tidak ada sahutan. "Loh kemana si Bapak? Kata Bu Poppy ada di ruangannya?"

Alya kembali mengecek nama di depan pintu khawatir salah ruangan tapi nama yang tertera di sana benar adanya. Tertulis dengan jelas ruang dosen 'Prof. Dr. Ing. Brian Rakanda Aragani S.P.T M.Sc'. Duh, bacanya juga udah belibet.

Alya mengetuk lagi untuk memastikan dan dia bahkan melongokkan kepala untuk melihat ke dalam lewat jendela, khawatir di dalam kosong. Merasa gak ada jawaban, Alya memutuskan untuk kembali nanti, barangkali Pak Raka sedang mengajar tapi pas menengok ke samping tiba-tiba ada seorang gadis kecil yang berlari ke arah Alya.

"Bunda!" Teriak gadis kecil itu seraya berlari membawa tubuh tambunnya melintasi lorong sunyi. Sontak saja Alya terkejut. Dia yang aslinya penakut udah mulai mau angkat kaki saja.

Siapa yang enggak kaget coba? Pasalnya Alya gak pernah bertemu gadis kecil di lantai lima, jangan-jangan dia hantu?

Alya teflek memundurkan langkah untuk menjauhi tapi si gadis cilik malah lebih ceria lagi berlari.

"Bundaaaa! Jangan pergi! Ini Acha!"

"A-Acha?" tanya Alya gagap sambil melihat ke arah si bocah. "Ja-jadi namamu Acha?" lanjut Alya penasaran tapi juga ketakutan.

Dia ingat dulu pernah ada legenda, katanya di lantai lima ada hantu anak kecil yang suka melayang dan mengganggu mahasiswa yang lagi kesepian. Jangan-jangan ....

"Bundaaaa! Aku kangen Bunda!" Suara Acha, si anak kecil kembali menggema bersamaan dengan pelukan yang ia daratkan pada Alya.

Buk!

"Bunda! Bunda ke mana aja? Jangan pergi lagi! Jangan!" rengek bocah itu membuat Alya yang awalnya mau kabur terpaksa diam, seolah ada magnet yang menariknya.

Alya merasa aneh, perasaan baru kali ini dia disebut Bunda oleh seorang anak yang gak jelas juntrungannya dari mana. Tapi, untungnya ini bocah kayaknya manusia karena kakinya menapak di lantai.

"Hey, Dek, sebenarnya kamu siapa? Di mana orang tuamu?"

"ACHA!"

Belum juga Alya mendapatkan jawaban dari bocah perempuan itu,seorang lelaki tiba-tiba menyela dengan nada yang berat membuat gadis itu mendongak. Melihat siapa yang menyapa, seketika dia terkesiap dan mematung karena melihat seorang pria tampan tengah melihat ke arahnya.

Sejenak dia terpana karena rasanya seolah melihat model Korea turun ke kampusnya. Coba bayangkan saja, wajah pria itu benar-benar sempurna. Rahangnya yang lancip, hidungnya yang bangir dan matanya yang setajam elang kian menambah kesan kalau dia bukan laki-laki biasa di mata Alya.

Melihat kedatangan pria itu, Acha--si gadis kecil itu langsung melonggarkan pelukannya dari Alya dan menuju ke arah lelaki itu.

"Om Raka! Om! Lihat, Acha ketemu sama Bunda!"  Acha memegang tangan pria itu sambil menunjuk ke arah Alya.

Alya yang baru tahu kalau pria itu adalah dosen pembimbingnya, seketika tercengang. Oh, ternyata ini yang namanya Pak Raka?

Alya membatin sambil tak melepaskan matanya dari Raka yang juga memandangnya. Sesaat mereka bertukar tatap tapi gak lama karena Raka lebih dulu menghindar sambil berdehem pelan.

"Kamu siapa? Ngapain ada di depan ruangan saya?" tanya Raka dengan wajah keheranan.

Ditanya begitu, Alya yang semula bengong kontan terkesiap. "Ah, iya, Pak, saya lupa mengenalkan diri. Selamat siang Pak, saya Alya Nadia panggil saja Alya, mahasiswa bimbingan Bapak," jelas Alya sembari langsung berdiri sopan. Sementara dia masih menatap Alya seolah tengah melihat hantu.

"Jadi kamu yang namanya Alya?"

"Ya, Pak."

"Hem, ternyata ini yang namanya Alya." Terdengar Raka menggumam sambil sesekali mengamati. Lelaki itu berulang kali mengerutkan dahi seolah bingung membuat Alya keki sendiri.

Ngapain sih nih dosen? Kayak aneh lihat gue, apa tampilan gue buluk banget, sampe mata dia nyureng-nyureng begitu?

"Om, Kakak itu benar Bunda, kan?" Suara Acha yang imut memecah situasi canggung yang terjadi antara Alya dan Raka.

Raka yang tersadar lantas mengelus puncak gadis kecil bernama Acha itu. "Bukan Cha, dia bukan Bunda. Kak Alya ini adalah mahasiwa Om, kamu salah orang."

"Bohong! Om pasti boongin Acha."

"Kalau gak percaya coba tanya sendiri."

Acha sang bocah lugu, menengokkan kepala ke arah Alya yang masih tersenyum. Dia memandang sedih Alya dan melihat secara seksama.

"Jadi, Kakak bukan Bundanya Acha?" tanya Acha kecewa.

Alya menggeleng pelan. "Bukan, kakak bukannya Bunda Acha. Tapi Kakak mau kok berteman dengan Acha. Acha mau gak temenan sama kakak?" tanya Alya lembut. Dia merasa sedih ketika melihat bocah perempuan itu tampak kecewa pas tahu kalau dia bukan ibunya.

Acha mengangguk ceria. "Mau mau mau. Acha mau temenan sama Kakak. Boleh kan, Om? Acha mau temenan sama kak Alya?"

Dia beralih ke arah Raka yang masih terpaku pada wajah Alya yang benar-benar mirip sama kakaknya. Pria itu tampak gak percaya, mengapa ada wanita semirip ini dengan Kak Diana.

Tiba-tiba satu ide gila terbit di benak Raka. Entah mengapa dia merasa hanya Alya bisa melakukannya.

"Om!" panggil Acha lagi.

"Oh, eh, ya boleh dong. Nah, karena udah temenan sekarang Acha mau gak nunggu di ruangan Om dulu? Mau, kan?" bujuk Raka pada keponakannya.

Acha merengek, gadis kecil itu menarik-narik kemeja Pak Raka. "Gak mau! Acha mau sama Kakak yang mirip Bunda itu!"

"Eh, gak boleh gitu, ingat kalau Acha nakal, Acha gak boleh main lagi ke sini loh sama Nenek," ujar Raka mencoba memberikan ancaman kecil agar bocah itu menurut.

Dinasehati begitu, akhirnya Acha menyerah. Dengan mulut manyun dan setelah melambaikan tangan pada Alya, pada akhirnya Acha meninggalkan Alya dan Raka berdua saja.

Sepeninggal Acha, Raka berjalan tegap menemui Alya yang masih terdiam dengan wajah kebingungan menyaksikan perdebatan om dan keponakannya itu.

"Kamu pasti kaget kenapa Acha bersikap kayak tadi, ya?" tanya Raka pada Alya.

Mereka berdua sekarang sudah berdiri saling berhadapan di depan ruangan Raka.

Alya mengangguk pelan. "Iya Pak, saya sempat bingung tapi gak apa-apa. Setelah saya mendengar obrolan Bapak dan Acha saya paham mungkin dia nganggap saya Bundanya. Tapi, apa semirip itu, ya?" tanya Alya penasaran. Gadis itu tahu kalau hal ini terlalu privasi untuk dibahas di pertemuan awal mereka tapi dia kepo saja.

Raka tersenyum simpul. "Ya, sangat mirip. Makanya saya juga kaget, saya gak kira kamu semirip itu dengan almarhumah Mbak Diana. Eh, tapi sudahlah jangan dibahas. Oh ya, Alya, saya mau nanya sesuatu. Apa kamu sudah punya calon suami?"

Alis Alya menukik mendengar pertanyaan Raka yang tiba-tiba menyinggung ke arah sana. Perasaan dia ke sini buat bimbingan buat taarufan. "Calon suami? Belum Pak, kenapa Pak?"

Raka menarik napas lega. "Baguslah. Kalau begitu kamu mau menikah dengan saya? Saya pastikan kamu akan wisuda asal kamu mau bekerja sama saya."

Jika sebelumnya jantung Alya hampir copot karena dikagetkan dengan kenyataan kalau dia mirip kakaknya Raka sekarang jantungnya mungkin sudah hanyut ke samudera karena pertanyaan Raka.

Gadis itu seolah apa yang dikatakan Raka terlalu gila untuk didengarnya.

"Apa? Menikah sama Bapak? Maaf, Pak, jangan bercanda! Saya ke sini buat bimbingan loh Pak, bukan gombalan!" sergah Alya dengan nada tinggi.

Ini dosen stress apa gimana, sih?

Namun, bukannya berhenti Raka malah lebih serius menatap Alya. Pria itu malah mendekatkan jarak mereka. "Siapa yang menggombal? Saya serius ingin melamar kamu! Jadi, saya harap kamu gak menolak saya? Saya tahu kamu juga butuh saya!" tegas Raka membuat mulut Alya semakin menganga hebat.

"APA?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status