Share

Bab 19

Eyang Waluyo lebih banyak diam ketika berada di dalam pesawat. Tatapannya kosong, padahal ke dua netra yang sudah lamur itu terpancang pada layar persegi yang menayangkan acara favoritnya: berita harian market, saham dan investasi.

“Mau minum?”

Di sampingnya Bude Ratna terus mengawasi gerak-gerik ayahnya. Karena usia ayahnya yang sudah terlampau tua, ia menjadi lebih waspada dan memberikan perhatian yang lebih padanya.

Eyang Waluyo masih bergeming. Jika demikian, ia sedang berpikir keras. Di antaranya pemicu bisa dari masalah perusahaan dan cucu kesayangannya.

Bude Ratna dengan sigap menyematkan selimut pada ayahnya yang terlihat ingin tidur beberapa detik kemudian. Eyang Waluyo masih tetap bergeming. Hingga guncangan turbulensi di atas lapisan stratosfer, tepatnya 35000 kaki di atas bumi mengusik lamunannya.

Beberapa penumpang pesawat menjerit ketakutan dan sisanya berdzikir mengingat Tuhan. Ya, terkadang saat-saat genting dan darurat menyebut namaNya.

Beruntung mereka berada di kel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status