Pagi ini, suasana meja makan terasa sepi. Hal itu karena Arya yang absen sarapan dan langsung berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.Hal itu tentu saja membuat Abia kebingungan. Sebab tidak biasanya pria itu melewatkan waktu sarapan, yang di mana kadang hanya pada waktu tersebut sang suami punya waktu berkumpul dengan menantu juga putranya."Kenapa Ayah tidak ikut sarapan, Bunda? Padahal aku memasak makanan kesukaannya. Tidak biasanya dia begini," tanya Naya menyuarakan kebingungan Abia yang dibalas Abia dengan gelengan tidak mengerti."Bunda juga tidak tahu, Nay. Dari tadi pagi Ayahmu memang agak murung, saat Bunda mengajaknya berbicara, dia juga hanya diam dan menyahut sesekali. Dia kenapa, ya?" gumam Abia ikut bingung."Kau bertengkar dengannya semalam? Semalam kan kalian begadang menonton piala dunia." Kali ini, Naya menuduh sang suami yang kontan gelagapan ditatap securiga itu."Kami tidak bertengkar! Kami hanya menonton sambil makan semalam," sanggah Neo tidak sepenuhnya benar.T
Setelah kejadian tadi, Nara tidak keluar dari kamarnya lagi. Neo tentu saja sadar alasan kenapa sang kekasih bersikap demikian. Sepertinya dia melihat Neo yang mengecup pipi Naya tadi."Nara ke mana, Yah? Aku akan pulang tapi dia masih mengurung diri di kamar?" tanya Naya heran yang dibalas Bintang dengan gelengan tidak tahu."Ayah juga tidak tahu, Nay. Adikmu tadi bilang tidak enak badan, jadi dia izin ke kamar dan tidak kembali sampai sekarang. Padahal sebelumnya dia masih terlihat sehat saat akan mengantar kopi untuk Neo," jelas Bintang yang sejenak membuat Naya teringat kejadian sebelumnya."Sepertinya dia memang sedang kurang enak badan. Tadi saja dia menjatuhkan gelas kopinya di depan kamarku." Naya menyahut membenarkan yang diam-diam membuat Neo merutuki dirinya sendiri di dalam hati.Bagaimana juga dia bisa asal mencium Naya begitu? Di rumah yang jelas saja tempat tinggal kekasihnya juga. Dengan pintu kamar terbuka juga fakta yang ia sendiri tahu bahwa perempuan itu sering kel
"Putramu begitu kompeten, Kak. Mengapa kau masih belum menyerahkan jabatanmu padanya? Dia sudah pantas menjadi CEO, kan?" Keanu, salah satu sahabat dekat juga mantan aktor di bawah naungannya berkomentar.Arya melengos tidak peduli. Jika saja pria itu tahu kalau malah Neo yang tidak mau menerima jabatan ini. Mungkin pria itu juga akan terkejut jika tahu Neo bekerja di sini dengan mengirimkan lowongan kerja kemudian menjalani interview layaknya pegawai biasa."Ayolah, Kak! Kau sudah tua, kenapa belum pensiun juga? Aku saja bosan melihatmu terus-terusan bekerja, kasihan Abia." Keanu semakin menyudutkan membuat Arya mendelik tajam pada pria tampan meski sudah lumayan tua itu."Jangan urus urusanku dengan istriku. Apa jangan-jangan kau masih melajang sampai setua ini karena masih menyukai Abia?" tanya Arya pedas.Keanu mencebik sebal. Pria tua ini masih saja curiga dan cemburu berat padanya. Mentang-mentang hingga setua ini dia belum menikah juga."Kau tahu seleraku tinggi. Tentu saja aku
Begitu terbangun dari tidur, pemandangan pertama yang tertangkap oleh Neo adalah sang istri. Perempuan itu tengah memakai sedikit krim siang pada wajahnya yang kian hari terlihat semakin sehat di mata Neo.Padahal, Neo sendiri tahu, yang digunakan Naya hanya salah satu produk perawatan kulit wajah yang kemasan paling besarnya tidak sampai seharga lima puluh ribu. Perempuan itu juga tidak memakainya jika lupa atau sedang tidak ingin.Naya bahkan tidak punya hal sesederhana bedak dan lipstick. Apalagi peralatan make up lain seperti pensil alis, maskara, eyeliner dan peretelannya."Kau sudah bangun?" sapa Naya basa-basi begitu menoleh dan mendapati pria sipit itu tengah berbaring tengkurap sambil memandanginya.Neo mengangguk singkat. Anggukan yang sialnya terlihat menggemaskan di mata Naya. Apalagi dengan wajah khas bangun tidur dan rambut berantakan suaminya. Rasanya tidak adil. Pria sipit itu bahkan terlihat tampan saat baru bangun tidur."Apa kau hanya punya itu untuk wajahmu?" tanya
[Neo, ayo bertemu.][Aku merindukanmu:)]Dua pesan dari Nara.Hal yang membuat Neo langsung menyembunyikan ponselnya begitu Naya masuk ke kamar. Ini sudah pukul sembilan malam. Seharusnya, dia sudah tidur bersama sang istri.Apa yang harus ia jadikan alasan agar bisa keluar setelah ini? Terlebih, Neo sudah bilang pada Naya bahwa ia sudha mengantuk sejak tadi."Kau tidak ingin makan sesuatu? Seperti sate? Ayam geprek? Atau mie ayam?" Neo menawarkan tiba-tiba begitu Naya naik ke atas ranjang dan berbaring di samping sang suami.Naya kontan berbaring menghadap Neo. Membuat pria itu mendadak gelagapan karena takut Naya mengetahui alasan terselubung di balik niat baiknya.Tentu saja perempuan ini tidak boleh tahu dia masih bertemu Nara. Naya pasti akan mengamuk dan membatalkan kerja sama mereka."Tumben kau menawariku tanpa kuminta lebih dulu," tanya Naya heran dan sedikit terkesan.Kebetulan dia sedang ingin makan sate ayam. Entah kenapa, dari tadi pagi sebenarnya dia ingin makan itu. Han
Neo mendengkus begitu sore ini tidak menemukan Naya di rumah. Perempuan itu pasti masih pergi bersama sang Mama. "Mereka memang para istri yang lupa suami. Mana mungkin sampai jam segini belum pulang juga?" tanya Neo tidak habis pikir. Pria sipit itu mengambil beberapa cemilan di kulkas sebelum kemudian duduk di sofa dan menyetel TV. Tadi dia ingin makan, tapi melihat lauk di dapur hanya lauk sisa tadi pagi, Neo mendadak kehilangan nafsu makannya.Mereka bahkan pergi tanpa memasak terlebih dahulu. Benar-benar menyebalkan dan tidak bertanggung jawab."Kenapa wajahmu jelek sekali?" Arya bertanya sambil mencomot toples berisi pop corn yang dipangku sang putra.Neo menoleh kemudian memberi kode ke arah dapur. "Biya dan Naya belum kembali. Mereka bahkan tidak memasak. Mereka benar-benar tidak memikirkan kita yang akan kelaparan saat pulang kerja," curhat Neo mendramatisir.Arya memutar bola mata malas. "Lalu apa gunanya pembantu? Itu gunanya Daddy menggaji mereka. Saat Mama dan istrimu i