Tubuh Namira menopang seluruhnya pada Reyshaka yang memeluknya erat bersama usapan lembut di kepala dan punggung.Dengan sabar Reyshaka menunggu hingga tangis Namira mereda tanpa sekalipun dia meminta untuk berhenti.Reyshaka ingin Namira meluapkan segala sedih dan gundah di dada yang selama ini dia pendam sendiri.Dan ketika sudah tidak terdengar isakan, Reyshaka menuntun Namira ke sofa tanpa melepaskan pelukan.Sampai mereka sudah duduk pun, Reyshaka tidak berhenti memeluk Namira.“Mas … udah enggak marah sama aku, kan?” Namira bertanya takut-takut.Dia menjauhkan kepalanya dari pundak Reyshaka karena tidak mendapat respon.“Mas … aku minta maaf, aku memang udah tahu kalau Mas adalah anak dari wanita yang pernah ayah nodai secara paksa … salah satu alasan kenapa aku memilih mengikuti ancaman pak Rivan untuk keluar dari Mars Byantara Group adalah agar kita enggak perlu bertemu lagi … anggap aja aku udah menanggung dosa ayah … karma dibayar lunas ….” Namira menjeda untuk mengusap air
Malam beranjak larut tapi tidak ada tanda-tanda Reyshaka akan pulang. Reyshaka masih betah karena pundaknya menjadi sandaran kepala sang istri sementara tangan besarnya mengusap perut Namira lembut.Mereka berdua tengah menikmati tontonan ajang pencarian bakat penyanyi berirama.“Kamu enggak ngidam ingin makan apa gitu?” Reyshaka mengecup kepala Namira setelah melontarkan pertanyaan tersebut.Dia ingat ucapan suaminya Mistia kalau ibu hamil itu pasti ngidam.“Kalau makanan enggak sih, Mas … tapi aku kok ingin perut aku diusap-usap sama penyanyi pria itu ya, Mas?” Namira menunjuk layar televisi di mana salah satu peserta pria ajang pencarian bakat sedang menyanyikan sebuah lagu.Raut wajah Reyshaka berubah kaku dengan rahang mengeras.Namira menyengir lucu agar suaminya tidak marah sebab tahu Reyshaka sedang cemburu.“Enggak ada ngidam yang lain?” Reyshaka bertanya sekaligus menawarkan.“Enggak … aku maunya perut aku diusap-usap dia, Mas.” Namira merengek.“Cari ngidam yang lain ya s
“Mas … kayanya aku enggak usah ikut deh, banyak dari keluarga Mas ‘kan enggak suka aku … apalagi Salsa hadir juga di acara itu.” Namira berujar takut-takut dengan suara rendah saat masuk ke ruang kerja suaminya di rumah mereka sembari membawa satu mug teh hangat.Besok adalah acara pernikahan salah satu sepupu Reyshaka dari pihak ayahnya yang akan dilangsungkan di sebuah hotel mewah di Jakarta.Kebetulan sepupu Reyshaka ini juga sepupunya Salsabila.Reyshaka paling tidak suka kalau Namira merasa rendah diri karena baginya Namira sangat berharga.Namira meletakan mug berisi teh manis hangat di atas meja Reyshaka.Dia lantas menunduk saat melihat tatapan Reyshaka yang menunjukkan protes.“Terus aku nanti sama siapa?” Reyshaka membalas dengan nada suara bersahabat.“Sama ayah, bunda, Amara dan Zaviya.” Namira mendapat kabar dari Amara kalau mereka sudah berada di Jakarta.Reyshaka menyesap teh manis buatan istrinya lantas termenung.“Kalau nanti di sana aku ketemu Salsa gimana?” pancing
Salsabila celingukan saat memasuki Ballroom, dia mencari sosok tampan yang telah menolaknya berulang kali namun tidak jua pergi dari hati dan benaknya.Tadi Salsabila mendengar percakapan antara bunda Venus dengan Amara yang mengatakan kalau Reyshaka juga menghadiri acara ini.“Salsa!” panggil salah seorang sepupu perempuannya.Salsabila menoleh, ternyata kebanyakan sepupu perempuannya tengah berkerumun di sana dan dia pun segera menghampiri.“Ayo kita selfie,” kata sepupu perempuan yang lain sembari mengangkat ponsel tinggi-tinggi.Beberapa pose berhasil tertangkap kamera ponsel sampai akhirnya MC memberi instruksi agar para keluarga dan tamu undangan segera berkumpul di depan pintu utama Ballroom untuk menyambut mempelai pengantin pria dan keluarganya.Saat kaki Salsabila hendak melangkah, tatapannya bersirobok dengan pria tampan yang dia cari sedari tadi.Pria itu tersenyum sembari melangkah dengan gagah mendekatinya, tatapan pria itu juga begitu hangat dan penuh cinta.Apakah Sals
Berita tentang tertangkapnya Rivan sudah santer terdengar, berapa karyawan yang pernah dilecehkan oleh Rivan kembali dipanggil untuk menjadi saksi memberatkan kasus Rivan yang sudah naik ke persidangan.Reyshaka harap-harap cemas, khawatir kasus Namira terbongkar.Bukan untuk dirinya tapi demi kebaikan Namira sendiri.Reyshaka bisa menutup telinga dan tidak mempedulikan anggapan keluarga besar atau orang-orang di sekelilingnya namun dia tidak yakin kalau Namira akan kuat.Jadi siang itu, Reyshaka datang bertemu Rivan di Lapas.Rivan tidak terkejut ketika mengetahui Reyshaka mengunjunginya, dia malah tersenyum remeh pada Reyshaka.“Ngapain lo ke sini?” Meskipun kedua tangannya diborgol, Rivan masih bisa sombong.“Mau ngeliat lo di hukum atas perbuatan lo,” balas Reyshaka santai.Rivan duduk di depan Reyshaka hanya terhalang meja saja.Mata mereka saling memaku tatap tajam menyiratkan banyak makna terpendam.“Gue ketawa waktu denger lo nikahin Namira.” Rivan memulai dengan provokasi. P
Tidur Reyshaka terusik mendengar suara pintu kamar mandi tertutup.Dia mengerjapkan mata dan mendapati sang istri yang baru saja duduk di tepi ranjang seperti kelelahan setelah berjalan dari kamar mandi tadi.“Sayang …,” panggil Reyshaka parau.“Mas … aku mules tapi enggak keluar apa-apa.” Namira mengeluh.Reyshaka menyalakan lampu utama kemudian bergerak turun dari atas ranjang, memutari setengah bagiannya untuk sampai di depan Namira.Reyshaka berlutut, kedua tangannya mengusap-ngusap perut Namira kemudian mendekatkan wajahnya dengan bagian buncit itu lantas memberikan kecupan.Rambut suaminya yang berantakan justru membuat wajah pria itu terlihat tampan berbahaya.Namira menyisir rambut Reyshaka yang masih menempelkan bibir di perutnya.“Kayanya aku udah mau melahirkan, Mas ….” Namira asal bicara tapi feelingnya mengatakan demikian.Reyshaka mendongak. “Mau ke rumah sakit sekarang?” Namira mengangguk sambil meringis. “Mules lagi, Mas.” Tangannya mengusap-ngusap perut.“Jangan ke k
“Minggir … mohon maaf, ini bukan boneka jangan main asal cubit aja,” tegur Reyshaka menggeser posisi kedua adiknya yang sedang mengelilingi box bayi Janu Ardiaz Byantara.Akhirnya mereka sepakat kalau nama pilihan Namira yang digunakan untuk sang putra pertama mengingat Namira lah yang selama sembilan bulan mengandung dan susah payah mempertaruhkan nyawa untuk melahirkannya ke dunia.“Iiiih … Mas mah, pelit.” Zaviya menjulurkan lidahnya meledek.“Sini … sini, mau Bunda jemur Janu dulu.” Bunda datang menahan tangan Reyshaka yang hendak menggendong Janu.“Minggiiiiir ….” Bunda mendorong box bayi akrilik Janu melewati ayahnya yang tidak bisa memprotes karena Surga ada di bawah telapak kaki beliau.Tidak tampak raut lelah atau mengantuk di wajah mereka setelah semalaman tidak tidur atau hanya tidur sebentar di sofa ruang tunggu, kedua orang tua Reyshaka beserta dua adik perempuannya antusias sekali menyambut kehadiran anggota baru keluarga Byantara.Ayah Archio mengikuti bunda dari belaka
Proyek di Lombok hampir rampung, Reyshaka diundang langsung pemiliknya untuk mengecek ke sana.Selama ini hanya pak Arief dan pak Rudi yang bolak-balik mengawasi untuk kemudian dilaporkan hasilnya kepada Reyshaka.Dan kali ini Reyshaka tidak bisa menolak undangan sang klien.Jadi dia harus pergi bersama tim termasuk Raina, itu kenapa wajah Namira tampak sendu saat menyiapkan keperluan Reyshaka dan memasukannya ke dalam koper.Meski tahu kalau istrinya cemburu kepada Raina namun Reyshaka tidak pernah ingin membahas hal tersebut karena baginya itu tidak penting, dia tidak memiliki rasa apapun terhadap Raina selain profesionalitas antara bos dengan sekertaris. Namira merasakan kedua tangan kekar melingkari pinggangnya disusul kecupan di tengkuk.“Mas … nanti aku enggak selesai-selesai beresin baju Masnya,” tegur Namira dengan suara lembut.Reyshaka tidak menyahut malah semakin dalam mengecup leher Namira.Kedua tangannya berpindah ke dada untuk meremat bagian yang semakin besar itu seme