Share

Bab 3. Menjadi Ayahku

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2023-06-22 12:52:18

Enam tahun kemudian.

Di perbatasan ibu kota.

"Titip restoran ini sebentar. Aku harus segera menyusul Axel ke taman. Jika tidak, dia akan berorasi sepanjang malam karena kecewa padaku." Emily bersiap cepat. Saat ini, dia masih berada di restoran-nya. Restoran mewah yang dia bangun dengan perjuangan berat.

Emily merapikan blazer putihnya. Dengan rok span hitam dan kaki tertopang heels. Wajahnya sudah dipoles natural, surai hitamnya dia biarkan terurai, sangat cantik dan elegan.

"Cepat berangkat. Anak itu sangat anti kekalahan. Bagaimana jika kamu terlambat mengikuti sesi perlombaan? Aku pasti kena getahnya. Dia akan mengomel dengan kata sok hebatnya itu!" Dayana, sahabat Emily terkekeh.

"Ok, bye. Aku pergi dulu." Emily menepuk pundak Dayana dan langsung berlari.

Hari ini, Taman kanak-kanak anak Emily mengadakan kegiatan outdoor. Sebuah kegiatan berpasangan dengan orang tuanya.

Jarak dari restoran dengan taman itu lumayan jauh. Apalagi ditambah kemacetan, Emily tidak yakin akan selamat dari kekesalan anaknya nanti.

"Dia sangat pintar. Pasti akan cari jalan keluar dari kekalahan." Emily menghembus nafas berat dari mulutnya.

Sedang di taman itu.

"Om, bisakah sedikit menunduk. Ada hal penting yang harus aku katakan padamu!" Anak laki-laki tampan itu menarik-narik ujung jas hitam seorang pria.

Pria yang sedang melakukan panggilan telepon itu menunduk. Dahinya mengernyit melihat anak kecil yang hanya sebatas kakinya.

"Om, apa kamu tidak mendengarku?" Axel, anak laki-laki itu meninggikan suaranya.

Sean, pria itu berdecak sambil mematikan sambungan teleponnya. "Kenapa kamu menggangguku? Di mana ibumu?" Dia melihat kerumunan di tengah taman.

"Om, kamu harus membantuku!" Axel kini berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan. Dia mendongak menatap wajah Sean.

"Kenapa harus?"

"Karena kita sama-sama tampan. Dan apa Om tidak menyadarinya, wajah kita juga sangat mirip." Axel tersenyum miring dengan menaikkan alisnya.

Sean terkesiap. Dia cepat berjongkok dan menatap wajah anak itu. Seolah replika dirinya. 'Andai Emily masih ada. Pasti anakku sudah sebesar ini. Kenapa dia harus menyembunyikan kehamilannya dulu?' batinnya. Dia segera menepis pikiran itu.

"Bagaimana, Om? Apa kamu punya hati nurani membantu anak kecil?"

Hati nurani? Sean dibuat terkejut dengan perkataan anak kecil itu. Dia telah melewatkan nurani untuk sebuah ketulusan.

"Siapa namamu?" Sean menatap penampilan Axel. Tampan, rapi, dan terlihat pintar. Namun, juga terlihat sangat berani dan tegas, seperti dirinya.

"Axel. Aku menyukai ketampananmu. Tapi jangan percaya diri dulu. Aku yakin, saat dewasa nanti, aku akan lebih tampan dan tinggi darimu."

Sean terkekeh. "Apa aku lebih tampan dari ayahmu?"

Wajah Axel berubah murung, dia menggeleng. "Aku tidak punya ayah."

Sean tercengang. Anak tampan dan pintar seperti ini. Kenapa ayahnya sampai tega menelantarkan? Atau ayahnya telah meninggal?

"Aku mau menang lomba pasangan dengan orang tua. Tapi mamaku belum datang. Dia bilang akan datang terlambat. Bisakah Om jadi ayahku sebentar saja dan kalahkan mereka!" Axel menunjuk kerumunan tengah taman.

Ada besitan rasa iba dan ingin langsung mengiyakan, tapi ... ayah? Dia bisa bertaruh dengan nama baiknya jika mendadak jadi ayah. Publik sudah tahu, jika istri sahnya telah meninggal dalam kecelakaan dan kini dia hanya punya status bertunangan.

"Aku banyak urusan. Cari orang lain yang mau menjadi ayah palsumu!" Sean berdiri, dia hendak melangkah tapi tangannya dicekal Axel.

"Dasar pria dewasa sombong! Om sama sekali tidak tahu rasanya harus kalah tanpa melakukan sesuatu. Baiklah, silahkan pergi dan temui masalahmu sebentar lagi!" Axel menghempas kasar tangan Sean.

Sean terheran dengan susunan kata anak itu. "Apa kamu mengancamku, Bocah?" Dia mengacak rambut Axel.

"Heh! Jangan melakukan hal konyol! Om telah merusak penampilanku!" Axel merapikan rambutnya.

Sean tertawa kecil gemas pada Axel. "Ok, aku akan lihat seberapa hebat kemampuanmu untuk bisa membuatku maju ke tengah bersamamu." Pria itu mulai tertarik, dia merasa betah berlama-lama dengan anak kecil yang baru dia temui. Apalagi, karakter anak itu persis seperti dirinya. Tak mau kalah begitu saja!

"Baiklah. Siapa bilang anak kecil tidak bisa mengalahkan pria dewasa sepertimu."

Axel tersenyum culas. Dia menebar pandangan lalu mundur pelan. Senyuman itu masih terus terulas hingga Axel berhenti di jarak agak jauh.

Sean masih belum bisa menangkap ide dari anak itu. Dia berdiri dengan memasukkan dua tangan ke sakunya. Tampak tenang dan menganggap Axel sepele.

"Papa .... Papa .... Kenapa Papa mau pergi lagi. Kenapa Papa mau meninggalkanku. Papa ...!" teriak Axel dengan gaya menangis meraung.

Sean langsung panik. Dia menoleh ke sembarang arah. Kini dia menjadi pusat atensi.

Axel menangis semakin keras. "Papa .... Papa .... Aku mau sama Papa ...! Jangan tinggalkan aku, Pa!"

Sean mendesis geram. Dia segera mendekat pada Axel. "Diam, Bocah! Kamu menang!"

Axel memelankan tangisannya. Dia menatap Sean dengan menaikkan alisnya.

"Cepat, diam! Aku akan jadi ayah palsumu sebentar!" Sean mendesah geram. "Haish! Kenapa aku bisa bertemu dengan bocah sepertimu?!"

"Ok, deal, Om. Aku menghargai niat baikmu. Om harus beruntung punya anak tampan dan pintar sepertiku!" Kini Axel tersenyum miring.

Sean mendecih. "Jika aku punya anak, dia akan lebih tampan dan pintar darimu. Dan yang pasti, tidak akan menyebalkan!"

"Terserah, yang penting kita ke tengah sekarang. Apa tangan Om kuat? Nanti Om harus menggendongku dengan satu tangan sambil berlari. Dan aku tidak mau kalah!" Axel menekan kata terakhirnya.

Sean terkekeh. "Dasar bocah!" Dia langsung mengangkat Axel dengan satu tangannya.

"Wow, Om. Kamu sangat kuat. Meski tak sekuat aku saat dewasa nanti." Axel tersenyum lebar. Hatinya sangat bahagia, belum pernah dia mendapat perlakuan seperti itu dari kecil, dari sosok pria dewasa.

Sean tertawa lepas. "Bagaimana jika kamu lebih lemah dariku?"

"Tidak mungkin. Aku harus menjaga mamaku dari banyak pria jahat di sekitarnya, nanti. Jika aku masih lemah, maka aku akan belajar dan olah raga lebih rajin lagi."

"Begitukah?" Sean mendongak sebentar menatap wajah Axel. Sangat beruntung, siapa saja yang menjadi orang tua anak itu, pikirnya.

Perlombaan dimulai. Beberapa kali sesi berlangsung, Sean dan Axel terus memimpin. Dua pria dewasa beda usia itu selalu terlihat kompak.

Perlombaan selesai dan Axel juga telah mendapat hadiah the winner

"Tugasku selesai. Sekarang jangan menggangguku lagi. Di mana pun dan kapan pun kita bertemu!" tegas Sean.

"Goodjob, Om. Aku senang punya tim sepertimu. Selain Om tampan sepertiku, ternyata, Om juga lumayan hebat. Jadi, bisa mengimbangi kemampuanku."

Sean membulatkan matanya. Anak itu sedang memuji dirinya. "Terserah apa katamu. Waktu berhargaku terbuang sangat banyak karenamu." Dia melangkah pergi.

"Tunggu, Om. Ini bayaranmu. Ingat! Jika kita bertemu lagi, Om harus pura-pura tidak mengenalku. Dan jika Om melihatku sedang bersama mamaku, jangan mengatakan hal ini padanya, ok! Pria sejati tidak akan pernah ingkar janji." Axel memberi dua kotak bekal pada Sean.

"Apa ini?"

"Buatan mamaku. Jangan dibuang, atau Om akan dikutuk jadi pria pengecut!"

Sean menatap dua kotak itu. "No problem!" Dia melangkah pergi.

Di sisi jalan. Emily baru saja tiba. Dia menepikan mobilnya di belakang mobil Sean. Wanita itu keluar mobil terburu-buru.

"Se-sean!" Matanya membulat, dia terpaku saat melihat Sean berjalan ke arahnya. Yang lebih membuat Emily tercengang, dia paham dengan kotak bekal yang Sean bawa.

"Sedang apa dia di sini? Apa dia sudah tahu soal Axel?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 129. Semua Akan Indah Pada Waktunya

    "Sean! Bangun, Sean!""Akhh! Perutku sakit sekali ....""Sayang ....""Mama! Papa ...."Gaduh suara roda brankar membuat ngilu. Tiga pasien kini masuk dalam ruang tindakan. Dua pasien yang duduk di kursi depan telah ditutup kain putih."Apa yang terjadi pada anakku?!" Evan memegang dadanya."Pa, tenang. Jangan sampai papa lemah. Anak dan cucu kita pasti akan baik-baik saja!" Martha memegang dua bahu Evan dari belakang.Evan tak mampu lagi menopang raga. Dia lemas dalam dekapan sang istri."Panggil dokter!" teriak Martha.Tangisan pecah. Bahkan Blade gemetar melihat darah di dua tangannya. Kepalanya terus menggeleng. "Tidak! Tidak mungkin!"Dario diam mematung menatap pintu ruang tindakan. Hanya air mata tanpa isakan yang bisa mengungkap betapa takutnya dia sekarang.Rumah sakit itu seketika jadi perbincangan panas publik. Apalagi yang sedang sekarat adalah satu keluarga pengusaha hebat dan pemilik restoran yang terbakar."Tolong jangan berhenti dan lemah. Kumohon kita harus tetap kuat

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 128. Di Ambang Kematian

    "Hancurkan dia! Beraninya mengusik bisnis yang sudah aku jalankan bertahun-tahun. Dia memang cari mati. Aku mau besok dengar kabar kalau semua keluarga Geraldo lenyap!" teriak Benny."Tapi, Bos-"Bugh! Kepalan kuat membuat satu anak buah tersungkur dengan bibir berdarah."Ada yang ingin aku habisi di sini?" Mata Benny nyalang buas."Maaf, Bos. Kami akan berangkat sekarang!"Tak ada lagi yang berani melawan Benny. Dia bak singa yang didesak wilayah kekuasaannya. Mengaum dan menggila. Matanya nyalang siap menghabisi lawannya.Di ruangan itu masih tersisa Erlan dan Biantara."Jika kalian tidak mau kalah, maka hanguskan musuh. Jangan sampai ada musuh yang tersisa. Kita harus jadi raja di raja. Jangan sampai ada yang berani setara pada kita!" bentak Benny.Erlan meremas tangannya. Dia malah terbesit wajah David. Semua kata-kata David terngiang jelas. "Tuan, saya tidak tahu lagi harus bagaimana." Ada rasa jenuh dan sesal kala ini. Dia tak menyangka jika harus melangkah sejauh itu. Apa bisa

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 127. Sean Kembali

    Ambulance langsung membawa Felisha ke rumah sakit. Wanita itu mengalami pendarahan hebat. Dulu, dia bertingkah seperti apa pun kandungannya baik-baik saja. Bahkan dia mencoba makan banyak pantangan orang hamil muda, tetap saja kandungan itu bertahan. Di saat Felisha mulai menerima dan merasa hanya anak yang dikandungnya satu-satunya harta dan masa depannya, anak itu malah merajuk.Dokter langsung melakukan tindakan. Felisha dimasukkan ke ruang operasi karena keadaan sangat darurat. Namun, tindakan dokter tak bisa menyelamatkan janin itu.---Di tempat lain."Beres, Bos. Bayi itu tidak akan menjadi masalah Anda di kemudian hari. Sekarang wanita itu belum sadar karena kondisinya terlalu lemah." Seorang pria menghubungi atasnya. Ya, atasannya adalah orang yang sangat takut dengan tingkah gila Felisha jika suatu hari nanti anak itu akan jadi senjata ancamannya.Biantara. Dia sangat paham dengan polah tingkah seorang Felisha dan bergerak cepat di awal.****"Kami tidak mau punya pimpinan c

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 126. Kian Membaik

    Tak hanya raga. Hati ini luruh tak mampu menopang beratnya rasa. Bagaimana bisa dia melalui hal seberat itu sendirian? Bagaimana bisa aku marah saat dia berdiri saja tak mampu? "Sean ...." Emily terisak di pangkuan Sean."Emily sayang ...." Sean mengusap rambut istrinya dengan derai air mata. Pria kekar itu sesegukan hingga dadanya bergetar.Pelan Sean mendongakkan wajah Emily agar menatapnya. Lalu, dia seka air mata yang telah berani melinang di pipi kesayangannya itu."Sean ...." Emily menggeleng menatap wajah yang sangat dirindukannya."Tadi, aku baik-baik saja dan sekarang saat melihatmu, aku seperti sudah ingin pulang. Aku tak merasakan sakit sedikit pun."Emily sedikit mengangkat tubuhnya dan memeluk Sean. "Aku membencimu, Sayang. Sangat membencimu. Dosa apa aku sampai tidak tahu kalau suamiku menderita."Sean memeluk erat, sangat erat. "Aku memang harus menebus dosa. Aku tahu pantas untuk mendapat perhatianmu karena dulu aku-""Ssssttttt .... Karena aku mencintaimu."Hah! Sean

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 125. Emily Datang Untuk Sean

    Tidak mungkin Sean merahasiakan semuanya dariku? Apa maksudnya? Apa aku tidak berhak tahu atau dia tak ingin aku khawatir? Emily memegang tembok agar tak luruh di lantai."David ...." Emily memegang dadanya dengan derai air mata.David cepat meraih tubuh Emily. "Aku akan membawamu ke atas. Nanti kuceritakan padamu. Tenang, jangan sampai Axel tahu."David mengangkat tubuh Emily dan membawa ke kamar, tanpa sepengetahuan Axel dan Dayana."Pelan-pelan. Tenangkan dirimu. Jangan lupa kamu sedang mengandung anak Sean saat ini." David meletakkan pelan Emily di atas ranjang.Emily menggeser pelan tubuhnya dan bersandar di headboard. Dia menyeka air matanya. Nafasnya sesak terisak.David duduk di sisi ranjang. Dia merangkup wajahnya seraya menghela nafas. "Maafkan aku, Emily."Emily menggeleng sambil tersedu. "Jangan suruh memaafkanmu sebelum aku tahu soal Sean. Vid, aku istrinya. Kenapa aku harus dilarang mengetahui soal keadaannya? Apa salahku?" Tangis wanita itu pecah.David mendecih sesal.

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 124. Emily Mendengar Percakapan David

    Di rumah sakit. Sean duduk dengan kepala bersandar. Dua tangannya terpaut di depan. Sebenarnya dia ingin mendekatkan wajahnya pada layar, tapi ...."Ingat, stay cool. Jangan sampai anakmu yang pintar dan sok tahu itu curiga. Tersenyum manis dan bicara seperlunya.""Aku tahu, Cerewet!" kesal Sean."Tuan sudah paham semuanya, Bawel!" Dario menajamkan sorot matanya pada Blade."Aku akan tekan tombol panggil. Kamu menyingkir dulu. Nanti muncul kalau Sean memberi kode!" Blade menggerakkan jari pada Dario, lalu mundur setelah panggilan itu tersambung.Sean meremas kepalan tangannya yang berkeringat. Jantungnya berdetak kian kencang. "Huuuufffff ...." Dia terus menghembus nafasnya panjang."Papa!" Layar itu mulai jelas tampak wajah Axel dan .... Emily di belakangnya. Mereka berdua duduk di atas brankar.Sean sebentar mendongak agar matanya bisa dikondisikan."Papa!" Kini wajah mereka jelas di layar masing-masing."Sayang .... Maaf, papa terlalu banyak urusan." Sean tersenyum lebar. Dia mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status