Share

Bab 4. Rasa Yang Sama

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2023-06-22 12:54:33

Emily keluar dari balik pohon setelah mobil Sean pergi. Dia menatap lajuan mobil itu.

Air mata itu tak bisa dia tahan. Bayangan perjuangannya selama enam tahun terulas jelas di benaknya. Dia hampir meregang nyawa kala itu. Untung saja, temannya datang tepat waktu. Emily sempat koma satu bulan, yang sangat dia syukuri adalah, kandungannya sangat kuat.

Kala itu, dia hampir tertabrak truk. Namun, Emily membanting setir dan menabrak pohon di pinggir jurang. Untung Emily sudah menghubungi temannya dan ponselnya terus dalam keadaan on, jadi dia ditemukan di saat yang tepat. Setelah dia dikeluarkan dari mobil itu, sengaja temannya mendorong mobil Emily ke jurang untuk menghilangkan jejak.

Menjadi ibu tunggal tidak mudah baginya. Apalagi, dengan membawa endapan rasa sakit hati yang sangat dalam. Rasa sakit dan sisa cinta pada Sean terus bergelut dalam jiwanya. Dan hingga saat ini, dalam keyakinan Emily, Sean-lah yang mengatur kecelakaan untuknya. Ya, Emily masih ingat, siapa yang menyuruhnya mengemudi mobil Sean kala itu.

"Axel!" Emily teringat anaknya. Dia menyeka air matanya dan cepat berlari ke tengah.

"Axel sayang. Maafkan mama datang terlambat. Kamu boleh marah karena hal ini."

"Mama, lihat! The winner." Axel memperlihatkan piala dan hadiah.

Emily membelalak. "Kenapa bisa, dengan siapa kamu melakukannya tadi?"

Axel tersenyum bangga. "Apa mama meremehkan anakmu yang pintar ini? Aku tahu, jika mama akan terlambat. Jadi aku mencari pria dewasa yang mau membantuku. Dia lumayan hebat dan tampan."

Perasaan Emily semakin gelisah. "Apa kamu bisa mengatakan ciri-ciri pria dewasa itu, Sayang?"

"Dia mirip denganku, semua temanku juga mengatakan hal sama. Tadi, aku sudah memberinya upah. Cake bekal buatan mama. Jadi, aku tidak berutang budi padanya."

Emily tersentak. Sean, dugaanya tidak salah lagi, jika Sean-lah pria dewasa yang Axel maksud. Wanita itu menoleh ke sembarang arah. Dia langsung menggendong anaknya.

"Kita pulang!"

"Acara belum selesai, Ma. Sebentar lagi," protes Axel.

"Mama kurang enak badan. Kita kembali sekarang." Emily pulang lebih awal dari anak lainnya.

Sedang dalam lajuan mobil.

Sean membuka kotak bekal itu. Dia tersenyum lebar mengingat tingkah anak itu.

"Dario, apa memang ada wajah yang mirip di dunia ini?" Dario adalah asisten Sean.

"Ada, Tuan. Bisa sampai 7 orang orang yang mirip dengan kita di dunia ini."

"Sifatnya juga sepertiku." Sean terkekeh.

Sepotong red velvet cake. Wajah Sean menjadi pias. Dia kembali teringat sosok Emily yang sering membuatkannya kue semacam itu. Sean langsung memakannya. Dia kembali tersentak, rasa itu ... sangat persis dengan buatan Emily. Dadanya sesak.

"Dario, putar balik. Kita kembali ke taman itu!" seru Sean.

Dengan kecepatan tinggi, Sean bisa cepat kembali ke taman itu. Namun, setelah menyibak keramaian di sana, dia sudah tidak menemukan keberadaan Axel.

"Aku mau data soal anak yang tadi memaksaku bermain. Segera!"

Sedang Emily dan Axel sudah tiba di restoran. Emily membawa masuk anaknya cepat.

"Apa yang terjadi, Ma? Kenapa dari tadi Mama terlihat gelisah dan ketakutan. Apa ada pria dewasa yang menyakiti Mama lagi, siapa? katakan padaku!" Axel menatap tajam ibunya.

Emily tersenyum kaku, Axel selalu bisa menebak perasaannya. "Tidak ada, Sayang. Hanya sedikit pusing, kita masuk ke ruangan mama."

"Aku tidak suka Mama berbohong." Axel memicing raut wajah ibunya seolah menangkap ketidakjujuran di wajah itu.

"Hai, Jagoan. Bagaimana soal perlombaan, aku yakin kali ini kamu kalah karena Mamamu terlambat." Dayana mencegat keduanya.

"Jangan terlalu yakin dulu, Tante. Aku terlalu pintar untuk kalah. Lihatlah! The winner." Axel tersenyum bangga.

"Wow, apa mamamu sudah pintar berlari sekarang?"

"Berlari? Dia membawa mobil saja terlambat datang. Untung saja aku berhasil mencari pria tampan untuk menjadi ayah palsuku sebentar." Axel mendesis.

"What! Ayah palsu? Apa maksudnya, Emily?" Mata Dayana melebar.

"Axel, kamu masuk dan bermain di dalam. Mama mau bicara dengan Tante Dayana dulu."

"Oke." Axel mengangkat jempolnya.

"Tunggu, Axel. Apa maksud ayah palsu itu? Jelaskan dulu padaku!"

"Malas!" Axel berlari masuk ke ruangan ibunya. Di dalam, dia biasa bermain puzzle atau lego.

Sedang Emily menyeret Dayana ke ruangan lain.

"Sean. Dia ada di sini. Tadi, Axel sempat bertemu dengannya." Mata Emily berkaca.

"Apa? Kenapa bisa. Lantas, apa yang Sean lakukan pada Axel? Apa dia menyakiti anak kandungnya?" cecar Danaya, dia memegang tangan Emily.

Emily menggeleng. "Tidak. Mereka tidak menyadari hubungan darah itu. Sean, adalah pria dewasa yang membantu Axel menang tadi."

"Dia? Takdir tidak bisa kita tebak. Tapi syukurlah, Sean tidak menyadari siapa Axel. Apa kamu bertemu dengannya?"

Emily kembali menggeleng. "Aku bersembunyi. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi, Dayana."

"Jangan sampai kamu lupa saat dia ingin menyingkirkanmu dulu. Dan bagaimana jika itu terjadi pada Axel?"

"Tidak, Dayana. Axel tidak boleh bertemu dengan Sean."

"Tenangkan dirimu. Aku yakin Sean tidak akan tahu soal Axel. Dia sudah menganggapmu mati enam tahun yang lalu."

"Aku berharap begitu. Aku sudah cukup bahagia dengan kehidupan baru ini. Saat ini, aku hanya ingin Axel tumbuh dengan baik. Jika dia masuk pada kehidupan ayah kandungnya, aku tidak yakin dia akan hidup tenang."

"Apalagi yang kamu butuhkan saat ini? Kamu sudah punya restoran besar. Jika butuh pria, yang lebih baik dari Sean sudah mengantri. Jangan sia-siakan sisa hidupmu dengan kembali pada pria brengsek itu."

"Terima kasih. Waktu itu kamu dan David datang tepat waktu."

Dayana membusungkan dada sembari tersenyum bangga. "Pacarku memang luar biasa."

"Benar, dia juga mengajariku mengurus restoran."

Emily memulai karir dari membuat catering. Menjadi restoran kecil, karena kegigihan dan kepintarannya, dia kini memiliki restoran besar itu.

"Ma, lihat! Akhirnya aku menyelesaikan puzzle rumit ini. Sungguh aku tidak percaya dengan kepintaranku yang luar biasa ini." Axel berdiri dengan sedekap. Dia menatap hasil karyanya itu. Puzzle ukuran lumayan besar dengan potongan kecil-kecil.

Emily tersenyum, dia memeluk putranya. "Anak Mama memang yang terbaik."

"Wow, otakmu memang level seratus, Tampan." Mulut Dayana terbuka melihat hasil kerja otak Axel.

"Bagaimana kalau kita makan ice cream? Sepertinya, kali ini aku ingin makan rasa vanila." Axel mengecup pipi ibunya.

"Hanya itu?"

"Red velvet, kenapa aku tidak bisa bosan dengan cake buatan Mama yang itu. Sayang sekali tadi aku berikan pada pria dewasa itu."

"Mama akan siapkan." Mata Emily sedikit berkaca. Bahkan cake buatannya menjadi kesukaan dua pria itu. Sean dan Axel.

Waktu berputar. Saat Emily dan Axel menikmati kebersamaan. Dayana masuk.

"Emily, ada tamu vvip yang ingin bertemu dengan pemilik restoran ini."

"Bisakah kamu gantikan? Paling juga seperti biasa. Mereka komplain atau rewel soal makanan. Aku sedang malas hari ini."

"It's ok. Nikmati harimu, jangan berpikir terlalu berat."

"Tunggu! Biar aku saja, kamu jaga Axel. Aku harus profesional."

Emily pergi ke private room. Sampai di ambang pintu, baru sedikit dia membuka pintu itu, matanya membulat. Pria yang ingin bertemu dengannya adalah ... Sean.

"Aku ingin bertemu pemilik restoran ini. Panggil dia!"

Emily kaget, dia berjingkat mundur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 129. Semua Akan Indah Pada Waktunya

    "Sean! Bangun, Sean!""Akhh! Perutku sakit sekali ....""Sayang ....""Mama! Papa ...."Gaduh suara roda brankar membuat ngilu. Tiga pasien kini masuk dalam ruang tindakan. Dua pasien yang duduk di kursi depan telah ditutup kain putih."Apa yang terjadi pada anakku?!" Evan memegang dadanya."Pa, tenang. Jangan sampai papa lemah. Anak dan cucu kita pasti akan baik-baik saja!" Martha memegang dua bahu Evan dari belakang.Evan tak mampu lagi menopang raga. Dia lemas dalam dekapan sang istri."Panggil dokter!" teriak Martha.Tangisan pecah. Bahkan Blade gemetar melihat darah di dua tangannya. Kepalanya terus menggeleng. "Tidak! Tidak mungkin!"Dario diam mematung menatap pintu ruang tindakan. Hanya air mata tanpa isakan yang bisa mengungkap betapa takutnya dia sekarang.Rumah sakit itu seketika jadi perbincangan panas publik. Apalagi yang sedang sekarat adalah satu keluarga pengusaha hebat dan pemilik restoran yang terbakar."Tolong jangan berhenti dan lemah. Kumohon kita harus tetap kuat

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 128. Di Ambang Kematian

    "Hancurkan dia! Beraninya mengusik bisnis yang sudah aku jalankan bertahun-tahun. Dia memang cari mati. Aku mau besok dengar kabar kalau semua keluarga Geraldo lenyap!" teriak Benny."Tapi, Bos-"Bugh! Kepalan kuat membuat satu anak buah tersungkur dengan bibir berdarah."Ada yang ingin aku habisi di sini?" Mata Benny nyalang buas."Maaf, Bos. Kami akan berangkat sekarang!"Tak ada lagi yang berani melawan Benny. Dia bak singa yang didesak wilayah kekuasaannya. Mengaum dan menggila. Matanya nyalang siap menghabisi lawannya.Di ruangan itu masih tersisa Erlan dan Biantara."Jika kalian tidak mau kalah, maka hanguskan musuh. Jangan sampai ada musuh yang tersisa. Kita harus jadi raja di raja. Jangan sampai ada yang berani setara pada kita!" bentak Benny.Erlan meremas tangannya. Dia malah terbesit wajah David. Semua kata-kata David terngiang jelas. "Tuan, saya tidak tahu lagi harus bagaimana." Ada rasa jenuh dan sesal kala ini. Dia tak menyangka jika harus melangkah sejauh itu. Apa bisa

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 127. Sean Kembali

    Ambulance langsung membawa Felisha ke rumah sakit. Wanita itu mengalami pendarahan hebat. Dulu, dia bertingkah seperti apa pun kandungannya baik-baik saja. Bahkan dia mencoba makan banyak pantangan orang hamil muda, tetap saja kandungan itu bertahan. Di saat Felisha mulai menerima dan merasa hanya anak yang dikandungnya satu-satunya harta dan masa depannya, anak itu malah merajuk.Dokter langsung melakukan tindakan. Felisha dimasukkan ke ruang operasi karena keadaan sangat darurat. Namun, tindakan dokter tak bisa menyelamatkan janin itu.---Di tempat lain."Beres, Bos. Bayi itu tidak akan menjadi masalah Anda di kemudian hari. Sekarang wanita itu belum sadar karena kondisinya terlalu lemah." Seorang pria menghubungi atasnya. Ya, atasannya adalah orang yang sangat takut dengan tingkah gila Felisha jika suatu hari nanti anak itu akan jadi senjata ancamannya.Biantara. Dia sangat paham dengan polah tingkah seorang Felisha dan bergerak cepat di awal.****"Kami tidak mau punya pimpinan c

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 126. Kian Membaik

    Tak hanya raga. Hati ini luruh tak mampu menopang beratnya rasa. Bagaimana bisa dia melalui hal seberat itu sendirian? Bagaimana bisa aku marah saat dia berdiri saja tak mampu? "Sean ...." Emily terisak di pangkuan Sean."Emily sayang ...." Sean mengusap rambut istrinya dengan derai air mata. Pria kekar itu sesegukan hingga dadanya bergetar.Pelan Sean mendongakkan wajah Emily agar menatapnya. Lalu, dia seka air mata yang telah berani melinang di pipi kesayangannya itu."Sean ...." Emily menggeleng menatap wajah yang sangat dirindukannya."Tadi, aku baik-baik saja dan sekarang saat melihatmu, aku seperti sudah ingin pulang. Aku tak merasakan sakit sedikit pun."Emily sedikit mengangkat tubuhnya dan memeluk Sean. "Aku membencimu, Sayang. Sangat membencimu. Dosa apa aku sampai tidak tahu kalau suamiku menderita."Sean memeluk erat, sangat erat. "Aku memang harus menebus dosa. Aku tahu pantas untuk mendapat perhatianmu karena dulu aku-""Ssssttttt .... Karena aku mencintaimu."Hah! Sean

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 125. Emily Datang Untuk Sean

    Tidak mungkin Sean merahasiakan semuanya dariku? Apa maksudnya? Apa aku tidak berhak tahu atau dia tak ingin aku khawatir? Emily memegang tembok agar tak luruh di lantai."David ...." Emily memegang dadanya dengan derai air mata.David cepat meraih tubuh Emily. "Aku akan membawamu ke atas. Nanti kuceritakan padamu. Tenang, jangan sampai Axel tahu."David mengangkat tubuh Emily dan membawa ke kamar, tanpa sepengetahuan Axel dan Dayana."Pelan-pelan. Tenangkan dirimu. Jangan lupa kamu sedang mengandung anak Sean saat ini." David meletakkan pelan Emily di atas ranjang.Emily menggeser pelan tubuhnya dan bersandar di headboard. Dia menyeka air matanya. Nafasnya sesak terisak.David duduk di sisi ranjang. Dia merangkup wajahnya seraya menghela nafas. "Maafkan aku, Emily."Emily menggeleng sambil tersedu. "Jangan suruh memaafkanmu sebelum aku tahu soal Sean. Vid, aku istrinya. Kenapa aku harus dilarang mengetahui soal keadaannya? Apa salahku?" Tangis wanita itu pecah.David mendecih sesal.

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 124. Emily Mendengar Percakapan David

    Di rumah sakit. Sean duduk dengan kepala bersandar. Dua tangannya terpaut di depan. Sebenarnya dia ingin mendekatkan wajahnya pada layar, tapi ...."Ingat, stay cool. Jangan sampai anakmu yang pintar dan sok tahu itu curiga. Tersenyum manis dan bicara seperlunya.""Aku tahu, Cerewet!" kesal Sean."Tuan sudah paham semuanya, Bawel!" Dario menajamkan sorot matanya pada Blade."Aku akan tekan tombol panggil. Kamu menyingkir dulu. Nanti muncul kalau Sean memberi kode!" Blade menggerakkan jari pada Dario, lalu mundur setelah panggilan itu tersambung.Sean meremas kepalan tangannya yang berkeringat. Jantungnya berdetak kian kencang. "Huuuufffff ...." Dia terus menghembus nafasnya panjang."Papa!" Layar itu mulai jelas tampak wajah Axel dan .... Emily di belakangnya. Mereka berdua duduk di atas brankar.Sean sebentar mendongak agar matanya bisa dikondisikan."Papa!" Kini wajah mereka jelas di layar masing-masing."Sayang .... Maaf, papa terlalu banyak urusan." Sean tersenyum lebar. Dia mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status