共有

Bab 5. Kecurigaan Axel

作者: Angsa Kecil
last update 最終更新日: 2023-06-22 12:56:23

"Sean ada di sini!" seru Emily, lalu menatap Axel yang sedang bermain game.

Dayana membulatkan mata, dia meletakkan jarinya di depan mulut.

"Apa yang sedang dia lakukan?" Kali ini Emily melirihkan suara agar anaknya tidak mendengar.

"Cepat pergi! Dia sumber masalahmu. Aku tidak tahu ini hanya kebetulan atau dia sudah mengendus keberadaanmu. bawa Axel pergi sekarang!" cemas Danaya.

Axel terus melirik dua orang dewasa itu. Dia menajamkan pendengarannya. Bahkan, dia bergeser pelan mendekat, meski tetap dengan gaya bermain game. 'Siapa Sean? Kenapa mama panik dan tampak ketakutan? Aku harus mencari tahu. Dia pasti pria dewasa yang menyakiti mamaku!' batinnya.

Emily masih bergeming. Dia masih berpikir dan mencoba untuk tenang.

"Cepat pergi Emily. Kenapa masih diam saja?! Dia terus membuat kekacauan dan tidak mau bertemu selain pemilik restoran ini!" kesal Danaya.

"Ada apa, Ma. Apa ada yang membuat kekacauan di restoran ini? Biarkan aku ikut campur. Anakmu ini yang akan menyelesaikan dengan cepat." Axel menghentikan bermainnya.

"Hanya masalah biasa. Ada pelanggan rewel. Tante Danaya akan mengatasinya." Emily tersenyum kaku.

"Kalau Tante cerewet itu memang pintar, kenapa dia panik? Biarkan aku yang menghadapi orang itu. Menyebalkan! Siapa yang berani membuat kekacauan di tempat Mamaku?!" Axel mendengkus kesal, dia melangkah tegas hendak keluar.

Emily menarik tangan anaknya. "Sayang, tetap di sini. Jangan keluar sampai mama mengijinkanmu!" Emily berkata tegas dengan sorot mata ketakutan.

Axel menatap intens manik mata ibunya. Dia menangkap sesuatu yang mencurigakan. "Baiklah, Ma, jika itu membuatmu tenang. Aku akan menjadi penurut kali ini."

"Tetap di sini, Bocah sok pintar! Dan lihat tante Dayana akan mengatasi kekacauan itu!" Dayana menatap kesal Axel sambil mendengkus.

Emily menghela nafas berat. "Aku memang tidak mau bertemu dengannya, tapi bukan berarti aku harus pergi saat ini. Aku yakin ini hanya kebetulan, biarkan saja dia dan bantu aku untuk mengatasinya."

Dayana mendesah kecewa. "Baiklah, jika itu maumu. Semoga saja tebakanmu benar." Dia langsung keluar menuju private room.

Sedang Emily lemas dan terduduk. Dia merangkup wajahnya dengan dua tangan. Cepat atau lambat, mau tidak mau, ini pasti akan terjadi. Emily harus siap menghadapinya.

Axel semakin penasaran, dia memainkan jarinya sambil terus berpikir apa yang terjadi pada ibunya. Dia ingin tahu siapa pelanggan itu. Saat ibunya masih merangkup wajah, Axel pelan keluar dari ruangan itu.

"Axel!" seru Emily saat mendengar pintu terbuka. Dia segera berlari menyusul anaknya.

Sedang di ruang private room itu.

"Sakit?" Mata Sean membulat, tangannya mengepal kuat. Ada siratan cemas mendengar kabar itu.

"Benar, Tuan. Jika Anda punya keluhan apa pun mengenai pelayanan atau hidangan, silahkan katakan. Kami akan membenahi dan memberikan pelayanan terbaik untuk Anda." Dayana meremas tangannya yang terpaut di depan.

"Lupakan!" Sean meninju meja, lalu melangkah pergi.

Axel yang berlari cepat, kini sudah tiba di jajaran ruangan private room. Hanya saja dia tidak tahu di mana tepatnya pengacau itu berada.

"Oh tidak, bukankah itu Om yang menjadi ayah palsuku? Kenapa bisa bertemu di sini?" Axel melihat Sean sedang berjalan menuju arahnya. "Sepertinya ini takdir. Aku harus menyapanya dan ... memberi vocer gratis makan di sini sesekali." Axel tersenyum lebar.

Dari sisi sana, mata Sean menyipit, memindai sosok di depan agak jauh. Langkahnya memelan mencoba memahami. "Apa dia Axel?" gumamnya. Lalu matanya membulat, dia langsung melebarkan langkahnya.

Nafas Emily terengah berat karena panik. "Akhirnya Aku menemukanmu, Axel. Sudah kubilang jika jangan keluar untuk saat ini!"

Emily berlari mendekat ke arah Axel. Langkahnya berhenti sejenak, dia menyadari jika Sean sedang menuju ke arah mereka. Dengan cepat Emily meraih dan membawa anaknya pergi.

"Mama!" kaget Axel. "Aku harus menyapa Om itu dan mencari pengacau!"

Emily tidak menghiraukan protesan anaknya. Dia terus berlari kecil dengan menggendong Axel.

'Apa dia melihat kami? Semoga saja tidak. Jaraknya masih lumayan jauh, dia pasti tidak mengenaliku,' batin Emily.

Sean langsung mengejar Emily.

"Apa yang Anda kejar, Tuan?"

"Aku pasti tidak salah lihat, Dario. Tadi aku melihat mereka ada di sini." Sean menebar pandangan ke sembarang arah mencari sosok yang dia duga Axel dan Emily.

"Saya akan mencari tahu untuk Anda, Tuan. Lebih baik kita pergi untuk saat ini. Karena Anda bisa jadi pusat perhatian publik."

Sean berdecak sangat geram. Dia benar-benar melihat sekelebat sosok Emily. Meski penampilannya sangat jauh dari yang dulu, tapi dia masih mengenali wajah itu.

"Kita pergi!" Sean melangkah pergi. Pikirannya terpaku pada Emily. 'Apa benar dia Emily? Dia masih hidup? Aku harus memastikannya. Emily ...,' batinnya.

Di ruangan Emily.

Dayana yang sudah berkeringat dingin karena panik, kini mengusap dadanya. "Dia sudah pergi, Emily. Kalian aman untuk saat ini. Hampir saja."

Emily menghembus nafas dari mulutnya pelan. Pikirannya mengulas sosok Sean yang tadi dia lihat.

"Apa pengacaunya sudah pergi, Tante?"

"Ya, dan itu karena jasaku! Kamu, bocah yang tidak bisa memegang perkataan. Siapa tadi yang bilang mau menurut pada ibumu? Dan siapa yang ingkar janji? Bukan pria sejati!" omel Danaya.

"Aku pria sejati! Aku hanya tidak mau ada yang membuat mamaku sedih. Aku keluar karena tidak percaya padamu, Tante. Dan ... tadi aku hanya ingin menyapa pria dewasa yang bertemu di taman."

Mata Emily membulat. "Axel. Kali ini mama marah karena kamu ingkar janji. Masalah restoran adalah urusan orang dewasa. Kamu tidak bisa ikut campur. Dan dengar baik-baik kata mama kali ini! Jika kamu bertemu dengan pria dewasa yang kamu temui di taman, jangan menyapa dan mendekat!"

Axel menatap heran dengan reaksi ibunya. Dia tidak menjawabnya.

"Sudahlah Emily, kalian pulanglah dulu. Aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarmu."

"Terima kasih, Dayana."

Dalam lajuan mobil Emily.

Axel terus menatap raut wajah ibunya. "Ma, apa aku benar-benar membuatmu sedih? Kenapa Mama terus mendiamkanku?"

Emily mengusap kepala anaknya. "Mama sudah tidak marah lagi padamu. Tapi, kamu harus selalu ingat dengan pesan mama soal pria dewasa yang mama maksud itu."

Axel mengangguk, tapi hatinya ragu dan penasaran.

Tiba di rumah. Emily membiarkan Axel mengurus dirinya sendiri. Anaknya itu sangat mandiri dan tidak manja. Wanita itu langsung masuk ke kamarnya. Dia lemas dan luruh di sisi ranjang. Menangis, hanya itu yang bisa Emily lakukan untuk meluapkan gejolak di dadanya.

Pikiran Emily kembali mengulas kelembutan dan kemesraan dengan Sean sebelum menikah. Kemudian Sean yang berubah dingin dan acuh setelah menikah. Bayangan Sean bermesraan dengan Felisha juga sangat jelas. "Sean ... aku berharap kisah kita berakhir enam tahun yang lalu, tapi ... kenapa rasa ini ...?" Emily memegang dadanya, sesak.

Sekian saat, Emily bangkit dan masuk ke bathroom. Dia tidak mau anaknya melihat kondisinya saat ini.

Seperti dugaan Emily, Axel masuk ke kamarnya.

"Ma!" Axel menebar pandangan, dia tidak mendapati ibunya. Lalu, anak itu mendekati bathroom, dia menempelkan telinga pada pintu. Hanya mendengar suara derasan aliran air. "Apa mamaku sedang mandi? Tidak seperti biasanya, dia mandi sangat lama."

Lalu, anak itu menangkap tas Emily yang teronggok di lantai. "Pasti ada yang tidak beres."

Axel menoleh ke arah pintu bathroom, belum ada pergerakan ibunya akan keluar. Dia segera mengeluarkan ponsel milik ibunya. Sebenarnya Emily telah mengajarkan pada Axel untuk tidak mengambil barang orang tanpa izin, meski itu hanya meminjamnya. Namun, untuk kali ini Axel sangat penasaran dengan isi ponsel ibunya.

Axel masih hafal dengan sandi ponsel ibunya, dengan mudah dia masuk dan hal pertama yang dia buka adalah galeri.

Di sana ada file yang tersimpan dengan inisial 'S'. Axel menekannya. Di dalam file itu berisi foto-foto pernikahan Emily dengan Sean.

"Bukankah ini pria dewasa itu? S ... Sean. Dan dia ... ayahku?" Mata kecil itu membulat. Dengan cepat Axel mengirim file itu pada tabletnya. Tidak lupa dia menghapus jejak pengiriman.

"Axel, apa yang sedang kamu lakukan!" seru Emily yang sudah berdiri di ambang pintu.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (6)
goodnovel comment avatar
Angsa Kecil
lanjut kak terima kasih .........
goodnovel comment avatar
Angsa Kecil
terima kasih kak lanjut .........
goodnovel comment avatar
Angsa Kecil
terimakasih Kakak .........
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 129. Semua Akan Indah Pada Waktunya

    "Sean! Bangun, Sean!""Akhh! Perutku sakit sekali ....""Sayang ....""Mama! Papa ...."Gaduh suara roda brankar membuat ngilu. Tiga pasien kini masuk dalam ruang tindakan. Dua pasien yang duduk di kursi depan telah ditutup kain putih."Apa yang terjadi pada anakku?!" Evan memegang dadanya."Pa, tenang. Jangan sampai papa lemah. Anak dan cucu kita pasti akan baik-baik saja!" Martha memegang dua bahu Evan dari belakang.Evan tak mampu lagi menopang raga. Dia lemas dalam dekapan sang istri."Panggil dokter!" teriak Martha.Tangisan pecah. Bahkan Blade gemetar melihat darah di dua tangannya. Kepalanya terus menggeleng. "Tidak! Tidak mungkin!"Dario diam mematung menatap pintu ruang tindakan. Hanya air mata tanpa isakan yang bisa mengungkap betapa takutnya dia sekarang.Rumah sakit itu seketika jadi perbincangan panas publik. Apalagi yang sedang sekarat adalah satu keluarga pengusaha hebat dan pemilik restoran yang terbakar."Tolong jangan berhenti dan lemah. Kumohon kita harus tetap kuat

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 128. Di Ambang Kematian

    "Hancurkan dia! Beraninya mengusik bisnis yang sudah aku jalankan bertahun-tahun. Dia memang cari mati. Aku mau besok dengar kabar kalau semua keluarga Geraldo lenyap!" teriak Benny."Tapi, Bos-"Bugh! Kepalan kuat membuat satu anak buah tersungkur dengan bibir berdarah."Ada yang ingin aku habisi di sini?" Mata Benny nyalang buas."Maaf, Bos. Kami akan berangkat sekarang!"Tak ada lagi yang berani melawan Benny. Dia bak singa yang didesak wilayah kekuasaannya. Mengaum dan menggila. Matanya nyalang siap menghabisi lawannya.Di ruangan itu masih tersisa Erlan dan Biantara."Jika kalian tidak mau kalah, maka hanguskan musuh. Jangan sampai ada musuh yang tersisa. Kita harus jadi raja di raja. Jangan sampai ada yang berani setara pada kita!" bentak Benny.Erlan meremas tangannya. Dia malah terbesit wajah David. Semua kata-kata David terngiang jelas. "Tuan, saya tidak tahu lagi harus bagaimana." Ada rasa jenuh dan sesal kala ini. Dia tak menyangka jika harus melangkah sejauh itu. Apa bisa

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 127. Sean Kembali

    Ambulance langsung membawa Felisha ke rumah sakit. Wanita itu mengalami pendarahan hebat. Dulu, dia bertingkah seperti apa pun kandungannya baik-baik saja. Bahkan dia mencoba makan banyak pantangan orang hamil muda, tetap saja kandungan itu bertahan. Di saat Felisha mulai menerima dan merasa hanya anak yang dikandungnya satu-satunya harta dan masa depannya, anak itu malah merajuk.Dokter langsung melakukan tindakan. Felisha dimasukkan ke ruang operasi karena keadaan sangat darurat. Namun, tindakan dokter tak bisa menyelamatkan janin itu.---Di tempat lain."Beres, Bos. Bayi itu tidak akan menjadi masalah Anda di kemudian hari. Sekarang wanita itu belum sadar karena kondisinya terlalu lemah." Seorang pria menghubungi atasnya. Ya, atasannya adalah orang yang sangat takut dengan tingkah gila Felisha jika suatu hari nanti anak itu akan jadi senjata ancamannya.Biantara. Dia sangat paham dengan polah tingkah seorang Felisha dan bergerak cepat di awal.****"Kami tidak mau punya pimpinan c

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 126. Kian Membaik

    Tak hanya raga. Hati ini luruh tak mampu menopang beratnya rasa. Bagaimana bisa dia melalui hal seberat itu sendirian? Bagaimana bisa aku marah saat dia berdiri saja tak mampu? "Sean ...." Emily terisak di pangkuan Sean."Emily sayang ...." Sean mengusap rambut istrinya dengan derai air mata. Pria kekar itu sesegukan hingga dadanya bergetar.Pelan Sean mendongakkan wajah Emily agar menatapnya. Lalu, dia seka air mata yang telah berani melinang di pipi kesayangannya itu."Sean ...." Emily menggeleng menatap wajah yang sangat dirindukannya."Tadi, aku baik-baik saja dan sekarang saat melihatmu, aku seperti sudah ingin pulang. Aku tak merasakan sakit sedikit pun."Emily sedikit mengangkat tubuhnya dan memeluk Sean. "Aku membencimu, Sayang. Sangat membencimu. Dosa apa aku sampai tidak tahu kalau suamiku menderita."Sean memeluk erat, sangat erat. "Aku memang harus menebus dosa. Aku tahu pantas untuk mendapat perhatianmu karena dulu aku-""Ssssttttt .... Karena aku mencintaimu."Hah! Sean

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 125. Emily Datang Untuk Sean

    Tidak mungkin Sean merahasiakan semuanya dariku? Apa maksudnya? Apa aku tidak berhak tahu atau dia tak ingin aku khawatir? Emily memegang tembok agar tak luruh di lantai."David ...." Emily memegang dadanya dengan derai air mata.David cepat meraih tubuh Emily. "Aku akan membawamu ke atas. Nanti kuceritakan padamu. Tenang, jangan sampai Axel tahu."David mengangkat tubuh Emily dan membawa ke kamar, tanpa sepengetahuan Axel dan Dayana."Pelan-pelan. Tenangkan dirimu. Jangan lupa kamu sedang mengandung anak Sean saat ini." David meletakkan pelan Emily di atas ranjang.Emily menggeser pelan tubuhnya dan bersandar di headboard. Dia menyeka air matanya. Nafasnya sesak terisak.David duduk di sisi ranjang. Dia merangkup wajahnya seraya menghela nafas. "Maafkan aku, Emily."Emily menggeleng sambil tersedu. "Jangan suruh memaafkanmu sebelum aku tahu soal Sean. Vid, aku istrinya. Kenapa aku harus dilarang mengetahui soal keadaannya? Apa salahku?" Tangis wanita itu pecah.David mendecih sesal.

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 124. Emily Mendengar Percakapan David

    Di rumah sakit. Sean duduk dengan kepala bersandar. Dua tangannya terpaut di depan. Sebenarnya dia ingin mendekatkan wajahnya pada layar, tapi ...."Ingat, stay cool. Jangan sampai anakmu yang pintar dan sok tahu itu curiga. Tersenyum manis dan bicara seperlunya.""Aku tahu, Cerewet!" kesal Sean."Tuan sudah paham semuanya, Bawel!" Dario menajamkan sorot matanya pada Blade."Aku akan tekan tombol panggil. Kamu menyingkir dulu. Nanti muncul kalau Sean memberi kode!" Blade menggerakkan jari pada Dario, lalu mundur setelah panggilan itu tersambung.Sean meremas kepalan tangannya yang berkeringat. Jantungnya berdetak kian kencang. "Huuuufffff ...." Dia terus menghembus nafasnya panjang."Papa!" Layar itu mulai jelas tampak wajah Axel dan .... Emily di belakangnya. Mereka berdua duduk di atas brankar.Sean sebentar mendongak agar matanya bisa dikondisikan."Papa!" Kini wajah mereka jelas di layar masing-masing."Sayang .... Maaf, papa terlalu banyak urusan." Sean tersenyum lebar. Dia mena

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status