Sambil mengatakannya, tangan Angkasa yang penuh tenaga menggila tanpa bisa dikendalikan lagi.Tasya benar-benar kaget kali ini.Angkasa adalah pria yang keras kepala, apa yang diinginkannya harus terjadi tanpa peduli pandangan orang lain. Dia sudah tahu itu sejak awal. Meskipun menarik perhatiannya memang ada dalam rencana awalnya, namun dia tak pernah menyangka akan secepat ini ketahuan.Kalau sampai tubuhnya yang masih ada luka bakar ini terlihat oleh Angkasa, rencananya ke depan akan sangat sulit dijalankan. Hatinya yang tersakiti selama enam tahun ini …. Dan rasa ingin membalas dendam. Begitu teringat hal ini, keberanian Tasya kembali lagi.DUGH!Suara dentuman terdengar sangat nyaring. Tasya segera mengangkat kepalanya, lalu menabrakkan kepalanya ke hidung Angkasa. Seketika perasaan nyeri menyerang Angkasa. Pria itu sedikit melepaskan Tasya, hidungnya mengalirkan darah segar. Kedua matanya melihat Tasya dengan kesal, menatap wanita yang berani itu. "Tarik ulur harus disambut buka
Angel sama sekali tak menyangka dirinya akan bertemu Angkasa di sini. Tasya juga tidak pernah begitu bersyukur atas kedatangan Angel.Tasya mengalihkan pandangannya, sorot matanya memandang Angel dengan dingin. "Nona Angel? Kamu pasti datang untuk menjemput Tuan Angkasa? Atau kalian berencana menghabisiku berdua dan langsung menganiayaku di sini hingga mati?" Dengus Angel dengan kesal. "Aku merasa serba salah, apa salahku pada kalian berdua? Membuat kalian satu persatu datang dan mencari masalah denganku?!" Suara Tasya begitu dingin.Angkasa yang mendengarnya bicara seperti itu kembali berpikir keras, dia pun segera mengelap hidungnya sendiri dan berdiri di samping Tasya. "Kenapa kamu datang ke sini?"Suara Angkasa terdengar lebih sejuk. Melihatnya berdiri di samping Tasya, Angel merasakan bahaya yang begitu besar, persis seperti enam tahun lalu ketika Tasya dan Angkasa bersanding.Hatinya penuh dengan cemburu, tapi melihat Angkasa yang dingin dan tidak sabaran, akhirnya dia hanya bis
"Tidak Angkasa …. bukan begitu, aku benar-benar tidak melakukannya." Angel buru-buru menjelaskan.Dia tidak bisa membiarkan Angkasa tahu sepicik apa dirinya, apalagi sampai membuat Tasya merasa menang. Lagipula, orang itu tidak akan mendukungnya, digigit matipun dia tak akan mengakuinya.Tasya malas menyaksikan sandiwaranya. "Apapun yang sedang kalian perankan, silahkan mainkan itu di rumah! Jika ada keberatan padaku silahkan langsung katakan saja. Tapi, Tuan Angkasa, kuharap kejadian hari ini kamu bisa memberiku penjelasan yang baik. Mohon maaf, aku sedikit lelah, silahkan kalian lanjutkan sendiri," Selesai mengatakannya, Tasya segera mundur dan kembali ke dalam rumah.BRAK!Suara pintu rumah yang tertutup sekaligus membatasinya dan Angkasa yang berada di luar pintu.Angkasa yang tidak siap itu hampir saja terdorong oleh pintu itu, tanpa sadar dia mundur selangkah untuk menghindarinya. Namun ia tak melihat tangga di belakangnya, begitu kakinya menginjak udara, dia langsung jatuh terg
Enam tahun yang lalu pria itu setelah mengkhianatinya, mengkhianati pernikahan mereka! Ketika memancing Angel, dia pasti tidak sedingin sekarang.Tasya masih ingat ketika bertemu dengan mereka di rumah sakit, Angkasa begitu memperhatikan Angel, ekspresinya begitu gembira ketika mengetahui Angel mengandung. Sampai saat ini, dia bisa membuang begitu saja wanita yang disukainya, kalau begitu dia yang pernah menjadi istrinya itu punya posisi apa di hatinya?Mungkin …. sejak awal Tasya telah salah, tidak seharusnya dia mencintai pria itu. Dia memang berdarah dingin, batu yang tidak bisa diganggu gugat. Meskipun sudah tahu hal ini dari awal, tapi hati Tasya tetap mencintainya.Penderitaan yang dialaminya enam tahun yang lalu kembali berputar dalam pikirannya, api yang berkobar ditambah dengan suara pengawal yang dingin dari luar, yang mengatakan bahwa ini adalah perintah Angkasa! Sampai saat ini, dia masih dapat merasakan keputusasaan yang menggerogoti raganya.Pria seperti itu, satu-satuny
"Bodoh, kamu sendiri tahu, yang kuinginkan bukanlah terima kasihmu. Segera beritahu aku kalau kamu butuh bantuan. Zayn lumayan nakal, kalau dia menghambat rencanamu, aku akan mengirim orang untuk menjemputnya pulang!""Tidak perlu, keberadaan Zayn justru memberiku motivasi. Dia disini baik-baik saja, tenanglah …. ditambah lagi, Angkasa cepat atau lambat akan tahu keberadaan Zayn," ujarnya dengan tenang "Justru, jika menghindarinya bukan sebuah solusi, asalkan dia sejak awal telah memutuskan bahwa Zayn bukan anaknya, maka Zayn akan aman."Kata-kata Tasya membuat Khiar kehilangan kata-kata. "Aku akan mendukung apapun yang kamu lakukan.""Terima kasih, Khiar. Hanya saja, hari ini kecurigaannya padaku cukup besar, untung saja aku cepat tanggap, aku berencana membuang bekas luka bakarku, apa kamu tahu siapa yang bisa dipercaya?" Begitu Tasya teringat akan Angkasa yang baru datang tanpa terkendali, hatinya sedikit takut.Kali ini bisa menghindarinya, tapi bagaimana dengan lain kali?Kalau i
Setelah satu jam berlalu, Tasya akhirnya bertemu dengan Dokter tersebut di desa Arjasari."Apakah Anda Dokter Wade? Aku datang kemari karena Khiar," ucap Tasya.Mendengar Khiar yang mengenalkan tempat itu padanya, dokter itu bersikap begitu hormat pada Tasya. "Ahh …. Khiar telah memberitahuku semuanya, jika memang begitu, bisa kita mulai."Tasya berbaring di atas kasur, menahan jarum-jarum kecil yang menusuk-nusuk kulitnya, dan sekali lagi dia kembali pada ingatannya tentang kebakaran enam tahun yang lalu. Begitu panas, begitu membuat orang putus asa!Sekujur tubuhnya bermandikan keringat dan darah, namun dia mengertakkan giginya dengan erat, tanpa berkata apapun sampai selesai.Pekerjaan itu memakan waktu cukup lama, namun Tasya tetap bertahan meskipun di tengah-tengah fia merasa pusing. Bahkan, dokter itu pun khawatir melihatnya yang pucat pasi. Tapi, Tasya tetap memintanya meneruskan pekerjaannya.Ketika sudah selesai, seluruh tubuhnya terasa lemas, setelah beristirahat sejenak bar
Adelia segera membalikkan badan, dia melihat Zayn yang membuka pakaian Tasya, melihat bekas operasi yang terlihat masih baru di tubuhnya.'Mama …. sebenarnya apa yang terjadi?' Zayn tidak mengerti, dia hanya menyipitkan matanya. "Aku harus mencari tahu kenapa Mama melakukan operasi!"Ekspresi Zayn yang menyipitkan matanya itu sangat mirip dengan Angkasa, membuat Adelia menghela napas. Namun, itu justru membuat Zayn tersadar dari pikirannya sendiri. "Tante Adelia?""Mamamu sekarang sudah tidak apa-apa, jangan khawatir lagi, ya .… Aku akan membeli makanan, kamu jangan kemana-mana," ucapnya membelai rambut bocah itu. "Malam ini aku akan menginap di sini untuk menjaga Mamamu, sebentar lagi aku akan mengantarmu pulang, apa kamu tidak takut dirumah sendirian?" Sambil Adelia mengelus kepala Zayn, hatinya timbul secercah rasa sayang.Anak ini meskipun kecil tapi banyak cerdas, banyak ide. Tapi, bagaimanapun juga dia adalah anak kecil. Melihat Mamanya sedang dalam bahaya, tak urung dia pasti m
Untuk satu hal ini Zayn tak mengerti, tapi dia tidak tahan melihat orang lain menyiksa ibunya, apalagi Angkasa! Sepertinya pelajaran yang diberikannya pada Angkasa tidak cukup.Bibir Zayn mengembang, dia ingin melakukan sesuatu, tapi tiba-tiba teringat akan kejadian lalu di mana dia hampir ketahuan. Akhirnya dia berpikir sejenak, lalu menutup komputer. Bocah kecil itu mengeluarkan ponsel, mencari nomor telepon David yang baru hari ini dimintanya, lalu segera meneleponnya."Halo, siapa ini?" Suara manja kekanak-kanakan dari seberang sana terdengar.Zayn menjawab dengan dingin. "Ini aku, Zayn.""Zayn? Kamu meneleponku! Bagus sekali! Apa kamu sudah berniat untuk berteman denganku?" David langsung melompat kegirangan.Karena dia adalah cucu sulung dari keluarga Angkasa, maka semua orang begitu menghormatinya, tidak ada yang berani berteman dengannya. Hanya satu, Zayn yang hari ini baru masuk pertama kali, dia yang berani berebut barang dengannya. Bahkan, Zayn tidak menjaga sikap di depann