Share

Istri Sah, sang Presdir Dingin
Istri Sah, sang Presdir Dingin
Author: Imgnmln

Bab 1

“Aku harus siap dengan semua resiko ini," sesosok wanita membuka membuka pintu ruang USG dan berjalan masuk ke dalam ruangan dengan hati yang risih.

"Tapi, apa yang akan terjadi jika hari ini aku masih saja tidak mendapatkannya?" lirihnya mengingat rentetan kalimat yang terus berdengung di telinganya.

Beberapa menit kemudian, wanita itu keluar dari dalam ruangan USG dengan menggenggam secarik kertas, tangannya yang sedikit gemetar menandakan betapa panik hatinya saat ini.

Saat melihat secarik kertas itu, dia merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Ketika Tasya Ziudith menatap hasil pemeriksaan kehamilan, hatinya melonjak kegirangan. 'A-aku hamil?' gumamnya memegang secarik kertas itu dengan kuat di depan dadanya. 'Aku mengandung anak dari Pewaris Keluarga Wijaya!' dengan raut wajah yang penuh rasa senang yang menatap langit-langit koridor rumah sakit. 'Apakah ini mimpi!?' timpalnya kembali melihat secarik kertas itu dengan mata yang memerah.

Tasya menghela nafasnya dengan panjang. "Setelah menikah selama lima tahun, akhirnya aku berhasil mengandung anaknya."

Dengan hati yang gembira, dia membawa hasil pemeriksaan itu berjalan keluar dari koridor rumah sakit, wanita itu tidak sabar ingin memberitahukan kabar baik ini kepada sang suami. Namun, ketika wanita itu berbelok, dia melihat sesosok bayangan yang tidak asing di dalam ingatannya berlalu dengan cepat.

'Angelina Quade?!' Tasya tiba-tiba berhenti dan bersandar di dinding untuk bersembunyi. 'Apa yang dia lakukan di sini?' tatapannya penuh dengan rasa penasaran.

Tasya kemudian mengintip kembali langkah kaki Angelina, dan betapa terkejutnya dia saat mendapati seorang pria yang sedang menggandeng wanita itu. Pria itu memapahnya dengan wajah yang terlihat khawatir.

"Angkasa … terima kasih, kamu tidak perlu khawatir seperti itu," Angelina menatap mata Angkasa Wijaya, sang suami Tasya Ziudith, Angkasa terlihat khawatir dengan kandungan di dalam perutnya saat ini. "Aku baik-baik saja, anak ini akan lahir dengan sempurna," timpalnya mengusap perutnya yang terlihat besar itu.

Angkasa yang mendengar ucapan itu merasa sedikit tenang. "Aku harap begitu," namun raut wajahnya tetap terlihat sedikit khawatir. "Tapi, alangkah baiknya kita periksa dulu, anak dalam kandunganmu itu adalah cucu pertama keluarga Wijaya."

Angelina tersenyum mendengar ucapan pria itu, Angkasa yang pintar dan ketampanannya, sekaligus pewaris keluarga kaya raya dan juga sangat lembut membuat Angelina merasa bermimpi memiliki seorang pria sepertinya. Tasya yang melihat adegan ini, merasakan sakit yang mendalam menusuk hatinya sedalam-dalamnya.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" suaranya bergema di koridor rumah sakit dengan lantang.

Angkasa yang mendengar suara itu mengerutkan keningnya, suara yang sangat familiar di telinganya tiba-tiba terdengar dari arah belakangnya. Pria itu memalingkan wajahnya menatap sosok wanita cantik yang sedang berdiri menatap rumit ke arahnya. "Tasya? Kenapa kamu …"

Sebelum Angakasa selesai mengucapkan kalimatnya, Tasya memotong ucapannya. "Kenapa kalian ada di sini?" suaranya begitu dingin, suhu di sekitar mereka pun terasa ikut turun.

Raut wajah Angkasa menegang, kelembutan bak air yang tadi terpancar di matanya itu berubah menjadi merah padam. Melihat sikapnya sebelum dan sesudah, Tasya tak sabar untuk mendesaknya dengan rentetan pertanyaan yang terpampang dengan jelas di kepalanya.

Tasya meremas hasil pemeriksaan kandungan di tangannya, jemarinya meremas kertas itu dengan kuat, namun tetap tak bisa menghilangkan rasa sakit di hatinya. Dia dinyatakan Infertilitasi sejak mereka menikah, namun demi memberikan seorang anak bagi Angkasa, selama lima tahun ini dia telah memakan berbagai macam obat, pergi ke berbagai rumah sakit, bahkan beberapa kali hampir membahayakan nyawanya. Namun, dia tak menyangka hari dimana dia dinyatakan hamil, justru mendapati Angelina tengah mengandung anak Angkasa.

Melihat Angkasa hanya terdiam, Tasya tersenyum penuh makna. "Kenapa aku di sini?" Suaranya seakan-akan menekan udara di area sekitar. "Angkasa, aku adalah istrimu, saat ini kamu sedang menemani selingkuhanmu memeriksa kandungan, dan kamu masih tidak malu untuk menanyakan kenapa aku di sini?" Pertanyaannya yang menyudutkan itu memancing perhatian orang-orang di sekitar.

Tiba-tiba Angelina meringis dengan tatapan yang menyedihkan. "Angkasa, maaf …" ucapnya dengan tatapan wajah yang tertunduk. "Aku telah membawamu ke dalam masalah, kalau saja aku tidak kembali dan tidak memberitahumu keberadaan anak ini, mungkin Tasya tidak akan salah paham. Maaf, semua ini salahku," selesai mengatakannya, Angelina berbalik dan berlari keluar dari rumah sakit.

Melihat Angelina yang tiba-tiba berlari, tatapan mata Angkasa menjadi suram. "Ethan, ikuti Angelina, hati-hati dengan kandungannya. Kalau sampai terjadi sesuatu kepadanya, kamu tahu apa yang akan terjadi!" Angkasa memerintahkan asistennya untuk mengejar wanita itu, suaranya terdengar sangat panik.

Ethan Daniel yang mendengar titah sang boss langsung segera mengejarnya.

Tasya yang melihat kepanikan dari wajah Angkasa merasa sulit bernafas, dia tidak pernah merasakan Angkasa memberikan perhatian seperti itu padanya.

"Angkasa, bajingan kau!" Tasya mengangkat tangannya dengan kuat.

Saat Tasya ingin menampar wajah lembut dan tampan milik Angkasa, tangannya ditahan oleh Angkasa. Tangan pria itu memegang tangan Tasya dengan sangat kuat. Merasakan genggaman yang kuat dari pria itu, Tasya meringis kesakitan.

"Tasya, lima tahun yang lalu, kamu menggunakan cara licik dan naik ke atas ranjangku, kamu memaksaku untuk mau tak mau untuk menikahimu!" Tatapan mata Angkasa terlihat datar, amarah dari dalam tubuhnya menguar dengan hebat. "Seharusnya, kamu tahu dari pernikahan ini aku tak mungkin memberikan cinta seperti yang kamu inginkan!" ujarnya dengan suara yang mendominasi. "Kuperingati kamu, anak dalam kandungan Angelina sangat berharga, dan itu adalah darah daging keluargaku! Kalau kamu berani melakukan hal buruk padanya, jangan salahkan aku yang tak peduli lagi dengan hubungan kita sebagai suami istri," timpalnya dengan datar, Angkasa menghempaskan tangan Tasya dengan kuat.

Tasya yang berdiri tidak stabil akhirnya terjatuh karena itu. "Angkasa, kamu akan menyesali perbuatanmu!"

Dengan wajah yang meringis kesakitan, Tasya melemparkan secarik kertas yang dia pegang kepada Angkasa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status