Share

22. Rindu Tak Bersambut

Waktu terus bergulir seperti sebongkah bola salju meluncur dari ketinggian. Dua hari bagai dua menit. Ainun tegak sambil melenturkan pinggangnya yang terasa pegal. Cukup lama dia membungkuk, mengemasi pakaian mereka ke dalam koper.

“Jadi, aku benaran bakal ketemu opa sama oma ya, Ma?”

Kyra merangkak naik ke atas kasur dan duduk menjelepok di belakang koper yang belum dipindahkan Ainun. Dia menjulurkan kedua tangan mungilnya, memeluk permukaan koper. Mata bulatnya mengerjap penuh harap.

Jujur saja, dia sudah sangat lama memendam renjana untuk bertemu dengan kakek dan neneknya itu. Dia juga ingin merasakan kasih sayang kakek dan nenek seperti teman-temannya, yang biasa bermain bersama kakek dan nenek mereka.

Ainun berjongkok. Menyejajarkan ketinggian tubuhnya dengan Kyra. Dielusnya puncak kepala putri kecilnya tersebut.

“Iya, Sayang.”

“Yeay!”

Kyra berseru riang. Wajah cantiknya semakin berbinar cerah. Sinar matanya berpijar terang, mengalahkan indahnya kerlip bintang.

Kalbu Ainun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status