Happy Reading. BOAM!!! Suara ledakan kembali terdengar, itu membuat Arron tak senang. Sebab ia ingin menghabiskan malam bersama dengan Damara. "Damara," Arron menatap lembut netra mata Damara. Sebelum mengelus wajah gadisnya itu lembut. "Aku merasakan aura Faycon di luar sana!"Dia tersenyum. "Faycon adalah makhluk pencemburu, mereka keluar tanpa titah karena merasa pimpinannya akan menjauh dari mereka."Arron terkejut. Ia senang. "Lalu bagaimana kau menangani mereka?""Aku membunuh mereka, tetapi wajahku harus tertutup topeng agar mereka bisa lenyap seutuhnya."Arron bangkit dari posisinya. Lalu ia mengulurkan tangannya pada Damara—bersiap-siap untuk melawan kecemburuan para Faycon. Tepat di saat Lycus datang. "Pakailah!" Damara melempar kain pada Lycus yang sedang menatapnya bingung. "Nona, bisakah saya tahu ini untuk apa?" ia menjeda, menatap kedua pasangan itu curiga. "Jangan bilang, kalian akan melarikan diri."Bukh! Damara melayangkan bantal pada Lycus. Yang seketika membu
Happy Reading. Esok harinya. Saat sarapan pagi, Damara dan Arron terlihat sangat akur dan romantis—seperti tidak ada batas bagi keduanya. Saling menyuapi, bahkan Damara tak boleh duduk ditempat lain selain di pakuan Arron. Dan itu membuat Lycus terkejut. "Apa yang terjadi kemarin malam? Ku kira kalian berdua akan saling adu senjata?" tanya Lycus penasaran. Arron mengabaikan. Sedang Damara terlihat tersenyum singkat, sebelum menjawab. "Oh, harusnya begitu. Tapi pria dibelakangku ini selalu punya cara untuk menang.""Bukankah kau ingin melarikan diri dari kota ini hmmm?" Ucapan Arron membuat Lycus kembali terkejut, ditataplah Damara dengan tatapan mengintimidasi. Sedang Damara hanya tersenyum acuh, menyenggol Arron dengan sikunya. "Nona…saya sudah berjanji, jika Anda pergi saya juga pergi!" Lycus berkata dengan nada tak suka. Arron tersenyum sinis. "Kenapa kau melakukan sumpah pada seorang Faycon?""Karena memiliki mimpi seperti itu sejak saya masih kecil""Bodoh.""Saya tahu."
Happy Reading. Esok harinya. Saat matahari terbit terlalu tinggi, udara disekitar menjadi sangat panas. Tetapi Damara harus menggunakan gaun panjang, dengan full make up untuk menghadiri pesta perjamuan yang sempat tertunda. "Panas," keluhnya pada pukul 12 siang. "Aku ingin berenang!" Liriknya pada Arron yang ada di sebelahnya. Berharap agar Arron membawanya ke pantai Delmare daripada ke pesta sialan itu. "Nanti ya.""Ayolah Arron," regek Damara menarik tangan Arron agar tak masuk ke dalam kereta kuda. "Ke pantai ya."Dengan lembut, Arron menggelengkan kepalanya. "Tidak boleh. Kita ke pesta, baru ke pantai."Panasnya sekarang. Bukan sebentar atau esok! "Tapi…""Hanya sebentar. Kalau bisa, tahanlah emosimu disana! Cobalah untuk tenang dan jadilah istri yang lemah lembut."Lemah lembut tak ada dalam kamusnya—bagaimana bisa Arron memintanya disaat pikiran Damara dipenuhi dengan rencana menghancurkan, pembunuhan dan pemberontakan. Ehem. "Damara!" panggil Arron memperingatkan Wanita ja
Happy Reading. "Maafkan saya Nona!" ucap Damara terpaksa. Saat itu juga, Arron melepas tangannya dari mata Damara. Begitu juga dengan Lycus, yang bertingkah seperti mencari nyamuk sebelum menjauh dari sisi Damara. Sedang Arron, ia memilih untuk menggandeng pinggang Damara posesif. Sebab akan berbahaya jika Damara sampai lepas kendali di tempat umum seperti ini. "Sa-saya juga minta maaf Nyonya Da-damara!" balas wanita yang mencari Malala dengan Damara barusan. Dengan senyum devil Damara menjawab, "ya. Tentu saja, maaf menakuti Anda. Dan, jangan panggil saya Nyonya. Saya merasa tua!"Uhuk! Lycus tersedak. Pria itu ingin muntah saat mendengar kata 'Tua' kan, Damara memang sudah hidup sangat lama. Tubuhnya saja yang berbeda sekarang. ***Ruangan bertirai, keluarga Thalesacena di pertemuan dengan keluarga Mycana. Untuk membicarakan gosip yang beredar tentang putri mereka, Damara. "Tuan, Damara kami memang sedikit unik. Meski dikenal pembuat Masalah, tak beretika. Ia aslinya anak
Happy Reading. Pantai Delmare. Lycus mencari kesana-kemari, sampai ia menemukan sebuah gua kecil yang terbentuk alami di bawah gunung. "Nona…"Langkahnya berhenti. Matanya melebar, wajahnya memerah saat melihat adegan di depan matanya. Pasalnya Nona-nya hanya menggunakan bikini dan Arron sedang bertelanjang dada. Sontak Lycus berbalik. Dan kehadiran Lycus membuat dua orang yang sedang asik bercumbu itu, menghentikan kegiatan mereka. Memungut semua pakaian mereka, sebelum berjalan mendekat ke arah Lycus. "Ada apa?" tanya Damara dengan tatapan santai, seolah tak terjadi apa-apa. "No-nona….Aura aura Faycon Anda…."Suara langkah kaki prajurit membuat Arron menarik Damara ke ujung goa, begitu juga dengan Lycus yang mengikuti dengan panik. Setelahnya, Lycus menjelaskan secara singkat semua yang terjadi. Dan Damara memutuskan membuka portal Faycon untuk menyelamatkan dirinya, dan menempatkan Lycus dalam pertarungan kecil melawan Faycon miliknya. Semua dilakukan berdasarkan kesepakata
Happy Reading. Khusus hari ini, kediaman Arron tampak ramai dengan para pelayan. Yang ia datangkan dari Gedung utama, untuk membantu segala kebutuhan Damara. Juga menghias kamar mereka seindah mungkin. "Sudah siap?" tanya Arron, terpukau saat melihat Damara yang begitu cantik dengan gaun indah nan seksi yang melekat sempurna di tubuh rampingnya. Damara tersenyum miring, sebelum mengedipkan satu matanya pada Arron. "Aku cantik kan?" Godanya pada pria yang tak kalah tampannya. Dia—Damara tak menyangka, kalau ia akan menghabiskan waktu bersama Arron. Kencan tak terduga, untuk mendekatkan diri satu-sama lainnya. Meski awal Damara bertemu Arron, pria itu memiliki aura membunuh yang kuat. Tapi untungnya berakhir saat Damara memeluknya untuk melepas rindu saat itu. Mengulurkan tangannya. Damara menerima, mengandeng Arron sebelum naik ke atas kereta kuda dengan wajah full senyum. Semua yang melihat tampak begitu senang—entah sejak kapan, mereka selalu menyukai Damara. Walau sikap gadis
Happy Reading. Tuk! Tik! Tak! Tik! Tuk. Suara sepatu kuda terdengar memasuki kota Hilike, dari jarak jauh. Para prajurit yang bertugas mengawas, langsung memberikan kabar. Sehingga semua orang menunggu di depan gedung utama, sedang orang penting menunggu di dalam gedung termasuk Lycus. Saat kereta kuda semakin dekat, semua menundukan kepala mereka dengan hormatnya. "Semoga malam ini berjalan lancar!" Doa semua orang pada Arron dan Damara yang baru saja selesai berkencan. Memasuki istana, Para Fay muncul. Mereka bahkan turut serta dalam penyambutan. Kereta berhenti—Lycus menunggu. Begitu juga dengan keluarga Arron. Saat pintu terbuka! Setiap senyum tiba-tiba luntur, para Fay berubah warna menjadi merah karena terkejut. Ayah dan ibu Arron terdiam, begitu juga dengan para warga yang terlihat saling tatap, sambari menelan saliva mereka susah payah. "APA INI ARRON?!"Tak heran ayahnya marah, sebab yang dilihat mereka adalah keadaan kacau keduanya, pakaian sobek, penuh darah, bahkan
Happy Reading. Suara itu membuat seorang pengantin pria, bergegas meninggalkan kamarnya. Melesat dengan sangat cepat ke arah kamar Damara. BRAKKK!!! Namun, ketika ia sampai. Damara sudah menghilang, bersama dengan aura Faycon yang mulai menyebar di setiap daerah di kota Hilike. Arron berjalan ke arah jendela yang masih terbuka dengan lebarnya. Wush! Angin peperangan berhembus menerpanya, teriakan dan tangisan terdengar dari setiap sisi dunia. "Apakah, kamu tidak ingin ku temukan Damara?" tanya Arron pada dirinya sendiri. "Berani sekali kau meninggalkanku seperti ini, tunggu saja…""Saat aku menemukanmu, akan ku buat langit bahkan tak bisa melihatmu lagi. Damara!" tatapan Arron berubah warna menjadi warna unggu—bola-bola api keluar dari dalam dirinya, yang perlahan-lahan menyebar di setiap wilayah di Hilike. "Aku akan menemukanmu kembali, Damara!'Kecewa. Arron mengepalkan tangannya dengan kuat, ia marah, ia sedih.Disisi lain. Lycus Malaysia tersenyum saat melihat kekacauan yang