Home / Romansa / Istri Sengsara Sang Billionaire / BAB 3 Perjodohan Sepihak

Share

BAB 3 Perjodohan Sepihak

last update Last Updated: 2024-04-30 11:32:06

Perjodohan Sepihak

Pak Herman terlihat masih bingung, juga heran sembari menebak nebak.

"Iya, ceritakan dulu mengenai dia, Ayra, saya ingin tahu banyak tentang dia," perintah presdir Herlambang.

"I-iya pak, Ayra adalah salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa penuh di salah satu universitas ternama di Jakarta, beasiswa yang merupakan proyek kerjasama Abadi Group dengan perguruan tinggi lokal."

"Dia berasal dari kota Yogyakarta, dari keluarga sederhana, dan merupakan anak tunggal. Selama masa pendidikan dia mengambil pekerjaan paruh waktu di beberapa tempat, seperti yang saya sampaikan tadi. Di restoran, rumah sakit kita, binatu, panti jompo dan beberapa toko. Hasil dari kerja paruh waktunya dia gunakan untuk membiayai kehidupannya dan sebagian lagi dia kirimkan kepada orang tuanya di kampung. Ya, memang tidak besar, Karna pekerjaan itu hanya dilakukannya di waktu senggang dan hanya beberapa jam."

"Dia anak yang baik, jujur dan santun. Ayra adalah dokter yang banyak disukai pasien, dia pandai memasak dan bisa diandalkan dalam segala hal, serba bisa," penjelasan pak Herman yang cukup panjang dan lebar.

Presdir Herlambang hanya mengangguk angguk kecil setelah mendengar penjelasan dari pak Herman.

"Ma-maaf pak, apa bapak menyukai Ayra? A-apa bapak mau menjadikan Ayra istri kedua?" tanya pak Herman dengan begitu hati hati. Mendengar itu, presdir Herlambang tertawa sejadi jadinya.

"Jadi kamu berpikir aku menyukai Ayra? Tidak Herman, aku ingin menjodohkan dia dengan putraku, Ardian," Penjelasan presdir Herlambang.

"A-apa pak, menjodohkan Ayra dengan pak Ardian?" tanya pak Herman seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Iya, dia adalah gadis yang aku cari, aku akan banyak mengobrol dengannya, aku harap kamu juga membantu," ucap presdir Herlambang.

"Ba-baik pak, senang sekali jika saya bisa membantu," ucap pak Herman.

Ternyata sedari tadi presdir Herlambang terlihat begitu tertarik dan seolah terpikat dengan Ayra, memiliki niat untuk menjodohkan Ayra dengan putranya, yaitu Ardian Herlambang.

Pak Herman merasa sedikit heran, bagaimana bisa keluarga sekaya Herlambang Mahendra pemilik Abadi Group ingin menjodohkan anaknya yang merupakan calon presdir, dengan gadis biasa yang berasal dari keluarga biasa bahkan sederhana, memilih Ayra untuk menjadi seorang menantu. Cukup tidak masuk akal, namun itulah yang terjadi. Ya, walaupun Ayra adalah seorang dokter yang baik, namun mereka seperti bumi dan langit.

Pak Herman memiliki tugas untuk memberi tahu Ayra dan menawarinya mengenai perjodohan ini. Dengan menjadi istri anak dari pemilik Abadi Group, bisa dijamin kehidupan Ayra akan berubah, dia akan berada di jajaran istri orang orang yang sukses di usia muda.

Apa yang pantas ditolak, seharusnya Ayra dengan mudah akan menerimanya, ini adalah pekerjaan yang cukup mudah bagi pak Herman, itu yang pak Hermanbang pikir.

Pak Herman berjalan menuju ke arah timnya, bersiap kembali ke rumah sakit.

"Ayra, setelah ini ikut saya ke kantin rumah sakit, saya ingin membicarakan sesuatu yang cukup penting," ucap pak Herman pada Ayra.

"Baik pak," ucap Ayra singkat.

Mereka semua berjalan ke arah mobil, kembali ke rumah sakit. Selama perjalanan pak Herman terlihat lebih banyak diam, kadang kala dia mencuri pandang ke arah Ayra. Dia sedang berpikir keras bagaimana cara membicarakan masalah ini dengan Ayra.

Ini adalah pertemuan pertama Ayra dengan presdir Herlambang. Agak kurang masuk akal, pertemuan yang sungguh singkat itu akan menimbulkan kesan yang mendalam, yang akhirnya memutuskan untuk menjadikan Ayra sebagai menantu dari seorang miliarder kaya raya.

Pak Herman berusaha menepis keraguan itu, ini adalah perintah dari bos besarnya, dia harus menjalankan semuanya dengan baik, dia harus bisa membujuk Ayra supaya mau berkenalan dengan pak Ardian, lalu selanjutnya setuju untuk menjadi istrinya.

Pak Herman dan Ayra sudah berada di dalam kantin rumah sakit. Pak Herman beralasan ingin membahas mengenai masalah pekerjaan penting.

Mereka duduk di meja yang letaknya berada di ujung, menghadap ke arah jendela kaca depan.

"Ayra, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan denganmu, namun sebelumnya, ada yang ingin saya tanyakan," ucap pak Herman dengan sangat hati hati.

"Iya pak, ada masalah apa? sepertinya cukup penting sampai kita harus bicara berdua di sini," tanya Ayra penasaran.

"Iya itu karena saya tidak ingin orang kantor mendengar apa yang kita bicarakan. Apalagi kalau kita bicara di UGD, karyawan lain bisa mendengarnya," ucap pak Herman serius.

"Baiklah pak Herman," ucap Ayra yang juga serius.

“Oh iya, kamu akan langsung pulang setelah ini?” Tanya pak Herman.

“I-iya pak, saya sudah menyelesaikan tugas jaga saya,” ucap Ayra.

"Ya, baguslah. Ayra, saya ingin menanyakan sesuatu, apa kamu sudah memiliki kekasih? Atau calon suami?" tanya pak Herman secara jelas dan lugas.

Mendengar pertanyaan yang menjurus itu, Ayra hanya mengernyitkan dahi, ini bukanlah masalah penting mengenai pekerjaan, melainkan masalah pribadinya.

"Ma-maaf pak, kenapa menanyakan masalah pribadi saya?" tanya Ayra hati hati. Dari wajahnya mulai tersirat kebingungan dan sedikit rasa takut.

Di hadapannya duduk pak Herman yang merupakan bosnya. Pria paruh baya berusia sekitar empat puluh tahun bahkan lebih, lulusan management rumah sakit dari salah satu universitas ternama di luar negeri.

Berperawakan kecil, tidak terlalu tinggi dengan tubuh sedikit tambun. Matanya bulat dan hidungnya tidak terlalu mancung. Kulitnya sedikit hitam dengan rambut agak keriting, karena orang tua pak Herman berasal dari Indonesia bagian Timur, hanya saja sudah tinggal dan menetap di Jakarta sejak pak Herman masih berada di dalam kandungan ibunya.

Apa mungkin pak Herman diam diam menaruh hati padanya? pertanyaan ini sempat terlintas di dalam benaknya. Pak Herman sudah memiliki istri bahkan istrinya sangat cantik, berwajah bule karena ayahnya adalah orang Amerika.

Pak Herman menangkap kekhawatiran di wajah Ayra.

"A-Ayra, jangan berpikir yang tidak tidak, saya menanyakan ini bukan karena saya menaruh hati kepadamu, sama sekali tidak, saya hanya ingin mengenalkan kamu dengan seseorang, bibit unggul yang pastinya akan membuat kehidupanmu lebih baik," penjelasan pak Herman.

Mendengar itu terlihat Ayra menghela nafas panjang. Lega rasanya, apa yang dia takutkan tidak terjadi, hanya sebuah prasangka dan kekhawatiran tanpa dasar.

"Saya belum memiliki kekasih pak dan sepertinya masih cukup lama untuk memikirkannya, saya hanya ingin fokus pada pekerjaan saya dan mengangkat derajat keluarga saya, apalagi saya baru menyelesaikan program co-as, saya masih harus berjuang," ucap Ayra yakin.

"Ayra, tadi kamu sudah bertemu dengan presdir Herlambang bukan, nah itu dia, presdir Herlambang tertarik kepadamu," ucap pak Herman.

"Apa? Presdir Herlambang tertarik pada saya?" tanya Ayra kaget.

"Bu-bukan begitu maksud saya Ayra, presdir Herlambang ingin menjadikanmu menantunya. Dia memiliki seorang anak laki laki yang tahun ini akan menggantikannya sebagai presdir, namanya Ardian. Dia sangat tampan dan yang terpenting adalah mapan, berasal dari keluarga yang bukan keluarga biasa," penjelasan pak Herman.

"Presdir Herlambang? Pak Herman tidak bercanda? kami baru saja bertemu dan itu adalah pertemuan singkat," tanya Ayra penasaran dan juga heran luar biasa.

"Saya juga tidak mengerti Ayra, presdir Herlambang memang seperti itu, sering mengambil keputusan dengan mendadak. Mungkin beliau ada pertimbangan khusus," penjelasan pak Herman.

"Ayra, semoga kamu menyetujui ini, ini bukan permintaan melainkan sebuah harapan. Banyak wanita di luar sana bahkan dari keluarga yang sebanding dengan keluarga presdir Herlambang, mereka ingin menjadi menantu di keluarga pemilik Abadi Grup, tapi presdir memilihmu. Mereka adalah keluarga kaya raya, kamu akan mendapatkan kehidupan bak cinderella," ucap pak Herman.

"Ta-tapi pak Herman, saya dan yang bernama Ardian putra presdir Herlambang belum pernah bertemu, dan itu sepertinya sulit, lagi pula saya tidak pernah memandang seseorang dari segi kekayaan, yang terpenting dia memiliki sifat yang baik, setia dan pekerja keras," ucap Ayra seolah menjabarkan tipe calon suami idamannya.

"Ayra, ini kesempatan emas, kamu akan menjadi nyonya muda, hidup tanpa harus bekerja keras, saya harap kamu mempertimbangkannya. Kamu tahu bukan, perjalanan untuk menjadi dokter sangat panjang, apalagi kamu baru menjadi dokter magang, ini kesempatan emas, mereka pemilik rumah sakit," ucap pak Herman yang sekali lagi berusaha keras untuk meyakinkan Ayra.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 180 Akhir Kisah

    Akhir KisahMalam itu di dalam mobil, Alana terlihat menatap Arsen yang sedang sibuk menyetir.“Apa kamu akan melakukan itu selama perjalanan pulang?” tanya Arsen. Alana mengulaskan senyum, rupanya Arsen mengetahui apa yang dia lakukan, terus memandangi laki laki tampan yang ada di sebelahnya.“Apa kamu mau membelikanku ice cream, waktu itu kamu bilang aku menjatuhkan ice cream di bajuku, padahal aku tidak terlalu suka makan ice cream (kejadian di mall),” ucap Alana.“Tidak mungkin, ice cream itu makanan yang hampir semua orang suka,” ucap Arsen.“Ya, mungkin karena aku sudah lama tidak memakannya,” ucap Alana.“Aku sudah lupa bagaimana rasanya,” lanjut Alana.Arsen terlihat mengarahkan matanya pada Alana, hanya sekian detik.“Baiklah,” ucap Arsen yang kemudian membelokkan mobilnya ke sebuah kedai ice cream yang cukup terkenal.Mobil Arsen berhenti di depan kedai ice cream itu.“Ayo kita turun, kamu boleh membeli apapun yang kamu inginkan,” ucap Arsen seolah mengatakan itu pada anak k

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 179 Tidak Ingin Hidup Miskin

    Tidak Ingin Hidup MiskinNyonya Sisca terlihat duduk di apartemen mewah. Penthouse yang dulu ditempati Isabela, sekarang ditempati oleh Rose dan akan menjadi tempat tinggal nyonya Sisca.“Ibu, minumlah,” ucap Rose seraya menyodorkan segelas teh hangat.“Bibi Esti sedang menemani Amora tidur, Rose akan bantu ibu ke kamar ibu,” lanjut Rose.“Apa kita akan tinggal di sini?” tanya nyonya Sisca.“Iya ibu, rumah ibu disita, juga dua apartemen yang lain. Untung apartemen ini sudah atas nama Rose, kakak memberikan apartemen ini untuk Rose tempati,” ucap Rose.“Apa kakakmu memberikan tempat ini untuk Isabela?” tanya nyonya Sisca.“Iya, dulu, sebelum akhirnya dia datang ke rumah,” ucap Rose.“Sebelum dia menghancurkan keluargaku,” ucap nyonya Sisca.Rose terlihat duduk di sebelah ibunya duduk, memegang tangannya, mengelusnya lembut.“Sudahlah ibu, tidak perlu diingat lagi, kita bisa memulainya,” ucap Rose.Nyonya Sisca terlihat menatap Rose dengan pandangan mendalam.“Apa? Memulai? Tidak, semua

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 178 Satu Orang Lagi

    Satu Orang Lagi“Arsen? Apa yang baru saja kamu katakana?” tanya nyonya Farida yang kemudian melangkah mendekat ke arah Alana dan Arsen.“Tan-tante Farida,” ucap Arsen gugup.“Arsen, katakana sekarang, apa benar Alana, Alana,” ucap nyonya Farida terhenti.Arsen, Alana dan nyonya Farida duduk di kursi sofa ruang tengah.“Ya Tuhan, apa itu benar Alana, ah, Ayra,” ucap nyonya Farida seraya memeluk Alana.“Maafkan Alana tante, Alana tidak menceritakannya sejak awal, Alana minta maaf,” ucap Alana.Nyonya Farida terlihat mengusap air matanya, dia merasakan apa yang Ayra alami selama tinggal di rumah mewah itu.“Mereka benar benar kejam,” ucap nyonya Farida seraya melepaskan pelukan Alana.“Tante mengerti kenapa kamu sampai di titik ini,” lanjut nyonya Farida.“Tante, tolong rahasiakan ini semua, hanya Arsen dan beberapa orang yang tahu,” ucap Arsen.“Beberapa orang? Siapa?” tanya nyonya Farida seraya menatap Arsen.“E-Edo dan Amanda,” ucap Arsen.“Apa? Kamu mempercayai mereka tapi tidak den

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 177 Tidak Mengakui Kesalahan

    Tidak Mengakui KesalahanArdian terlihat hanya diam, di sebuah ruangan yang bercat hitam. Sendiri, memahami situasi dengan cepat.“Baiklah pak Ardian, mari kita lanjutkan,” ucap seorang penyidik yang baru saja masuk ke ruangan itu.“Sudah aku bilang, aku tidak membunuh istriku! Itu adalah kecelakaan!” teriak Ardian.“Baiklah, anda terus saja mengatakan itu. Jika memang itu kecelakaan, lalu kenapa anda mengatakan pada keluarga anda bahwa istri anda pergi dengan laki-laki lain?” tanya penyidik.“Apa? Siapa yang memberikan informasi seperti itu?” tanya Ardian dengan mata bulat penuh.“Adik anda sudah memberi keterangan, dia kami tetapkan sebagai saksi,” ucap penyidik.“Apa? Rose? Tidak, dia tidak tahu apa apa,” ucap Ardian.“Ya, saya tahu, pelakunya adalah anda dan nyonya Isabela. Anda tahu nyonya Isabela bahkan mendapat tuntutan yang sangat panjang, kejahatannya tidak bisa dimaklumi,” ucap penyidik.Ardian terdiam, melihat kearah penyidik berperawakan kecil namun tengil. Senyumnya penuh

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 176 Penangkapan Ardian

    Penangkapan Ardian“A-Ainun,” gumam nyonya Sisca dengan pandangan tidak percaya.Pak Herlambang masih berusaha untuk memahami situasi, tidak ingin tertipu dengan prasangkanya. Namun setelah sekian detik berpikir cepat, wanita yang tiba tiba muncul itu benar benar Ainun, cinta pertamanya.Rose menatap ke arah wanita itu. Dia ingat, wanita yang pernah dia kagumi saat pertama kali melihatnya.“Dia, wanita yang aku lihat malam itu,” gumam Rose dalam hati.Ardian sudah memahami situasinya sejak awal, tidak ada kekagetan di wajahnya, dia hanya penasaran, apa alasan dibalik kemunculan wanita itu? Bukankah dia yang sudah meninggalkan ayahnya puluhan tahun lalu.“A-Ainun,” gumam lirih pak Herlambang. Laki-laki tampan yang berdiri di samping nyonya Ainun terlihat memberi isyarat penghormatan, menundukkan kepalanya pada semua orang yang ada di hadapannya.“Laki-laki itu tampan sekali,” puji Rose dalam hatinya. Dia berusaha membuyarkan pikiran itu dan fokus memahami apa yang sebenarnya terjadi.“

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 175 Semua Datang Bersamaan

    Semua Datang Bersamaan Sekretaris Pete memberikan uang kepada beberapa orang yang merupakan petugas pemakaman. “Pak, semua sudah beres, kami akan merawat makam itu. Oh iya, ngomong ngomong mayat siapa itu?” tanya salah satu petugas pemakaman. “Seperti biasa, mayat dari rumah sakit yang tidak memiliki identitas setelah penyelidikan,” ucap sekretaris Pete memberikan alasan yang mungkin masuk akal dan bisa diterima. “Pak Arsen itu sangat luar biasa, beliau mengurus beberapa jenazah tanpa identitas. Seingat saya ada lima tunawisma yang sudah dimakamkan di sini, dibiayai pribadi oleh pak Arsen,” ucap petugas makam itu. “Ya, sesama manusia kita harus memanusiakan manusia lain,” ucap sekretaris Pete. “Apa seperti itu tidak diurus pemerintah?” tanya petugas makam. “Tentu saja, pemerintah juga mengurus hal semacam itu, namun jenazah jenazah tanpa nama yang datang ke rumah sakit Keluarga Sehat selalu diurus pribadi oleh pak Arsen,” ucap sekretaris Pete. “Pak Arsen memang sangat l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status