Share

Bab 2

"Mungkin aku yang di sana sudah mati sehingga kehidupanku dimulai lagi di sini." Ucap Gloriana sambil memakan kue sus krim yang dibuat oleh koki terbaik kerajaan.

"Tapi apa yang telah aku perbuat sebelumnya sampai-sampai di kehidupan ini aku bisa merasakan surga seperti ini." Lanjutnya sebelum meminum teh hangat yang telah disajikan.

"Kerajaan besar nan damai, lalu aku adalah satu-satunya anak dari raja. Betapa beruntungnya aku. Apa ini adalah bayaran dari segala penderita dari kehidupan sebelumnya?"

Meskipun tidak begitu pintar dalam ilmu geografis namun Gloriana yakin kalau tidak ada kerajaan bernama Deux di kehidupannya dahulu. Ini adalah dunia dengan realitas dan sejarah yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa penyihir dan juga sosok mengerikan seperti Raja Iblis. Untungnya saat ini sosok tersebut sudah tidak ada karena 20 tahun yang lalu ia berhasil dikalahkan oleh seseorang.

"Kalau Raja iblis itu masih ada aku pasti berpikir kalau kehadiranku disini untuk mengalahkannya seperti yang biasa ada di cerita-cerita fiksi."

Dunia ini terlihat seperti dunia fantasi yang sering ia baca di dalam dongeng ataupun cerita novel. Namun ia tidak memiliki tujuan ataupun alasan yang membuat dirinya bisa berada di sini.

"Apa yang dari tadi kau gumamkan, Gloria?!" Tiba-tiba suara yang tidak asing ditelinga putri kerajaan terdengar.

"Mama!" Ucap Gloriana setelah melihat sumber dari suara yang berada di sampingnya.

"Ha?!"

"Tidak. Maksudku, Bunda Ratu. Senang bertemu dengan anda." Gloria berdiri dan melebarkan roknya kemudian sedikit menundukkan badannya. Posisinya itu adalah posisi memberikan salam yang biasanya para bangsawan lakukan satu sama lainnya.

"Sudah aku bilang berhenti memanggilku Mama dan mulailah menerapkan etika bangsawan."

Gloriana memang sudah diajarkan berbagai macam etika sedari lahir, ia juga bisa menerapkannya. Hanya saja kebiasaan selama 25 tahun di kehidupan lamanya membuatnya sering tidak sengaja melakukan kesalahan. Ia juga merasakan sebuah kesulitan disini, kesulitan yang ia alami membuat dirinya yakin kalau alam ini bukanlah surga namun juga sepertinya bukanlah neraka.

"Baik, Bunda Ratu. Ngomong-ngomong, hal apa yang membawa Bunda Ratu menemui saya?"

"Oh, soal itu." Ratu Mariana duduk di kursi yang ada di samping Gloriana. Ketika Ratu tersebut itu duduk, seketika pelayan langsung menuangkan teh hangat yang disajikan untuknya.

"Apa ayahmu bertanya sesuatu kepadamu?"

Gloriana memandang wajah Ibunya dengan seksama. Nampak pigmen kulit pipinya sedikit memerah yang menandakan kalau ibunya tersipu malu. Gloriana mengerti maksud dari pertanyaan tersebut. Minggu depan adalah hari ulang tahunnya dan biasanya raja kerajaan ini atau suaminya akan menanyakan dan meminta saran tentang hadiah untuk sang istri kepada Gloriana.

"Memangnya ada yang Bunda Ratu inginkan?" Gloriana bertanya balik kepada ibunya.

"Tidak ada. Jika ia ingat hari ulang tahunku saja aku sudah senang."

Gadis 13 tahun itu hanya bisa tersenyum mendengar jawaban dari ibunya. Rasanya tidak mungkin seorang raja melupakan hari lahir seorang ratu dan jika ia melupakannya maka semua ajudan pasti akan mengingatkan raja tersebut karena keharmonisan rumah tangga kerajaan adalah sesuatu yang begitu berharga. Namun Gloriana berpikir itu kalau hal itu mungkin saja terjadi jika raja tersebut adalah ayahnya yang pelupa dan penggila kerja.

"Kalau begitu aku saja yang akan meminta kepadanya."

"Jangan!" Ratu meminum sedikit teh miliknya kemudian berdiri. "Aku menginginkan makanan laut." Lanjutnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Gloriana.

Kerajaan ini tidak memiliki laut sebab itu makanan laut yang segar rasanya hampir mustahil bisa dimakan di sini. Meskipun begitu beberapa kali raja membeli ikan dan berbagai makhluk laut yang diawetkan dengan es batu hasil dari sihir penyihir kerajaan lain. Sebab itu makanan laut yang segar harganya jauh lebih mahal dibandingkan berlian atau uang untuk membangun sebuah taman.

"Aku juga ingin makan ikan." Ucap Gloriana dengan lantang. Dirinya teringat dengan kehidupannya dahulu yang mudah sekali memakan ikan.

"Tuan putri, sudah waktunya untuk kelas berdansa."

Seorang pelayan berkata kepada Tuan Putri kerajaannya dengan harapan kalau Tuan Putri tersebut segera bergegas memenuhi kewajiban yang harus dilaksanakan. Meskipun begitu Tuan Putri kerajaannya tidak peduli dan berkata dengan santai. "Aku mau pergi ke pusat kota."

"Tidak Tuan Putri, hari ini Anda tidak boleh pergi ke sana."

"Memangnya kenapa?"

"Sebab guru Anda sedang menunggu di kelas dansa."

"Kalau soal itu kan kau bisa beralasan."

Meskipun usia aslinya telah mencapai 38 tahun akan tetapi Gloriana terkadang bertingkah layaknya anak kecil. Selain untuk menghilangkan kecurigaan tentang dirinya, hal itu juga disebabkan oleh ego yang muncul akibat dari orang tua dan pelayan yang selalu memanjakannya.

"Bukankah kelas sebelumnya juga Tuan Putri sudah beralasan sakit pinggang. Hari ini Tuan putri tidak bisa beralasan lagi. Jika Tuan Putri beralasan maka Yang Mulia Ratu akan datang dan menyeret Tuan Putri untuk ke kelas dansa."

"Berlin, apa kau tidak ingin pergi ke kota bersamaku?"

"Saya ingin Tuan Putri tapi aku tidak ingin kena omel kepala pelayan jika tidak membawamu ke kelas saat ini juga. Mohon pengertiannya."

Berlin, pelayan pribadi Gloriana yang usianya hanya terpaut 3 tahun lebih tua. Karena ia pelayan wanita yang paling muda membuat Gloriana lebih suka berbicara dengan dirinya dibandingkan dengan pelayan lainnya.

"Baiklah, aku akan pergi ke sana."

"Aku mencintaimu Tuan Putri."

Begitulah kehidupan baru dari Gloriana berjalan. Meskipun terlihat damai dan mewah namun ia memiliki tanggung jawab yang harus ia pikul nantinya. Saat ini ia sedang mempersiapkan hal tersebut mengingat bisa saja tahta kerajaan ini jatuh kepadanya jika memang tidak ada perubahan sebab ia adalah satu-satunya keturunan dari sang raja.

Harusnya ia menjadi satu-satunya keturunan dari sang Raja sebelum sebuah fakta terungkap beberapa hari sebelum hari perayaan kelahiran Ratu kerajaan Deux. Sebuah kabar sedang hangat dibicarakan di dalam maupun luar istana. Kabar tentang Raja yang memiliki anak lain dari seorang wanita yang dirahasiakan identitasnya.

Satu hari sebelum hari perayaan kelahiran ratu kabar itu dikonfirmasi langsung oleh raja dengan membawa anak tersebut masuk ke dalam istana. Ternyata benar, ia memiliki putri lain sebelum Gloriana lahir.

Raja itu berkata kalau pada awalnya ia tidak tahu kalau ia memiliki anak lain namun kini ia mengetahuinya. Setelah kabar miring berubah menjadi kenyataan, ratu murka kepada raja dan memutuskan untuk pisah ranjang dengannya. Mulai dari sini, kehidupan keluarga kerajaan yang tadinya damai menjadi tidak lagi harmonis.

...

"Gloriana, sudah aku bilang jangan kau pedulikan anak haram itu. Apa kau tidak mendengarkan Ibu?" Ratu berkata kepada Gloriana tepat di depan dari orang yang ia sebut sebagai anak haram.

"Memangnya apa salahnya, Bunda Ratu? Walaupun tidak sah tapi Kak Bella tetaplah kakakku." Gloriana membantah apa yang diserukan oleh ibunya.

"Kau ini! sejak kapan kau berani membantah kata-kata ibumu." Ratu menarik tangan Gloriana dan membawanya pergi menjauhi Bella, anak yang telah diakui oleh suaminya sendiri. "Sebagai seorang Putri Mahkota Kerajaan Deux, kau harus menjaga harkat dan martabat...." Kemudian ceramah dari ibunya berlangsung sepanjang perjalanan.

Kejadian seperti ini sudah sering terjadi dalam kurun waktu sebulan semenjak Bella dibawa ke Istana kerajaan. Meskipun akan diomeli hingga mulut ibunya berbusa, Gloriana akan mengulangi lagi perbuatannya di keesokan harinya. Hal ini ia lakukan secara sadar sebab ia tahu kalau Bella merasa kesepian saat berada dilingkungan istana ini.

Seluruh pegawai istana pasti akan mengucilkan dirinya yang merupakan alasan keretakan di kehidupan keluarga kerajaan. Sebab itu Gloriana sering menemuinya untuk memberikan kesan agar pegawai kerajaan tidak memusuhinya. Apalagi rambut hitam yang berbeda dengan sang raja membuat kesan kalau sebenarnya ia bukanlah anak sesungguhnya dari Raja Hernes.

Ibu dari gadis itu telah meninggal yang membuatnya mau tidak mau menemui ayahnya yang seorang raja. Setelah seorang bangsawan membawa surat dari ibunya, akhirnya raja tersebut mengakui kalau itu anaknya.

Dirinya yang berada disini bukanlah sebuah kesalahan jadi ia tidak pantas mendapatkan cemoohan ataupun perlakuan kasar lainnya. Gloriana adalah orang pertama yang melindunginya di dalam istana ini bahkan ketika raja sendiri tidak terlalu peduli dengannya.

"Riana, apa kau tidak takut diomeli lagi oleh ratu jika menemuiku?" Tanya Bella kepada Gloriana beberapa jam setelah Gloriana di seret paksa oleh Ibunya.

"Buat apa takut dimarahi oleh Ibunda Ratu! dari umur 5 tahun aku sudah sering merasakan amarahnya. Dari pada itu, apa Kakak tertarik dengan buku ini?" Itu adalah buku novel bercerita tentang cinta putri dan kstaria yang ditentang oleh seorang raja tiran yang sangat kejam.

"Apa kau ingin membacakannya untukku?"

"Aku akan sekalian mengajarimu cara membacanya." Balas Gloriana dengan tersenyum.

Begitulah kehidupan istana Gloriana berubah. Raja dan ratu sudah tidak lagi harmonis seperti dulu tetapi karena kestabilan politik mereka tidak berpisah. Meskipun tiap hari melarang anaknya untuk bermain dengan Bella, Ratu tidak melakukan hal yang kejam kepadanya. Jiwa keibuan yang ia miliki nampaknya jauh lebih kuat dibandingkan rasa benci terhadap suaminya.

Kehidupan seperti itu berlangsung hingga kini, hingga usia Gloriana mencapai 18 dan Bella mencapai 19 tahun. Usia yang cukup untuk menikah.

Saat itu juga sebuah surat datang dari Kekaisaran Brigard. Sebuah negeri yang terkenal karena kekuatan militernya yang sangat kuat dan juga kaisar kejam yang semena-mena. Isi dari surat tersebut adalah ajakan pertemanan antar kerajaan dengan cara pernikahan politik.

Sayangnya dalam surat juga dijelaskan meskipun ini adalah pernikahan politik namun belum tentu menjadi seorang permaisuri sebab mekanisme menjadi permaisuri di kekaisaran Brigard ditentukan oleh rakyatnya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status