Share

Istri Seorang Tiran
Istri Seorang Tiran
Penulis: Draagotori

Bab 1

Tumpukan kertas yang tebalnya melebihi tinggi botol air mineral yang ada tepat disamping tumpukan tersebut. Kertas-kertas itu bertuliskan dengan banyaknya angka-angka dan beragam tabel serta diagram.

Namun bukan itu yang membuat seorang wanita muda khawatir, melainkan sebuah jam dinding yang menunjukan waktu saat ini sudah hampir tengah malam.

"Ah, sial. Aku harus lembur lagi. Padahal kemarin malam hanya dapat tidur satu jam." Katanya dengan pelan sambil membenamkan wajahnya ke permukaan dari meja yang ada di hadapannya.

Ashriana Pertiwi, wanita berusia 25 tahun yang sudah genap 2 tahun menjalani pekerjaannya sebagai akuntan di sebuah perusahaan. Kacamata besar dan rambut yang dipotong pendek adalah penampilan yang ia anggap paling nyaman untuk pekerjaannya.

Kini keseharian wanita itu dipenuhi dengan angka dan kertas-kertas yang menumpuk di mejanya. Sebenarnya keseharian seperti itu bukanlah sesuatu yang buruk baginya sebab ia sampai rela-rela berkuliah hanya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai akuntan. Hanya saja perusahaan yang ia pilih untuk bekerja nampaknya merupakan sebuah kesalahan.

Gaji yang ia dapatkan memang di atas rata-rata namun sayangnya uang tersebut tidak bisa membeli kebahagiaannya saat ini. Sebenarnya ada keinginan untuk keluar saja dari perusahaan tersebut hanya saja karena perjanjian kontrak yang ia tandatangani membuat dirinya tidak bisa keluar hingga 3 tahun lamanya.

"Hanya tinggal satu tahun lagi." Ucap Ashriana yang masih membenamkan kepalanya pada permukaan atas meja dengan pelan. "Namun, apa tubuhku sanggup untuk bertahan?" Lanjutnya dengan nada yang begitu pesimis.

Sama seperti dua hari sebelumnya hari ini dirinya juga tidak bisa pulang ke rumah. Kini hari sudah larut dan suasana kantor yang tadinya ramai dengan segala aktivitas pegawai sudah menjadi begitu sepi sampai meninggalkan beberapa orang saja yang pekerjaannya belum selesai.

"Akhirnya selesai."

Ashriana menghela nafas panjang yang penuh dengan rasa lega atas kerja keras yang ia lakukan.

Matahari pagi sudah mulai menampakan dirinya menembus kaca jendela kantor yang lebar. Ashriana melihat sekelilingnya yang dipenuhi oleh orang-orang yang sudah tertidur dengan pulas setelah melakukan pekerjaan lembur malam yang melelahkan. Melihat hal tersebut membuat rasa kantuk menyerang otaknya.

Ini masih pukul 5 setidaknya ia memiliki 3 jam untuk tidur sebelum jam kantor dimulai. Walaupun sebenarnya penuh keraguan namun ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke alam mimpi. Ashriana menyilangkan tangannya dan membenamkan kepalanya ke sana kemudian menutup kelopak mata hingga akhirnya kehilangan kesadarannya.

Hitam gelap adalah pemandangan yang Ashriana lihat. Terasa begitu sangat lama sampai Ashriana mendengar tangisan bayi yang cukup keras di telinganya.

Mendengar suara bayi saat dirinya tertidur di kantor adalah suatu hal yang tidak mungkin sebab aturan mengharuskan pegawai untuk mengambil cuti ataupun menitipkan bayi jika ia memilikinya. Merasa ada suatu keanehan, Ashriana membuka matanya, anehnya ia melihat sesuatu yang membuat pikirannya berputar-putar.

Apa yang ia lihat ketika membuka mata bukanlah dinding kantor yang penuh dengan meja ataupun tumpukan kertas dan berbagai peralatan kantor lainnya, namun ia malah melihat sebuah dinding terbuat dari batu marmer yang terpasang di seluruh penjuru ruangan.

Selain itu orang-orang yang ia lihat sekarang bukan lagi orang-orang berpakaian kantor dengan energi suram namun ia melihat banyak wanita mengenakan seragam hitam putih seperti seorang pelayan yang wajahnya memancarkan senyuman kebahagiaan.

“Apa yang terjadi? Dimana aku? Siapa kalian?” Ashriana melontarkan banyak pertanyaan dengan keras.

Anehnya, bukannya kalimat yang terdengar melainkan suara tangisan bayi kembali menggelegar. Merasa ada hal yang janggal, membuat dirinya memastikan dengan jelas dari mana suara tangisan bayi itu berasal. Betapa kagetnya diri Ashriana setelah menyadari kalau dirinya sendirilah yang mengeluarkan suara tangisan tersebut.

“Bagaimana mungkin aku bisa menjadi bayi?” ia mengatakannya setelah melihat tangannya yang besar berubah menjadi mungil.

“Ini tidak mungkin, apa aku sedang bermimpi? Seseorang tolong bangunkan aku sekarang.” Namun yang terdengar hanyalah suara tangisan bayi saja.

“Anakku! apa anakku sudah lahir?"

Seorang pria berambut pirang yang berpakaian seperti bangsawan Eropa abad ke-19 memasuki ruangan tersebut dengan tergesa-gesa, penampilannya yang berbeda dengan wanita-wanita ini membuat Ashriana terdiam dan suara tangisan tak terdengar lagi.

"Selamat Yang Mulia. Putri anda yang cantik telah lahir dengan sehat. Pasti kehadirannya akan memberikan kebahagiaan di seluruh pelosok negeri ini." Wanita yang berperan sebagai dokter kandungan berkata kepada pria tersebut, mendengar hal tersebut wajah pria yang tadinya kaku berubah menjadi senyuman kebahagian.

"Syukurlah tuhan, ia telah lahir dengan sehat. Mariana, apa kau baik-baik saja?" Pria itu bertanya kepada istrinya yang masih telentang di ranjang sambil mengatur nafasnya dengan perlahan.

"Aku tidak apa-apa. Kenapa kau diam di situ saja, kemarilah dan gendong anak pertamamu." Jawab Mariana kepada suaminya yang sedari masuk ke ruangan ini hanya berdiri sambil melihat mereka berdua.

Ashriana diangkat oleh dokter kandungan tersebut dan diberikan kepada pria bangsawan eropa tersebut. Merasa aneh saat digendong Ashriana tentu mengeluh dan meminta untuk diturunkan saja namun tetap saja suara tangisan yang terdengar.

“Bagaiamana ini, dia menangis.” Wajah dari pria itu menjadi panik dan kaku, melihat suaminya berwajah seperti itu istrinya malah menertawakannya.

“Tidak apa-apa ia menangis. Bayi menangis itu bertanda ia sehat. Daripada itu, cepat berikan gadis kecil kita nama.”

"Nama ya? Kau tenang saja, aku sudah memikirkannya satu hari setelah kita menikah."

Istrinya hanya menatap apa yang dikatakan oleh suaminya. Begitu juga dengan Ashri yang menatap ayahnya dengan tatapan jijik. Apa kau langsung memikirkan nama anak setelah melakukan hal begituan? Seperti itu pikirannya bertanya-tanya.

"Putriku nantinya akan menjadi sosok yang dicintai semua orang karena itu namanya harus megah. Gloriana Elisa Von Deux, itulah nama putri kita."

"Nama yang indah, Putri kita pasti akan menyukainya."

Sang suami membalikan badannya dan melihat orang-orang yang ada dibelakang dirinya kemudian memberikan sebuah perintah kepada mereka. "Kalian semua, segera sebarkan nama dari putri mahkota kerajaan ini. Gaungkan namanya hingga terdengar di seluruh penjuru negeri ini."

Perintah dari raja sudah diturunkan. Seketika para pengantar pesan dan para pekerja di kerajaan sibuk bergerak untuk menyebarkan informasi tentang lahirnya putri kerajaan yang nantinya akan bertanggung jawab dalam keberlangsungan kerajaan.

Hari itu Kerajaan Deux mendapatkan anggota keluarga kerajaan yang baru. Seluruh negeri bersorak bergembira menyambut lahirnya Tuan Putri mereka. Hanya saja ada satu hal yang tidak mereka tidak ketahui. Sebuah fakta kalau bayi kerajaan yang lahir itu bukanlah bayi biasa, melainkan bayi yang memiliki kesadaran penuh akan kehidupannya yang lalu.

Aku menjadi putri kerajaan? Mimpi ini terlalu menyenangkan, apa nanti ketika bangun aku akan dapat omelan dari pak bos, ucap Ashriana dalam hatinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status