Share

Bab 4

Raja berdiri dari tempat duduknya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya sendiri. Seluruh orang seperti tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh putri kerajaan mereka. Meskipun begitu Gloriana tidak menyesali apa yang ia katakan barusan.

"APA YANG KAU KATAKAN!" Suara Raja Hernes menggelegar di seluruh penjuru ruangan yang sunyi.

"Aku yang memodifikasi makanan itu agar lebih enak, aku tidak tahu kalau itu malah menjadi racun."

Itu adalah sebuah kebohongan yang membuat hati raja begitu sedih dan kecewa. Jika tidak ada seorangpun yang melihat dirinya sebagai raja bermartabat maka air mata pasti akan keluar dari ujung kelopak mata pria paruh baya tersebut.

"Prajurit, bawa gadis ini ke penjara." Ucap Raja Hernes dengan lemas untuk memberikan keputusan atas kasus percobaan meracuni Putra Mahkota Kerajaan Deux.

Prajurit yang tadinya mengawal Gloriana langsung membawa paksa orang yang mereka kawal itu untuk pergi ke sel penjara istana. Raja tertegun layu meratapi apa yang saat ini terjadi. Ia telah menghukum gadis perempuan yang ia begitu cintai.

Tanpa ada perlawanan, Gloriana berjalan bersama dengan para prajurit yang kali ini mengawal mereka dengan kebanggaan yang berbeda. Gloriana menaiki kereta kuda sekali lagi dan dibawa ke sebuah bangunan yang penuh dengan ruang-ruang berjeruji besi. Ruangan polos yang hanya di isi oleh satu ranjang dan sebuah pispot pembuangan urine dan feses, ruangan seperti itu yang menjadi tempat Gloriana mendekam mendapatkan hukuman.

Satu minggu telah berlalu tanpa ada yang mengunjungi dirinya sama sekali. Bukan karena sudah tidak ada yang peduli dengan putri kerajaan ini namun karena pengawalan ketat yang melarang siapapun untuk menemuinya. Meskipun begitu, Gloriana masih mengetahui situasi yang ada di luar lewat informasi dari penjaga yang ia suap dengan menjanjikan uang ataupun barang mewah milik putri kerajaan.

Satu hari setelah mendengar anaknya melakukan hal keji seperti itu membuat ratu jatuh sakit yang membuat Gloriana sedih mendengarnya. Selain itu pandangan rakyat tentangnya sudah berubah 180° dari sebelumnya melihat dirinya sebagai putri raja yang rendah hati dan juga merakyat kini menjadi seorang wanita licik yang haus akan kekuasaan. Mereka menyamakan sosok Gloriana dengan sosok ratu terdahulu yang terkenal akan kelicikannya untuk naik tahta.

Untungnya apa yang ia perjuangkan hingga berakhir seperti ini terwujud. Berlin yang ia lindungi tidak jadi mendapatkan hukum mati karena dianggap terpaksa mengikuti perintah atasannya. Walaupun akhirnya dia berakhir dengan kehilangan status dan pekerjaannya namun itu jauh lebih baik daripada ia kehilangan nyawanya sendiri.

"Penjaga, ada hal yang aku inginkan." Gloriana berjalan ke arah besi sel dan membuka percakapan dengan seorang penjaga yang berdiri membelakangi selnya.

"Anda sudah tahu aturannya, Tuan Putri." Jawab penjaga berbaju besi tersebut sambil sedikit tersenyum.

"Satu kotak perhiasan yang aku miliki, bagaimana?"

Penjaga tersebut terdiam memikirkan tawaran tersebut. Ketika dia berbalik arah ke hadapan Gloriana ia sama saja memberikan jawabannya.

"Saya akan dengarkan permintaan anda terlebih dahulu." Balas penjaga tersebut yang membuat Gloriana tersenyum mendengar balasan dari penawarannya.

"Aku ingin kau membawa Berlin, pelayanku ke sini."

"Rasanya itu tidak mungkin Tuan Putri. Raja melarang siapapun untuk menemui Anda dan seluruh mata tertuju kepada Anda saat ini. Jika hanya memberi informasi saja maka tidak akan ada bekasnya namun membawa seseorang yang ada sangkutannya dengan kasus anda ke sini rasanya...."

"Besok adalah hari penobatan putra mahkota bukan?" Gloriana memotong omongan prajurit penjaga sel tahanan. "Hari itu semua penjaga akan sibuk dan di sini pasti hanya ada sedikit orang. Tidak akan menjadi masalah jika kau membawa gadis tersebut."

"Mengapa Anda ingin bertemu dengannya? Apa Anda ingin merencanakan sesuatu yang mengancam hidup Putra Mahkota lagi?"

"Apa kau percaya aku meracuni adikku sendiri?" Gloriana berwajah serius sambil mengatakannya.

"Saya sebenarnya tidak percaya, Tuan Putri. Anda adalah sosok yang saya kagumi, tidak mungkin anda melakukan hal itu."

"Kalau begitu bawa pelayanku ke sini. Aku hanya rindu dengan dirinya."

Penjaga berpikir kembali, kali ini tentang akibat yang ia dapatkan jika menerima penawaran itu. Nampak sekali wajah ragu akan hal ini. "Dalam kotak perhiasan itu, ada sebuah batu mulia yang jika dijual akan seharga rumah seorang Baron." Goda Gloriana.

"Saya akan coba membawanya ke sini." Jawab penjaga cepat setelah mendengar kalimat godaan yang begitu menggoda.

Gloriana tersenyum puas karena merasa menang walaupun sebenarnya tidak juga mengingatkan biaya negosiasi yang begitu mahal. Hanya saja, hartanya yang sekarang bukanlah prioritas utama karena mungkin saja dia akan selamanya berada di penjara ini.

"Aku tunggu dan jika kau membawa Berlin ke sini tolong bawakan juga buku novel, tiap hari melihat dinding yang sama rasanya hampir membuatku gila. Soal judul novelnya, tanyakan saja pada pelayanku itu. Dia tahu seleraku."

"Baiklah, akan saya laksanakan." Ucap penjaga bermaksud menyudahi sesi percakapannya.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu? Apa kau sudah lama...." Karena merasa bosan, Gloriana memaksa untuk melanjutkan percakapan antara dirinya dan penjaga.

Mereka berdua mulai membicarakan hal sepele sampai ke pembicara serius tentang rencana hidup dan cinta. Hingga penjaga berganti, Gloriana terus mencoba berdialog dengan orang yang menjaga selnya hanya untuk menghilangkan rasa bosan yang melanda. Penjaga sendiri juga senang berbicara dengan tuan putri mereka karena selalu ada ilmu dan hal baru yang mereka dapatkan, selain itu mereka juga bosan jika hanya berdiri diam sambil berjaga saja.

Esoknya adalah hari penobatan putra mahkota. Seperti yang sudah diprediksi penjagaan di bangunan sel penjara istana berkurang yang membuat Berlin bisa menyusup dengan menggunakan baju besi lengkap dengan helm yang menupi kepalanya.

"Tuan Putri, bagaimana keadaan Anda?" Meskipun sedikit bergema tetapi suara wanita yang sudah lama tidak ia dengar akhirnya terdengar lagi di telinga Gloriana.

"Apa aku terlihat baik-baik saja?"

"Anda terlihat lebih bugar dari pada saat berada di istana."

Penjara istana yang diisi oleh bangsawan yang tidak kehilangan statusnya memang tidak seperti penjara biasanya. Makanan di sini tetap di perhatikan karena tidak jarang bangsawan lain menyumbangkan uang untuk Kehidupan keluarga atau kerabat yang mendekam di isi. Tidak ada kerjaan serta makan dan waktu tidur yang terjaga, satu-satunya masalah hidup Gloriana di penjara ini hanyalah rasa bosan yang mematikan.

"Lalu, alasan apa yang membuat kau tidak menjengukku selama seminggu ini?" Tanya Gloriana kepada pelayannya tersebut.

"Saya tidak ada wajah untuk menemui Anda."

"Makanya kau menggunakan helm besi itu?"

"Anda benar tuan putri. Anda sampai di penjara hanya karena kesalahan saya."

"Hal bodoh macam apa itu. Aku mendekam di sini bukan untuk melindungi dirimu tapi untuk menegakkan kebenaran." Gloriana berkata untuk menghilangkan rasa bersalah di hati pelayannya namun karena terdengar aneh, Berlin hanya bisa diam tanpa reaksi. "Lupakan itu." Lanjut Gloriana merespon omongannya sendiri.

"Terima kasih karena sudah menyelematkan nyawa saya, tuan putri."

"Harusnya kau beraksi ketika aku mengatakan kalimat keren tadi."

"...."

Berlin tanpa reaksi kembali.

"Daripada itu, informasi apa yang kau bawakan kepadaku."

Satu hari setelah dirinya masuk penjara, Gloriana menyuap seorang penjaga untuk menyampaikan pesan kepada Berlin agar menyelidiki toko makanan yang membawa sampel ke kerajaan. Setelah satu minggu berlalu ia memutuskan untuk membawa pelayannya ke hadapannya.

"Makanan itu belum beracun ketika dikirimkan."

"Ternyata memang begitu."

Pemeriksaan makanan yang masuk ke dalam kerajaan di lakukan oleh koki dan ahli racun kerajaan jadi rasanya sulit jika memang sudah ada racun di makanan tersebut. Kalau begitu, ada seseorang yang menambahkan racun ke makanan ketika makanan itu sudah masuk ke dalam.

"Ada saksi mata yang melihat kakak Anda memasukan sesuatu ke makanan tersebut sebelum memberikannya kepadaku."

Gloriana menatap langit-langit sel penjara dengan kosong setelah mendengar fakta yang mengguncang hatinya. Ia tidak ingin percaya namun itu adalah kenyataannya yang harus ia hadapi.

"Hari liburku sepertinya sedikit lagi akan berakhir." Keluh Gloriana dengan nada rendah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status