Share

Bab 5

Penulis: Draagotori
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-26 15:07:15

Berjalan kemudian duduk dengan tegang dan menatap dokumen yang ada dihadapannya. Beberapa detik kemudian ia bangkit dan mondar-mandir lagi. Wajah tegang dan rasa gelisah Bella sudah berlangsung sejak Gloriana masuk ke dalam penjara. Perilaku yang ia tunjukkan adalah buntut dari rasa bersalah atas apa yang diam-diam ia lakukan dibelakang adiknya.

"Putri Bella, ada surat untuk anda."

Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan yang membuat perhatian Bella tertuju kepadanya.

"Dari siapa?" Tanya Bella kepada pelayan tersebut.

"Tidak ada nama pengirimnya tapi di sini tertera kalau surat ini di tunjukkan kepada anda."

"Berikan kepadaku." Ucap Bella yang membuat pelayan tersebut segera memberikan sebuah amplop surat kepadanya.

Amplop berwarna merah dengan nama Bella Von Deux sebagai tujuan penerimanya. Sepertinya surat itu bukanlah surat resmi sebab tidak ada lambang keluarga atau instansi apapun di perekat lilin yang digunakan untuk menutup surat. Mengambil sebuah pisau lalu menyobek perekat lilin, Bella membuka surat dan melihat apa isi dari surat tersebut.

"Aku mengetahui semuanya. Cepat temui aku."

Surat tersebut hanya bertuliskan dua kalimat namun membuat isi pikiran Bella berputar sebanyak tujuh kali. Apa maksudnya, apa keinginannya, siapa pengirimnya, bagaimana ia tahu, apa yang ia ketahui, kenapa ia bisa tahu, aku harus melakukan apa? Berbagai pertanyaan terpikirkan di dalam kepalanya yang semakin menambah rasa cemas.

"Apa surat ini dari Riana?" Kemudian kepalanya memproses sebuah jawaban yang memenuhinya semua aspek kecurigaannya.

"Pelayan, tolong panggilkan ksatria Tronni ke sini."

"Baik, Putri Bella."

Pelayan pergi keluar lalu beberapa menit kemudian kembali dengan sosok pria gagah berambut coklat dan berpipi tirus yang mengenakan pakaian formal militer berwana hijau tua. Itu adalah sosok dari Tronni, kekasih Bella. Walaupun saat ini hubungan mereka berdua belumlah resmi diumumkan.

"Tinggalkan kesatria itu sendirian di ruangan ini."

"Baik, Tuan Putri." Ucap pelayan undur diri mengikuti perintah yang diberikan kepadanya.

"Ada apa sampai memanggilku?" Tronni membuka percakapan setelah pelayan tersebut menutup pintu ruangan.

"Bacalah surat ini." Bella memberikan surat tersebut kepada ksatria tersebut.

Tronni membaca isi surat yang diberikan kepadanya kemudian berwajah heran tanpa ada kecurigaan. "Siapa pengirimnya?" Tanya dirinya kepada Bella.

"Aku juga tidak tahu." Sontak Bella membalas pertanyaan tersebut. "Walaupun itu bukan tulisannya tapi aku curiga surat ini berasal dari adikku."

"Ayolah, saat ini dia berada di dalam penjara dan diawasi ketat. Bagaimana caranya orang yang berada di dalam penjara dan diawasi bisa menyelidiki dan mengirim surat kepadamu."

"Apa kau meremehkan adikku? Jika itu dia jangankan hanya mengirim surat, pergi ke pusat kota atau menghadiri pesta sekalipun ia pasti bisa."

"Tapi aku yakin rencana kita tanpa celah. Semua yang terlibat saat itu adalah bawahan yang setia kepadaku."

"Apa kau yakin mereka tidak akan ada yang membelot sama sekali? Aku mengikuti rencana ini karena percaya denganmu."

"Hey, aku melakukan ini untuk masa depan kita berdua."

Bella terdiam karena apa yang dikatakan oleh kekasihnya adalah kebenaran. Tujuan mereka berdua melakukan ini adalah untuk membuat pelayan Gloriana dihukum sehingga kepercayaan terhadap Gloriana berkurang. Hal ini akan membuat raja memilih Gloriana sebagai pengantin Kerajaan Brigard karena raja berpikir kalau hidup di sana akan jauh lebih baik daripada hidup di kerajaan yang sudah tidak memandang hormat pada anaknya tersebut.

"Aku tidak menyangka kalau Putri Gloriana akan mengorbankan dirinya untuk hidup pelayannya."

"Aku juga tidak bisa memprediksi itu." Bella menggigit jarinya dan memutar matanya. "Aku akan menemuinya."

"Hey, jika kau menemuinya maka apa yang kita lakukan akan terbongkar."

"Dia sudah tahu jadi ini sudah terbongkar. Aku akan menemuinya untuk bernegosiasi." Ucap Bella tegas yang membuat kekasihnya terdiam tanpa bantahan.

Mendapati partner kejahatannya hanya diam saja tanpa jalan keluar lainnya membuat Bella langsung pergi keluar dari istana untuk menemui adiknya. Menaiki kereta kuda dengan perasaan yang penuh kecemasan, saat dirinya sampai di depan sel ia melihat adiknya sedang membaca sebuah cerita dalam buku novel dengan wajah yang santai.

"Kak Bella, aku senang kau akhirnya mengunjungi diriku." Kata Gloriana sesaat setelah melihat penampakan sosok dari kakaknya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Bella mencoba untuk beramah-tamah.

"Tubuhku dalam keadaan baik, namun pikiranku rasanya hampir gila karena merasa bosan. Untung saja beberapa hari yang lalu ada yang memberikan aku buku novel ini." Gloriana menutup novelnya dan berjalan ke hadapan kakaknya. "Bagaimana keadaan keluarga kita?" Tanya dirinya kepada orang yang mencoba untuk tetap tersenyum menutupi rasa bersalahnya.

"Mereka semua baik. Adinda sudah resmi menjadi putra mahkota dua hari lalu dan pesta perayaannya berjalan dengan baik."

"Syukurlah kalau begitu. Lalu ada alasan apa sampai kakak datang ke sini? Aku kira keluarga kerajaan dilarang bertemu denganku."

Bella terdiam berpikir tentang konsekuensi dari keputusan yang akan ia ambil sekarang ini. Mengumpulkan keberanian di dalam hatinya yang sudah menciut, pada akhirnya Bella mampu untuk mengatakannya.

"Sesuai dengan isi surat itu, aku datang menemui."

"Surat? Surat apa, kak?" Gloriana memasang wajah heran seperti tidak mengerti tentang apa yang dibicarakan oleh kakaknya.

"Jangan berpura-pura tidak tahu, surat yang pagi ini kau berikan kepadaku."

"Aku tidak tahu apa yang kakak katakan."

Bella mengetahui perilaku adiknya sejak kecil jadi ia tahu adiknya sedang berbohong atau tidak. Wajahnya menandakan kalau dia benar-benar tidak tahu tentang surat yang dirinya terima pagi ini.

"Kau benar-benar tidak tahu?" Gloriana menggeleng dan Bella merasa lega dengan apa yang terjadi. "Lupakan saja kalau begitu." Lanjutnya bermaksud menyudahi percakapan perihal surat.

Gloriana tersenyum melihat perubahan sinar mata kakaknya. Sama seperti Bella, Gloriana juga sering melihat kelakuan kakaknya sejak kecil.

"Aku hanya ingin melihat keadaanmu saja, untunglah kau terlihat baik-baik saja. Kalau begitu aku akan kembali ke istana, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku akan melihat lagi keadaanmu nanti."

Bella memutar badannya dan melangkah bermaksud meninggalkan Gloriana sendirian lagi namun baru satu langkah kakinya bergerak Gloriana mengatakan pertanyaan yang membuat kakinya kembali terdiam. "Bukankah ada hal penting yang perlu kita berdua bicarakan?"

"Apa maksudmu tentang hal penting? kau tenang saja, jika itu pekerjaanmu sudah ada orang yang menanganinya."

"Bukan masalah itu tapi tentang alasan mengapa diriku bisa berada di tempat seperti ini?"

Pikiran dan kecemasan Bella kembali muncul. Jantungnya memompa lebih cepat dan perutnya terasa sakit. Ia yakin kalau adiknya tidaklah tahu menahu tentang surat tersebut barusan namun saat ini sepertinya dia mengetahui semuanya. Bella mulai mempertanyakan perihal sosok adiknya yang selama ini ia kenal.

"Jadi surat itu memang berasal dari dirimu."

"Aku menyuruh Berlin untuk menulisnya dan mengirimkannya kepadamu." Gloriana memegang sel penjara dengan kedua tangannya dan memajukan kepalanya sambil berkata "Kenapa Kakak melakukan hal tersebut?"

Getaran kakinya semakin kencang hingga membuat Bella terduduk lemas setelah pertanyaan dari adiknya. Dirinya yang sedari awal merasa bersalah tidak sanggup lagi untuk membendung perasaannya.

"Aku tidak ingin menikah dengan Kaisar Brigard." mata Bella mulai memerah. "Akhirnya setelah dirimu, ada seseorang yang benar-benar mencintaiku. Aku tidak ingin pergi meninggalkan orang yang mencintaiku." Kemudian tetesan air mata mulai keluar dari kelopak mata dan membasahi pipinya. "Pada akhirnya keputusanku malah membuat orang yang paling kucintai mendekam di dalam penjara. Aku benar-benar meminta maaf kepadamu."

Gloriana memang sudah memilki dugaan atas alasan mengapa kakaknya sampai tega melakukan hal tersebut kepadanya, namun tetap saja mendengar alasannya membuat rasa amarah muncul di dalam dirinya.

"Bukankah aku sudah bilang akan mencarikan jalan keluarnya! Apa kau tidak percaya dengan kata-kataku?!"

"Kau benar adikku, walaupun jalan keluar untuk kita berdua bahagia hampir tidak mungkin terjadi tapi seharusnya aku lebih percaya kepadamu." Bella bangkit dari duduknya dan menghampiri Gloriana yang matanya berkaca-kaca. "Aku akan mengatakan kebenarannya kepada Ayahanda." Lanjutnya sambil memegang pipi adiknya yang mengeras.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Seorang Tiran   Bab 29

    Ruangan ini memang tidak didesain untuk ditinggali oleh 13 orang dewasa. Sebagai gambaran, sofa yang digunakan untuk bersantai hanya cukup menampung maksimal empat orang saja sedangkan bangku dari meja makan tidak diperuntukkan lebih dari dua orang.Sebenarnya bisa saja mengambil banyak bangku dari luar tapi karena mereka datang tanpa peringatan membuat Gloriana tidak bisa menyiapkan kebutuhan yang mereka semua butuhkan. Alhasil hanya Selir Gloriana, Victoria, Alice dan Charlotte yang duduk di sofa sedangkan yang lainnya berdiri tegak membuat dua barisan yang berbeda."Hoi! kenapa kalian semua datang ke kamar Ayunda Gloriana." Alice lantang berbicara dengan wajah kesalnya."Diam kau gadis kecil! Aku ke sini karena ada yang ingin aku bicarakan dengan Adinda Gloriana tapi tidak disangka ada rombongan ular yang ikut sampai ke sini." ucap Victoria sambil melototkan matanya ke arah Charlotte."Siapa yang kau sebut rombongan ular? Kami datang ke sini dengan niat baik untuk menanyakan kondis

  • Istri Seorang Tiran   Bab 28

    "Ayunda Gloriana, bolehkah aku berbicara denganmu." Nada gadis itu pelan dan terdengar tertahan. Beberapa saat sebelumnya, Gloriana mendengar pintu diketuk dari luar. Karena tidak ada pelayan yang berjaga membuat dirinya sendiri yang harus membuka pintu itu. Seorang gadis berkuncir dua berwarna coklat bernama Alice berada di luar bangunan kamarnya dengan sedikit kecemasan di wajahnya. "Kalau ingin berbicara, lebih baik di dalam saja." Kata Gloriana mempersilahkan gadis itu memasuki wilayahnya. Alice duduk di sofa sedangkan Gloriana pergi ke tungku dan menaruh teko pemanas air yang sudah disiapkan oleh Berlin sebelumnya. "Aku mohon maaf jika kemarin kau ke sini dan tidak menemukanku." Kata Gloriana sambil menunggu air itu berbunyi pertanda telah matang. "Tidak! aku yang sebenarnya harus meminta maaf kepadamu. Kemarin aku tidak datang ke sini untuk mencarimu, aku tidak datang di saat kau butuh seseorang di sampingmu. Aku memikirkan diri sendiri dan takut bertemu denganmu. Aku ben

  • Istri Seorang Tiran   Bab 27

    "Apa kau memiliki cara untuk mengirim surat ini?" Gloriana memberikan pertanyaan setelah menuliskan rangkaian kata formal di atas secarik kertas.Ini pertama kalinya Gloriana mengirimkan surat sejak tinggal di dalam istana Harem milik kekaisaran. Biasanya surat dikirimkan dengan burung pengantar pesan atau tukang pos yang rentan waktunya jauh lebih lama sampai ke tujuan. Hubungan dengan Marquis Hendrik masih harus ia tutupi demi menghindari narasi kesalahpahaman yang bisa saja terjadi sebab belum resminya hubungan antar mereka berdua. Jadi tidak mungkin menggunakan burung pengantar pesan yang bisa dilihat oleh siapa saja saat diterbangkan, namun jika menggunakan tukang pos maka surat itu mungkin baru sampai saat pikiran Marquis Hendrik sudah berubah."Gront akan membawanya keluar dari istana Harem dan mengirimkannya dengan burung dari kantor pos." Jawab Berlin memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi."Brilian, kalau begitu tolong berikan kepadanya."Pelayan itu diserahkan se

  • Istri Seorang Tiran   Bab 26

    "Apa yang kau katakan barusan?" Gloriana bertanya kepada Berlin setelah rentetan kalimat panjang sebagai laporan atas pertemuannya dengan Marquis Hendrik."Marquis Hendrik berkata akan membantu Anda untuk menjadi permaisuri." Balasnya dengan cepat."Itu akan kita bahas nanti, namun yang ingin aku tanyakan adalah perkataanmu sebelum itu.""Oh, bagian yang mengatakan kalau isu meracuni adik Anda bermula dari wilayah Selir Victoria?""Ya, bagian itu. Apa itu benar?""Tuan Hendrik mengatakan kalau informasinya tidak mungkin salah. Lagipula setelah apa yang Anda lakukan di pesta penyambutan, saya rasa tidak mengherankan jika Selir Victoria melakukan hal semacam ini kepada Anda."Mata Gloriana berputar, dirinya tidak menyangka kalau kejahilan kecil yang ia lakukan di pesta akan mendapatkan balasan yang nyaris menghilangkan banyak nyawa termasuk nyawanya sendiri. Dirinya kembali diingatkan oleh keadaan bahwasanya orang yang memiliki kuasa itu memang menakutkan."Aku tidak menyangka kalau wan

  • Istri Seorang Tiran   Bab 25

    Laju nafasnya terengah-engah seperti dirinya telah berlari berkilo-kilo meter panjangnya tanpa berhenti sama sekali. Wanita itu merasa sangat lelah juga penat dan sedikit sakit di berbagai bagian tubuhnya namun anehnya muncul perasaan menyenangkan di dalam hatinya. Perasaan itu adalah penggambaran dari rasa kepuasan, perasaan puas lain yang sebelumnya tak pernah ia rasakan dalam batinnya. Kali ini, pada momen ini untuk pertamanya kalinya dirinya merasakan hal ini. Sebenarnya dirinya bukanlah seseorang yang selalu mendapatkan kesulitan hingga akhirnya baru merasakan rasa puas di dalam diri. Sejak kecil ia telah merasakan berbagai macam dari kepuasan. Kepuasan yang berasal dari makanan atau hiburan bahkan kepuasan batin atas pemenuhan sifat egois di dalam dirinya, namun kali ini berbeda. Untuk pertama kalinya ia merasakan kepuasan hasil dari sebuah hubungan yang dilakukan oleh sepasangan manusia dewasa. Selama satu putaran penuh jarum panjang bergerak, mereka berdua melakukannya

  • Istri Seorang Tiran   Bab 24

    Punggung tangannya merasakan sensasi dari kelembutan bibir seorang pria. Wajah kaget ditunjukan oleh pelayan dan prajurit yang melihat kejadian itu di depan mata mereka namun bagi wanita bernama Gloriana, apa yang dilakukan oleh pria ini hanyalah salam yang biasa dilakukan sesama bangsawan dari kerajaan asalnya.Sejak tinggal di kekaisaran, ini pertama kalinya seorang pria melakukan salam dengan mencium punggung tangan miliknya. Itu sedikit mengejutkan namun yang lebih mengejutkan untuknya adalah sensasi lain selain bibir yang kulitnya rasakan. Sensasi dari selembar kertas kecil yang menyelip diantar kedua tangan mereka berdua."Apa cara saya sudah benar dalam memberikan salam seperti orang-orang di Kerajaan Deux?" Ucap Hendrik dengan ragu sambil melepaskan genggaman tangannya dengan perlahan."Cara Anda melakukan salam sangat sempurna ..." Setelah dilepasnya jari-jari Hendrik dari tangannya, Gloriana menggenggam kertas itu dengan erat agar tidak disadari siapapun. Gloriana menyadari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status