Berjalan kemudian duduk dengan tegang dan menatap dokumen yang ada dihadapannya. Beberapa detik kemudian ia bangkit dan mondar-mandir lagi. Wajah tegang dan rasa gelisah Bella sudah berlangsung sejak Gloriana masuk ke dalam penjara. Perilaku yang ia tunjukkan adalah buntut dari rasa bersalah atas apa yang diam-diam ia lakukan dibelakang adiknya.
"Putri Bella, ada surat untuk anda."Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan yang membuat perhatian Bella tertuju kepadanya."Dari siapa?" Tanya Bella kepada pelayan tersebut."Tidak ada nama pengirimnya tapi di sini tertera kalau surat ini di tunjukkan kepada anda.""Berikan kepadaku." Ucap Bella yang membuat pelayan tersebut segera memberikan sebuah amplop surat kepadanya.Amplop berwarna merah dengan nama Bella Von Deux sebagai tujuan penerimanya. Sepertinya surat itu bukanlah surat resmi sebab tidak ada lambang keluarga atau instansi apapun di perekat lilin yang digunakan untuk menutup surat. Mengambil sebuah pisau lalu menyobek perekat lilin, Bella membuka surat dan melihat apa isi dari surat tersebut."Aku mengetahui semuanya. Cepat temui aku."Surat tersebut hanya bertuliskan dua kalimat namun membuat isi pikiran Bella berputar sebanyak tujuh kali. Apa maksudnya, apa keinginannya, siapa pengirimnya, bagaimana ia tahu, apa yang ia ketahui, bagaimana jika dia benar-benar tahu, aku harus melakukan apa? Berbagai pertanyaan terpikirkan di dalam kepalanya yang semakin menambah rasa cemas."Apa surat ini dari Riana?" Kemudian kepalanya memproses sebuah jawaban yang memenuhinya semua aspek kecurigaannya."Pelayan, tolong panggilkan ksatria Tronni ke sini.""Baik, Putri Bella."Pelayan pergi keluar lalu beberapa menit kemudian kembali dengan sosok pria gagah berambut coklat dan berpipi tirus yang mengenakan pakaian formal militer berwana hijau tua. Itu adalah sosok dari Tronni, kekasih Bella. Walaupun saat ini hubungan mereka berdua belumlah resmi diumumkan."Tinggalkan kesatria itu sendirian di ruangan ini.""Baik, Tuan Putri." Ucap pelayan undur diri mengikuti perintah yang diberikan kepadanya."Ada apa sampai memanggilku?" Tronni membuka percakapan setelah pelayan tersebut menutup pintu ruangan."Bacalah surat ini." Bella memberikan surat tersebut kepada ksatria tersebut.Tronni membaca isi surat yang diberikan kepadanya kemudian berwajah heran tanpa ada kecurigaan. "Siapa pengirimnya?" Tanya dirinya kepada Bella."Aku juga tidak tahu." Sontak Bella membalas pertanyaan tersebut. "Walaupun itu bukan tulisannya tapi aku curiga surat ini berasal dari adikku.""Ayolah, saat ini dia berada di dalam penjara dan diawasi ketat. Bagaimana caranya orang yang berada di dalam penjara dan diawasi bisa mengirim surat kepadamu.""Apa kau meremehkan adikku? Jika itu dia jangankan hanya mengirim surat, pergi ke pusat kota atau menghadiri pesta sekalipun ia pasti bisa.""Tapi aku yakin rencana kita tanpa celah. Semua yang terlibat saat itu adalah bawahan yang setia kepadaku.""Apa kau yakin mereka tidak akan ada yang membelot sama sekali? Aku mengikuti rencana ini karena percaya denganmu.""Hey, aku melakukan ini untuk masa depan kita berdua."Bella terdiam karena apa yang dikatakan oleh kekasihnya adalah kebenaran. Tujuan mereka berdua melakukan ini adalah untuk membuat pelayan Gloriana dihukum sehingga kepercayaan terhadap Gloriana berkurang. Hal ini akan membuat raja memilih Gloriana sebagai pengantin Kerajaan Brigard karena raja berpikir kalau hidup di sana akan jauh lebih baik daripada hidup di kerajaan yang sudah tidak memandang hormat anaknya tersebut."Aku tidak menyangka kalau Putri Gloriana akan mengorbankan dirinya untuk hidup pelayannya.""Aku juga tidak bisa memprediksi itu." Bella menggigit jarinya dan memutar matanya. "Aku akan menemuinya.""Hey, jika kau menemuinya maka apa yang kita lakukan akan terbongkar.""Dia sudah tahu jadi ini sudah terbongkar. Aku akan menemuinya untuk bernegosiasi." Ucap Bella tegas yang membuat kekasihnya terdiam tanpa bantahan.Mendapati partner kejahatannya hanya diam saja tanpa jalan keluar lainnya membuat Bella langsung pergi keluar dari istana untuk menemui adiknya. Menaiki kereta kuda dengan perasaan yang penuh kecemasan, saat dirinya sampai di depan sel ia melihat adiknya sedang membaca sebuah cerita dalam buku novel dengan wajah yang santai."Kak Bella, aku senang kau akhirnya mengunjungi diriku." Kata Gloriana sesaat setelah melihat penampakan sosok dari kakaknya."Bagaimana kabarmu?" Tanya Bella mencoba untuk beramah-tamah."Tubuhku dalam keadaan baik, namun pikiranku rasanya hampir gila karena merasa bosan. Untung saja beberapa hari yang lalu ada yang memberikan aku buku novel ini." Gloriana menutup novelnya dan berjalan ke hadapan kakaknya. "Bagaimana keadaan keluarga kita?" Tanya dirinya kepada orang yang mencoba untuk tetap tersenyum menutupi rasa bersalahnya."Mereka semua baik. Adinda sudah resmi menjadi putra mahkota dua hari lalu dan pestanya jamuan berjalan dengan baik.""Syukurlah kalau begitu. Lalu ada alasan apa sampai kakak datang ke sini? Aku kira keluarga kerajaan dilarang bertemu denganku."Bella terdiam berpikir tentang konsekuensi dari keputusan yang akan ia ambil sekarang ini. Mengumpulkan keberanian di dalam hatinya yang sudah menciut, pada akhirnya Bella mampu untuk mengatakannya."Sesuai dengan isi surat itu, aku datang menemui.""Surat? Surat apa, kak?" Gloriana memasang wajah heran seperti tidak mengerti tentang apa yang dibicarakan oleh kakaknya."Jangan berpura-pura tidak tahu, surat yang pagi ini kau berikan kepadaku.""Aku tidak tahu apa yang kakak katakan."Bella mengetahui perilaku adiknya sejak kecil jadi ia tahu adiknya sedang berbohong atau tidak. Wajahnya menandakan kalau dia benar-benar tidak tahu tentang surat yang dirinya terima pagi ini."Kau benar-benar tidak tahu?" Gloriana menggeleng dan Bella merasa lega dengan apa yang terjadi. "Lupakan saja kalau begitu." Lanjutnya bermaksud menyudahi percakapan perihal surat.Gloriana tersenyum melihat perubahan sinar mata kakaknya. Sama seperti Bella, Gloriana juga sering melihat kelakuan kakaknya sejak kecil."Aku hanya ingin melihat keadaanmu saja, untunglah kau terlihat baik-baik saja. Kalau begitu aku akan kembali ke istana, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku akan melihat lagi keadaanmu nanti."Bella memutar badannya dan melangkah bermaksud meninggalkan Gloriana sendirian lagi namun baru satu langkah kakinya bergerak Gloriana mengatakan pertanyaan yang membuat kakinya kembali terdiam. "Bukankah ada hal penting yang perlu kita berdua bicarakan?""Apa maksudmu tentang hal penting? kau tenang saja, jika itu pekerjaanmu sudah ada orang yang menanganinya.""Bukan masalah itu tapi tentang alasan mengapa diriku bisa berada di tempat seperti ini?"Pikiran dan kecemasan Bella kembali muncul. Jantungnya memompa lebih cepat dan perutnya terasa sakit. Ia yakin kalau adiknya tidaklah tahu menahu tentang surat tersebut barusan namun saat ini sepertinya dia mengetahui semuanya. Bella mulai mempertanyakan perihal sosok adiknya yang selama ini ia kenal."Jadi surat itu memang berasal dari dirimu.""Aku menyuruh Berlin untuk menulisnya dan mengirimkannya kepadamu." Gloriana memegang sel penjara dengan kedua tangannya dan memajukan kepalanya sambil berkata "Kenapa Kakak melakukan hal tersebut?"Getaran kakinya semakin kencang hingga membuat Bella terduduk setelah pertanyaan dari adiknya. Dirinya yang sedari awal merasa bersalah tidak sanggup lagi untuk membendung perasaannya."Aku tidak ingin menikah dengan Kaisar Brigard." mata Bella mulai memerah. "Akhirnya setelah dirimu, ada seseorang yang benar-benar mencintaiku. Aku tidak ingin pergi meninggalkan orang yang mencintaiku." Tetasan air mata mulai keluar dari kelopak mata dan membasahi pipinya. "Pada akhirnya keputusanku malah membuat orang yang paling kucintai mendekam di dalam penjara. Aku benar-benar meminta maaf kepadamu."Gloriana memang sudah memilki dugaan atas alasan mengapa kakaknya sampai tega melakukan hal tersebut kepadanya, namun tetap saja mendengar alasannya membuat rasa amarah muncul di dalam dirinya."Bukankah aku sudah bilang akan mencarikan jalan keluarnya! Apa kau tidak percaya dengan kata-kataku?""Kau benar adikku, walaupun jalan keluar untuk kita berdua bahagia hampir tidak mungkin terjadi tapi seharusnya aku lebih percaya kepadamu." Bella bangkit dari duduknya dan menghampiri Gloriana yang matanya berkaca-kaca. "Aku akan mengatakan kebenarannya kepada Ayah." Lanjutnya sambil memegang pipi adiknya tersebut.Bella berjalan menyusuri lorong istana untuk menuju ke ruangan raja. Meskipun niat dan langkahnya yakin namun wajah serta tubuhnya bergetar diselimuti oleh ketakutan yang begitu hebat. Bagaimana jika hukuman untuknya bukan hanya mendekam di dalam penjara menggantikan adiknya saja namun malah menjadi hukuman yang lebih parah dari pada itu.Sambil memikirkan nasib kepalanya yang bisa saja hilang sebagai skenario terburuk, Bella akhirnya sampai di depan ruangan raja. Ia mendekati seorang penjaga pintu untuk meminta izin kepadanya terlebih dahulu sebelum benar-benar diizinkan bertemu dengan sosok paling penting di kerajaan ini."Yang Mulia, Putri Anda Bella Von Deux meminta izin untuk bertemu dengan anda." Ucap penjaga tersebut dari luar pintu ruangan dengan volume suara yang begitu keras.Raja yang mendengar apa yang dikatakan oleh penjaganya memberikan izinnya untuk permintaan tersebut. Pintu dibuka oleh penjaga lain yang berada di dalam ruangan, secara perlahan Bella menampakan diri mem
"Orang itu benar-benar memiliki perilaku yang buruk." Raja Hernes menundukkan kepalanya sedangkan lengan kanannya sibuk memijat jidatnya yang berkedut dengan cepat. "Bagaimana mungkin seorang kaisar memilih kriminal sebagai istrinya?" Ucapnya lagi dengan nada rendah."Justru karena tuan putri memiliki catatan kriminal maka ia jadi lebih tertarik kepadanya. Kaisar itu memang sudah tidak memiliki kewarasan." Miguel membalas pertanyaan rajanya, meskipun tidak ada keharusan untuk menjawab pertanyaan itu."Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin putriku, Gloriana pergi ke sana." Mata sang raja nampak kosong dan putus asa saat mengatakan keinginan dirinya yang sebenarnya.Miguel hanya diam termenung sebab ia tidak bisa membalas apa yang kali ini diinginkan oleh rajanya. Semua konstruksi jalan keluar yang ia pikirkan putus di sebuah skenario di mana negari ini akan diserang oleh Kekaisaran Brigard. "Apa kita berperang saja dengan mereka.""Yang Mulia! Ketahuilah kalau ucapan dan pem
Sejak dahulu, ketika masih bernama Ashriana, dirinya memang tidak menyukai perjalanan jauh yang memakan banyak waktu. Saat di dunia asalnya dulu, ia akan mengeluh hanya karena perjalan 3 hari menggunakan bus yang berjalan di aspal mulus. Maka sekarang ini, dalam perjalanan 3 bulan menggunakan kereta kuda yang berjalan di atas jalanan yang tidak rata seperti akan membunuh mental dan fisik putri tersebut."Ah, sial. Pantatku sakit. Bantal duduk yang kau buat bahkan sudah tipis sekarang." Ucap Gloriana kemudian menghembuskan nafasnya panjang-panjang."Putri, meskipun hanya ada saya di sini tapi Anda tetap dilarang berbicara kasar dan vulgar seperti tadi." Balas seorang pelayan yang duduk menghadap ke Gloriana."Memangnya kenapa? Aku mengatakan hal seperti itu karena tahu kalau cuma ada kau yang mendengarnya, Berlin."Meskipun sudah mendapatkan pemecatan sebelumnya, namun pelayan bernama Berlin Linbert tetap dibawa oleh Gloriana untuk pergi bersamanya ke Kekaisaran Brigard. Pasalnya, hukum
Jika ada yang bertanya tentang musuh terbesar bagi umat manusia, sekiranya jawaban seperti apa yang akan diberikan untuk menjawab pertanyaan itu? Alam semesta atau kaum iblis? Terkadang itu memang benar tapi itu bukanlah jawaban yang sempurna. Sebab jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah manusia itu sendiri.Manusia menjadi musuh terberat bagi umat manusia. Lebih tepatnya, apa yang ada di dalam diri manusia. Iri, amarah, malas, sombong, tamak, rakus dan nafsu. Dalam sejarah panjang umat manusia, ke-tujuh sifat tersebut telah berhasil membinasakan manusia yang tak terhitung jumlahnya."Putri, kenapa Anda malah tidur lagi di dalam kamar mandi." Ucap Berlin, seorang pelayan yang sedang terburu-buru memasangkan gaun berwarna merah kepada gadis berwajah datar dengan mata yang tertutup."Habisnya, air panasnya sangat pas sekali. Aku jadi nyaman dan kalah dari rasa malas serta hawa nafsuku." Balas putri berambut pirang bernama Gloriana."Ah, tidak ada waktu. Putri, Anda dalam masa
Satu saja kesalahan lagi maka negeri yang paling ia sayangi bisa saja hancur tak berbekas. Meskipun begitu, setelah memperhatikan kondisi orang yang ada di depannya, Gloriana memiliki rencana untuk keluar dari masalah yang begitu genting ini. Memang benar ia telah merusak makan malam tapi keadaan akan berbalik jika ia bisa memberi sesuatu hal yang lebih menguntungkan bagi Kaisar. Kantung mata kaisar cukup besar dan berwarna hitam, sepertinya ia sudah tidak tidur beberapa hari. Saat ini dibandingkan dengan makan, menutup mata untuk tertidur adalah sesuatu yang lebih dibutuhkan oleh tubuhnya.Sebab itu Gloriana masuk ke dalam sebuah kamar bersama dengan pria tersebut. Sebab, dirinya ingin membuat kaisar tertidur dan melupakan kesalahan yang telah ia perbuat."Lepaskan pakaianmu." Kaisar Elder mengatakan hal yang membuat Gloriana terdiam beberapa saat, dirinya mulai menyadari jalur dari rentetan kejadian yang akan datang.Kenapa jadi begini, apa kita berdua akan melakukan hal itu? Pikirn
Baru saja matahari menunjukkan bentuk sempurnanya. Seorang pelayan turun dari kereta kuda yang digunakan untuk membawa dirinya dan barang-barang. Pelayan bernama Berlin, memasuki kastil tempat dimana tuan putrinya menghabiskan malam yang sepertinya akan sulit dilupakan.Berjalan tegap di sebuah lorong, wajahnya datar namun pikirannya tidak bisa setenang penampakan luar yang dirinya tunjukan. Sejak tadi malam, Berlin benar-benar memikirkan tentang keadaan Gloriana yang membuatnya tidak bisa tertidur dengan nyenyak."Apakah kamu pelayan dari Selir Gloriana?" Seorang pelayan wanita bertanya kepada Berlin yang isi pikirannya masih tertuju kepada gadis yang menjadi atasannya."Benar, aku datang untuk menjemput Tuan Putri Gloriana. Bisakah kamu tunjukan dimana dirinya sekarang?" Balas Berlin atas pertanyaan yang diajukan kepadanya."Selir Gloriana sedang berada di kamar sekarang namun kamu dilarang untuk masuk terlebih dahulu.""Kiranya kenapa demikian, apa Tuan Putri sedang melakukan sesuat
Tumpukan kertas yang tebalnya melebihi tinggi botol air mineral yang ada tepat disamping tumpukan tersebut. Kertas-kertas itu bertuliskan dengan banyaknya angka-angka dan beragam tabel serta diagram.Namun bukan itu yang membuat seorang wanita muda khawatir, melainkan sebuah jam dinding yang menunjukan waktu saat ini sudah hampir tengah malam."Ah, sial. Aku harus lembur lagi. Padahal kemarin malam hanya dapat tidur satu jam." Katanya dengan pelan sambil membenamkan wajahnya ke permukaan dari meja yang ada di hadapannya.Ashriana Pertiwi, wanita berusia 25 tahun yang sudah genap 2 tahun menjalani pekerjaannya sebagai akuntan di sebuah perusahaan. Kacamata besar dan rambut yang dipotong pendek adalah penampilan yang ia anggap paling nyaman untuk pekerjaannya. Kini keseharian wanita itu dipenuhi dengan angka dan kertas-kertas yang menumpuk di mejanya. Sebenarnya keseharian seperti itu bukanlah sesuatu yang buruk baginya sebab ia sampai rela-rela berkuliah hanya untuk mendapatkan pekerja
"Mungkin aku yang di sana sudah mati sehingga kehidupanku dimulai lagi di sini." Ucap Gloriana sambil memakan kue sus krim yang dibuat oleh koki terbaik kerajaan."Tapi apa yang telah aku perbuat sebelumnya sampai-sampai di kehidupan ini aku bisa merasakan surga seperti ini." Lanjutnya sebelum meminum teh hangat yang telah disajikan."Kerajaan besar nan damai, lalu aku adalah satu-satunya anak dari raja. Betapa beruntungnya aku. Apa ini adalah bayaran dari segala penderita dari kehidupan sebelumnya?"Meskipun tidak begitu pintar dalam ilmu geografis namun Gloriana yakin kalau tidak ada kerajaan bernama Deux di kehidupannya dahulu. Ini adalah dunia dengan realitas dan sejarah yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa penyihir dan juga sosok mengerikan seperti Raja Iblis. Untungnya saat ini sosok tersebut sudah tidak ada karena 20 tahun yang lalu ia berhasil dikalahkan oleh seseorang."Kalau Raja iblis itu masih ada aku pasti berpikir kalau kehadiranku disini untuk me