Bella berjalan menyusuri lorong istana untuk menuju ke ruangan raja. Meskipun niat dan langkahnya yakin namun wajah serta tubuhnya bergetar diselimuti oleh ketakutan yang begitu hebat. Bagaimana jika hukuman untuknya bukan hanya mendekam di dalam penjara menggantikan adiknya saja namun malah menjadi hukuman yang lebih parah dari pada itu.
Sambil memikirkan nasib kepalanya yang bisa saja hilang sebagai skenario terburuk, Bella akhirnya sampai di depan ruangan raja. Ia mendekati seorang penjaga pintu untuk meminta izin kepadanya terlebih dahulu sebelum benar-benar diizinkan bertemu dengan sosok paling penting di kerajaan ini."Yang Mulia, Putri Anda Bella Von Deux meminta izin untuk bertemu dengan anda." Ucap penjaga tersebut dari luar pintu ruangan dengan volume suara yang begitu keras.Raja yang mendengar apa yang dikatakan oleh penjaganya memberikan izinnya untuk permintaan tersebut. Pintu dibuka oleh penjaga lain yang berada di dalam ruangan, secara perlahan Bella menampakan diri memasuki ruangan sambil memperhatikan adat kebangsawanannya. Sebab dirinya tidak hanya diperhatikan oleh raja saja namun juga diperhatikan oleh orang-orang yang memiliki berbagai posisi politik di dalam ruangan."Hamba memberikan hormat kepada matahari kerajaan Deux."Bella menundukkan kepalanya kepada sosok yang sedang duduk di sebuah kursi megah berlapiskan emas dan batu mulia. Sebuah kursi yang letaknya 5 tangga lebih tinggi dari apapun di ruangan ini."Jarang sekali kau menemuiku. Katakan, ada permasalahan apa yang membuatmu sampai berani berdiri di hadapanku?" Ucap Raja Hernes dengan wajah tanpa ekspresi."Yang Mulia, maafkan jika hambamu ini bersikap lancang. Tapi jika memungkinkan bolehkah hamba meminta untuk berbicara berdua saja?"Raja Hernes memandangi anak perempuannya dengan mata yang heran. Biasanya anaknya selalu menghindari dirinya begitu juga dengan dirinya yang lebih memilih untuk tidak berkontak dengannya. Namun kali ini, permintaan untuk berbicara berdua datang langsung dari putrinya tersebut."Baiklah jika itu mau dirimu. Selain gadis ini, kalian semua silakan meninggalkan ruangan ini."Ucapan raja adalah titah yang mutlak harganya. Berbondong-bondong orang-orang penting istana segera meninggalkan ruangan tersebut. Terkecuali sosok pria tua yang sedikit membungkuk karena usia dengan rambut dan jenggot yang sudah memutih."Apa kau tidak dengar apa yang kukatakan barusan, Pak Tua?" Raja sedikit menaikan suaranya kepada orang tua tersebut namun orang tua tersebut bukannya takut malah tersenyum dengan lebar."Saya mendengar dengan jelas apa Yang Mulia katakan. Namun biarkan penasihatmu ini tetap berada di sini untuk memberikan sarannya nanti." Katanya dengan sangat tenang."Aku hanya akan berbicara dengan seorang putri kerajaan. Bukankah kau biasanya membiarkan aku melakukannya.""Jika itu Tuan Putri Gloriana maka saya akan pergi dari sini. Namun sekarang yang ada dihadapan Anda adalah Tuan Putri Bella."Pak tua bernama Miguel Ariante adalah sosok penasihat raja yang bahkan sudah bekerja saat pemerintahan raja sebelumnya. Sebenarnya ia adalah sosok yang sangat dekat dengan Gloriana sebab itu ia tidak bisa membiarkan raja berbicara empat mata dengan putri kerajaan selain Gloriana."Baiklah, kau boleh tetap di sini.""Saya berterima kasih atas kemurahan hati Anda, Yang Mulia." Kata Miguel atas izin yang telah ia terima dari raja."Lalu, apa yang ingin kau bicarakan?""Yang Mulia, ada sebuah pengakuan yang harus hamba katakan."Bella meneguk air ludahnya sendiri. Dirinya begitu takut namun tekad, rasa bersalah dan kasih sayangnya kepada adiknya tidak membuat rasa takut itu mengalahkannya. Pada akhirnya mulutnya terbuka dan mengeluarkan sebuah pernyataan. "Hambalah yang memasukan racun ke makanan Putra Mahkota."Dahi Raja Hernes langsung mengerut yang membuat mahkota di kepalanya sedikit turun. Pipinya menegang sehingga garis wajahnya terlihat begitu tegas. Apa yang barusan ia dengar membuat rasa amarahnya bangkit dan naik ke kepala dengan drastis."Jika kau berkata seperti itu hanya untuk membuat adikmu keluar dari penjara maka ketahuilah kalau caramu itu adalah sebuah kesalahan besar." Tegas raja atas apa yang baru saja dikatakan oleh putrinya."Hamba tidak mengatakannya untuk melepaskan adik hamba tapi hamba mengatakannya karena ini adalah kebenaran dari Tuhan."Pada momen ini, Bella telah membawa sosok yang paling dihormati dalam Kerajaan Deux selain raja mereka. Itu berarti apa yang dikatakan olehnya adalah sebuah kejujuran mutlak yang tak tertandingi kebenarannya.Raja Hernes bangkit dari tempat duduknya dan segera berjalan untuk menghampiri Bella. Saat dirinya sudah ada di hadapan anaknya, ia langsung mengangkat lengan kanannya kemudian menampar putrinya sendiri dengan tangan terkuatnya. Hal itu membuat putrinya terlempar sejauh satu meter ke kanan."Setelah apa yang diriku berikan kepadamu, apa ini caramu membalas kebaikanku itu?!" Raja bertanya dengan suara serta tangan yang bergetar hebat karena merasa marah, kaget sekaligus tidak percaya.Rasa sakit di pipi memang terasa tapi Bella merasa jauh lebih sakit di hatinya. Air mata terjatuh dari gadis itu karena merasa bersalah atas apa yang ia lakukan kepada keluarganya."Bella! Kau mendapatkan rasa hormatku meskipun kau lahir dari seorang wanita dengan strata bangsawan rendahan." Raja Hernes mendekati dan berdiri di depan Bella yang masih tersungkur di lantai sambil memegangi pipinya. "Aku melakukannya karena aku menghargai darah Kerajaan Deux yang mengalir di dalam dirimu.""Maaf-kan, hamba, Yang Mulia." Katanya sambil terisak-isak."Maaf katamu? Setelah kau mencoreng mukaku dengan melakukan hal seperti itu kepada adikmu?"Raja Hernes mencekik leher Bella dan mengangkatnya ke udara. Hal itu membuat Bella meronta-ronta karena merasakan sesak nafas yang begitu menyakitkan. Meskipun melihat anaknya hampir kehabisan nafas akibat cekikannya namun Raja Hernes yang sudah di selimuti oleh amarah tidak ingin sama sekali mengakhiri penderita yang ia berikan tersebut.Sepertinya tekadnya sudah bulat bahwa ia ingin langsung menghukum mati anaknya dengan tangannya sendiri. Beruntung bagi Bella, sebuah angin kencang berhembus yang membuat dirinya terangkat tinggi kemudian jatuh dengan lembut di lantai. Raja Hernes langsung melihat ke arah Miguel karena mengetahui kalau angin yang mengganggunya berasal dari sihir yang ia keluarkan."Apa kau paham dengan apa yang kau lakukan?" Katanya dengan wajah yang seram."Saya memahami apa yang saya lakukan adalah keputusan yang terbaik untuk Kerajaan Deux.""Aku tidak akan mendapatkan citra buruk hanya dengan menghukum mati anakku sendiri."Miguel berjalan perlahan ke arah Bella dan memberikan tangan untuk membangunkannya. Naluri adalah sesuatu yang membuat manusia bertahan lama di dunia ini, sebab itu Bella yang sedang ketakutan merasa sedikit aman dan tenang setelah mengetahui ada orang yang memihaknya."Saya tidak hanya memikirkan citra Yang Mulia saja tapi saya juga memikirkan langkah Kekaisaran Brigard yang akan datang menyerang jika Yang Mulia membunuh putri Anda sendiri."Gloriana telah mendekam di penjara karena melakukan sebuah kejahatan. Kabar ini pasti sudah sampai di telinga para aparatur kekaisaran Brigard. Mereka pasti berpikir kalau mengirim seorang putri yang memiliki jejak kriminal sebagai istri kaisar adalah sebuah penghinaan atas negeri mereka.Hernes terdiam memahami apa yang baru saja akan ia lakukan. Dalam beberapa menit jika ia meneruskannya, mungkin kerajaannya bisa hancur dan menghilang."Oi, Bella. Gloriana yang meracuni adiknya sendiri. Kau mengertikan?" Setelah ucapan raja, Bella mengangguk dengan cepat karena merasa takut.Raja Hernes memahami jika ia menunjukkan kebenarannya kepada publik sekarang juga maka kejayaan putrinya hanya akan kembali sementara waktu saja. Sebab nantinya Gloriana yang harus pergi ke Brigard menggantikan kakaknya yang merupakan seorang tahanan. Jika itu terjadi, Raja Hernes akan kehilangan putri yang ia cintai selamanya."Kau boleh pergi."Seperti tidak ingin melepaskan kesempatan hidup, Bella segera berdiri dengan payah. "Terima kasih." Ucap Bella kepada Miguel sebelum pergi meninggalkan ruangan raja.Saat putri tersebut melangkah keluar dengan tertatih-tatih, Miguel tersenyum di belakangnya. Pak tua itu masih mengingat permintaan Gloriana kepadanya sewaktu kecil untuk melindungi kakaknya.Esoknya, selain tiga orang yang terlibat tidak ada yang mengetahui dengan jelas tentang kejadian di ruangan raja. Mereka hanya bertanya-tanya mengapa Bella keluar dari ruangan tersebut dengan tertatih dan bermata sembab.Lalu, satu minggu kemudian datang sebuah surat yang membuat Raja Hernes syok lemas tak berdaya. Tertulis di surat tersebut kalau kaisar Brigard menginginkan Gloriana Elisa Von Deux sebagai pengantinnya."Orang itu benar-benar memiliki perilaku yang buruk." Raja Hernes menundukkan kepalanya sedangkan lengan kanannya sibuk memijat jidatnya yang berkedut dengan cepat. "Bagaimana mungkin seorang kaisar memilih kriminal sebagai istrinya?" Ucapnya lagi dengan nada rendah."Justru karena tuan putri memiliki catatan kriminal maka ia jadi lebih tertarik kepadanya. Kaisar itu memang sudah tidak memiliki kewarasan." Miguel membalas pertanyaan rajanya, meskipun tidak ada keharusan untuk menjawab pertanyaan itu."Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin putriku, Gloriana pergi ke sana." Mata sang raja nampak kosong dan putus asa saat mengatakan keinginan dirinya yang sebenarnya.Miguel hanya diam termenung sebab ia tidak bisa membalas apa yang kali ini diinginkan oleh rajanya. Semua konstruksi jalan keluar yang ia pikirkan putus di sebuah skenario di mana negari ini akan diserang oleh Kekaisaran Brigard. "Apa kita berperang saja dengan mereka.""Yang Mulia! Ketahuilah kalau ucapan dan pem
Sejak dahulu, ketika masih bernama Ashriana, dirinya memang tidak menyukai perjalanan jauh yang memakan banyak waktu. Saat di dunia asalnya dulu, ia akan mengeluh hanya karena perjalan 3 hari menggunakan bus yang berjalan di aspal mulus. Maka sekarang ini, dalam perjalanan 3 bulan menggunakan kereta kuda yang berjalan di atas jalanan yang tidak rata seperti akan membunuh mental dan fisik putri tersebut."Ah, sial. Pantatku sakit. Bantal duduk yang kau buat bahkan sudah tipis sekarang." Ucap Gloriana kemudian menghembuskan nafasnya panjang-panjang."Putri, meskipun hanya ada saya di sini tapi Anda tetap dilarang berbicara kasar dan vulgar seperti tadi." Balas seorang pelayan yang duduk menghadap ke Gloriana."Memangnya kenapa? Aku mengatakan hal seperti itu karena tahu kalau cuma ada kau yang mendengarnya, Berlin."Meskipun sudah mendapatkan pemecatan sebelumnya, namun pelayan bernama Berlin Linbert tetap dibawa oleh Gloriana untuk pergi bersamanya ke Kekaisaran Brigard. Pasalnya, hukum
Jika ada yang bertanya tentang musuh terbesar bagi umat manusia, sekiranya jawaban seperti apa yang akan diberikan untuk menjawab pertanyaan itu? Alam semesta atau kaum iblis? Terkadang itu memang benar tapi itu bukanlah jawaban yang sempurna. Sebab jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah manusia itu sendiri.Manusia menjadi musuh terberat bagi umat manusia. Lebih tepatnya, apa yang ada di dalam diri manusia. Iri, amarah, malas, sombong, tamak, rakus dan nafsu. Dalam sejarah panjang umat manusia, ke-tujuh sifat tersebut telah berhasil membinasakan manusia yang tak terhitung jumlahnya."Putri, kenapa Anda malah tidur lagi di dalam kamar mandi." Ucap Berlin, seorang pelayan yang sedang terburu-buru memasangkan gaun berwarna merah kepada gadis berwajah datar dengan mata yang tertutup."Habisnya, air panasnya sangat pas sekali. Aku jadi nyaman dan kalah dari rasa malas serta hawa nafsuku." Balas putri berambut pirang bernama Gloriana."Ah, tidak ada waktu. Putri, Anda dalam masa
Satu saja kesalahan lagi maka negeri yang paling ia sayangi bisa saja hancur tak berbekas. Meskipun begitu, setelah memperhatikan kondisi orang yang ada di depannya, Gloriana memiliki rencana untuk keluar dari masalah yang begitu genting ini. Memang benar ia telah merusak makan malam tapi keadaan akan berbalik jika ia bisa memberi sesuatu hal yang lebih menguntungkan bagi Kaisar. Kantung mata kaisar cukup besar dan berwarna hitam, sepertinya ia sudah tidak tidur beberapa hari. Saat ini dibandingkan dengan makan, menutup mata untuk tertidur adalah sesuatu yang lebih dibutuhkan oleh tubuhnya.Sebab itu Gloriana masuk ke dalam sebuah kamar bersama dengan pria tersebut. Sebab, dirinya ingin membuat kaisar tertidur dan melupakan kesalahan yang telah ia perbuat."Lepaskan pakaianmu." Kaisar Elder mengatakan hal yang membuat Gloriana terdiam beberapa saat, dirinya mulai menyadari jalur dari rentetan kejadian yang akan datang.Kenapa jadi begini, apa kita berdua akan melakukan hal itu? Pikirn
Baru saja matahari menunjukkan bentuk sempurnanya. Seorang pelayan turun dari kereta kuda yang digunakan untuk membawa dirinya dan barang-barang. Pelayan bernama Berlin, memasuki kastil tempat dimana tuan putrinya menghabiskan malam yang sepertinya akan sulit dilupakan.Berjalan tegap di sebuah lorong, wajahnya datar namun pikirannya tidak bisa setenang penampakan luar yang dirinya tunjukan. Sejak tadi malam, Berlin benar-benar memikirkan tentang keadaan Gloriana yang membuatnya tidak bisa tertidur dengan nyenyak."Apakah kamu pelayan dari Selir Gloriana?" Seorang pelayan wanita bertanya kepada Berlin yang isi pikirannya masih tertuju kepada gadis yang menjadi atasannya."Benar, aku datang untuk menjemput Tuan Putri Gloriana. Bisakah kamu tunjukan dimana dirinya sekarang?" Balas Berlin atas pertanyaan yang diajukan kepadanya."Selir Gloriana sedang berada di kamar sekarang namun kamu dilarang untuk masuk terlebih dahulu.""Kiranya kenapa demikian, apa Tuan Putri sedang melakukan sesuat
Tumpukan kertas yang tebalnya melebihi tinggi botol air mineral yang ada tepat disamping tumpukan tersebut. Kertas-kertas itu bertuliskan dengan banyaknya angka-angka dan beragam tabel serta diagram.Namun bukan itu yang membuat seorang wanita muda khawatir, melainkan sebuah jam dinding yang menunjukan waktu saat ini sudah hampir tengah malam."Ah, sial. Aku harus lembur lagi. Padahal kemarin malam hanya dapat tidur satu jam." Katanya dengan pelan sambil membenamkan wajahnya ke permukaan dari meja yang ada di hadapannya.Ashriana Pertiwi, wanita berusia 25 tahun yang sudah genap 2 tahun menjalani pekerjaannya sebagai akuntan di sebuah perusahaan. Kacamata besar dan rambut yang dipotong pendek adalah penampilan yang ia anggap paling nyaman untuk pekerjaannya. Kini keseharian wanita itu dipenuhi dengan angka dan kertas-kertas yang menumpuk di mejanya. Sebenarnya keseharian seperti itu bukanlah sesuatu yang buruk baginya sebab ia sampai rela-rela berkuliah hanya untuk mendapatkan pekerja
"Mungkin aku yang di sana sudah mati sehingga kehidupanku dimulai lagi di sini." Ucap Gloriana sambil memakan kue sus krim yang dibuat oleh koki terbaik kerajaan."Tapi apa yang telah aku perbuat sebelumnya sampai-sampai di kehidupan ini aku bisa merasakan surga seperti ini." Lanjutnya sebelum meminum teh hangat yang telah disajikan."Kerajaan besar nan damai, lalu aku adalah satu-satunya anak dari raja. Betapa beruntungnya aku. Apa ini adalah bayaran dari segala penderita dari kehidupan sebelumnya?"Meskipun tidak begitu pintar dalam ilmu geografis namun Gloriana yakin kalau tidak ada kerajaan bernama Deux di kehidupannya dahulu. Ini adalah dunia dengan realitas dan sejarah yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa penyihir dan juga sosok mengerikan seperti Raja Iblis. Untungnya saat ini sosok tersebut sudah tidak ada karena 20 tahun yang lalu ia berhasil dikalahkan oleh seseorang."Kalau Raja iblis itu masih ada aku pasti berpikir kalau kehadiranku disini untuk me
"Apa Ayahanda tidak bisa menolaknya saja?" Gloriana bertanya kepada ayahnya di ruangan kerja sang raja."Akan banyak rugi dibandingkan untung jika aku menolaknya. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan untungnya tapi jika aku tolak maka akan terjadi perang antar kedua kerajaan. Sebagai seorang Raja, itulah yang aku hindari. Lagipula kekaisaran itu adalah kekaisaran yang berhasil mengalahkan pasukan Raja Iblis rasanya akan sulit untuk menang perang dari mereka.""Tapi tetap saja aku tidak mau Kak Bella pergi ke kerajaan bar-bar seperti itu.""Pernikahannya akan menjadi balas budi karena selama ini ia telah diberikan hidup yang layak. Untungnya dalam surat tidak ada nama putri mana yang kaisar itu lamar. Sebenarnya aku takut jika namamu yang tertera dalam surat itu, anakku."Perkataan dari raja sama sekali tidak membuat Gloriana senang ataupun tenang. Ia tidak bisa membiarkan kakaknya pergi ke kandang para serigala yang lapar namun rasanya sulit untuk menghentikannya karena jika tida