Share

Bab 6

Bella berjalan menyusuri lorong istana untuk menuju ke ruangan raja. Meskipun niat dan langkahnya yakin namun wajah serta tubuhnya bergetar diselimuti oleh ketakutan yang begitu hebat. Bagaimana jika hukuman untuknya bukan hanya mendekam di dalam penjara menggantikan adiknya saja namun malah menjadi hukuman yang lebih parah dari pada itu.

Sambil memikirkan nasib kepalanya yang bisa saja hilang sebagai skenario terburuk, Bella akhirnya sampai di depan ruangan raja. Ia mendekati seorang penjaga pintu untuk meminta izin kepadanya terlebih dahulu sebelum benar-benar diizinkan bertemu dengan sosok paling penting di kerajaan ini.

"Yang Mulia, Putri Anda Bella Von Deux meminta izin untuk bertemu dengan anda." Ucap penjaga tersebut dari luar pintu ruangan dengan volume suara yang begitu keras.

Raja yang mendengar apa yang dikatakan oleh penjaganya memberikan izinnya untuk permintaan tersebut. Pintu dibuka oleh penjaga lain yang berada di dalam ruangan, secara perlahan Bella menampakan diri memasuki ruangan sambil memperhatikan adat kebangsawanannya. Sebab dirinya tidak hanya diperhatikan oleh raja saja namun juga diperhatikan oleh orang-orang yang memiliki berbagai posisi politik di dalam ruangan.

"Hamba memberikan hormat kepada matahari kerajaan Deux."

Bella menundukkan kepalanya kepada sosok yang sedang duduk di sebuah kursi megah berlapiskan emas dan batu mulia. Sebuah kursi yang letaknya 5 tangga lebih tinggi dari apapun di ruangan ini.

"Jarang sekali kau menemuiku. Katakan, ada permasalahan apa yang membuatmu sampai berani berdiri di hadapanku?" Ucap Raja Hernes dengan wajah tanpa ekspresi.

"Yang Mulia, maafkan jika hambamu ini bersikap lancang. Tapi jika memungkinkan bolehkah hamba meminta untuk berbicara berdua saja?"

Raja Hernes memandangi anak perempuannya dengan mata yang heran. Biasanya anaknya selalu menghindari dirinya begitu juga dengan dirinya yang lebih memilih untuk tidak berkontak dengannya. Namun kali ini, permintaan untuk berbicara berdua datang langsung dari putrinya tersebut.

"Baiklah jika itu mau dirimu. Selain gadis ini, kalian semua silakan meninggalkan ruangan ini."

Ucapan raja adalah titah yang mutlak harganya. Berbondong-bondong orang-orang penting istana segera meninggalkan ruangan tersebut. Terkecuali sosok pria tua yang sedikit membungkuk karena usia dengan rambut dan jenggot yang sudah memutih.

"Apa kau tidak dengar apa yang kukatakan barusan, Pak Tua?" Raja sedikit menaikan suaranya kepada orang tua tersebut namun orang tua tersebut bukannya takut malah tersenyum dengan lebar.

"Saya mendengar dengan jelas apa Yang Mulia katakan. Namun biarkan penasihatmu ini tetap berada di sini untuk memberikan sarannya nanti." Katanya dengan sangat tenang.

"Aku hanya akan berbicara dengan seorang putri kerajaan. Bukankah kau biasanya membiarkan aku melakukannya."

"Jika itu Tuan Putri Gloriana maka saya akan pergi dari sini. Namun sekarang yang ada dihadapan Anda adalah Tuan Putri Bella."

Pak tua bernama Miguel Ariante adalah sosok penasihat raja yang bahkan sudah bekerja saat pemerintahan raja sebelumnya. Sebenarnya ia adalah sosok yang sangat dekat dengan Gloriana sebab itu ia tidak bisa membiarkan raja berbicara empat mata dengan putri kerajaan selain Gloriana.

"Baiklah, kau boleh tetap di sini."

"Saya berterima kasih atas kemurahan hati Anda, Yang Mulia." Kata Miguel atas izin yang telah ia terima dari raja.

"Lalu, apa yang ingin kau bicarakan?"

"Yang Mulia, ada sebuah pengakuan yang harus hamba katakan."

Bella meneguk air ludahnya sendiri. Dirinya begitu takut namun tekad, rasa bersalah dan kasih sayangnya kepada adiknya tidak membuat rasa takut itu mengalahkannya. Pada akhirnya mulutnya terbuka dan mengeluarkan sebuah pernyataan. "Hambalah yang memasukan racun ke makanan Putra Mahkota."

Dahi Raja Hernes langsung mengerut yang membuat mahkota di kepalanya sedikit turun. Pipinya menegang sehingga garis wajahnya terlihat begitu tegas. Apa yang barusan ia dengar membuat rasa amarahnya bangkit dan naik ke kepala dengan drastis.

"Jika kau berkata seperti itu hanya untuk membuat adikmu keluar dari penjara maka ketahuilah kalau caramu itu adalah sebuah kesalahan besar." Tegas raja atas apa yang baru saja dikatakan oleh putrinya.

"Hamba tidak mengatakannya untuk melepaskan adik hamba tapi hamba mengatakannya karena ini adalah kebenaran dari Tuhan."

Pada momen ini, Bella telah membawa sosok yang paling dihormati dalam Kerajaan Deux selain raja mereka. Itu berarti apa yang dikatakan olehnya adalah sebuah kejujuran mutlak yang tak tertandingi kebenarannya.

Raja Hernes bangkit dari tempat duduknya dan segera berjalan untuk menghampiri Bella. Saat dirinya sudah ada di hadapan anaknya, ia langsung mengangkat lengan kanannya kemudian menampar putrinya sendiri dengan tangan terkuatnya. Hal itu membuat putrinya terlempar sejauh satu meter ke kanan.

"Setelah apa yang diriku berikan kepadamu, apa ini caramu membalas kebaikanku itu?!" Raja bertanya dengan suara serta tangan yang bergetar hebat karena merasa marah, kaget sekaligus tidak percaya.

Rasa sakit di pipi memang terasa tapi Bella merasa jauh lebih sakit di hatinya. Air mata terjatuh dari gadis itu karena merasa bersalah atas apa yang ia lakukan kepada keluarganya.

"Bella! Kau mendapatkan rasa hormatku meskipun kau lahir dari seorang wanita dengan strata bangsawan rendahan." Raja Hernes mendekati dan berdiri di depan Bella yang masih tersungkur di lantai sambil memegangi pipinya. "Aku melakukannya karena aku menghargai darah Kerajaan Deux yang mengalir di dalam dirimu."

"Maaf-kan, hamba, Yang Mulia." Katanya sambil terisak-isak.

"Maaf katamu? Setelah kau mencoreng mukaku dengan melakukan hal seperti itu kepada adikmu?"

Raja Hernes mencekik leher Bella dan mengangkatnya ke udara. Hal itu membuat Bella meronta-ronta karena merasakan sesak nafas yang begitu menyakitkan. Meskipun melihat anaknya hampir kehabisan nafas akibat cekikannya namun Raja Hernes yang sudah di selimuti oleh amarah tidak ingin sama sekali mengakhiri penderita yang ia berikan tersebut.

Sepertinya tekadnya sudah bulat bahwa ia ingin langsung menghukum mati anaknya dengan tangannya sendiri. Beruntung bagi Bella, sebuah angin kencang berhembus yang membuat dirinya terangkat tinggi kemudian jatuh dengan lembut di lantai. Raja Hernes langsung melihat ke arah Miguel karena mengetahui kalau angin yang mengganggunya berasal dari sihir yang ia keluarkan.

"Apa kau paham dengan apa yang kau lakukan?" Katanya dengan wajah yang seram.

"Saya memahami apa yang saya lakukan adalah keputusan yang terbaik untuk Kerajaan Deux."

"Aku tidak akan mendapatkan citra buruk hanya dengan menghukum mati anakku sendiri."

Miguel berjalan perlahan ke arah Bella dan memberikan tangan untuk membangunkannya. Naluri adalah sesuatu yang membuat manusia bertahan lama di dunia ini, sebab itu Bella yang sedang ketakutan merasa sedikit aman dan tenang setelah mengetahui ada orang yang memihaknya.

"Saya tidak hanya memikirkan citra Yang Mulia saja tapi saya juga memikirkan langkah Kekaisaran Brigard yang akan datang menyerang jika Yang Mulia membunuh putri Anda sendiri."

Gloriana telah mendekam di penjara karena melakukan sebuah kejahatan. Kabar ini pasti sudah sampai di telinga para aparatur kekaisaran Brigard. Mereka pasti berpikir kalau mengirim seorang putri yang memiliki jejak kriminal sebagai istri kaisar adalah sebuah penghinaan atas negeri mereka.

Hernes terdiam memahami apa yang baru saja akan ia lakukan. Dalam beberapa menit jika ia meneruskannya, mungkin kerajaannya bisa hancur dan menghilang.

"Oi, Bella. Gloriana yang meracuni adiknya sendiri. Kau mengertikan?" Setelah ucapan raja, Bella mengangguk dengan cepat karena merasa takut.

Raja Hernes memahami jika ia menunjukkan kebenarannya kepada publik sekarang juga maka kejayaan putrinya hanya akan kembali sementara waktu saja. Sebab nantinya Gloriana yang harus pergi ke Brigard menggantikan kakaknya yang merupakan seorang tahanan. Jika itu terjadi, Raja Hernes akan kehilangan putri yang ia cintai selamanya.

"Kau boleh pergi."

Seperti tidak ingin melepaskan kesempatan hidup, Bella segera berdiri dengan payah. "Terima kasih." Ucap Bella kepada Miguel sebelum pergi meninggalkan ruangan raja.

Saat putri tersebut melangkah keluar dengan tertatih-tatih, Miguel tersenyum di belakangnya. Pak tua itu masih mengingat permintaan Gloriana kepadanya sewaktu kecil untuk melindungi kakaknya.

Esoknya, selain tiga orang yang terlibat tidak ada yang mengetahui dengan jelas tentang kejadian di ruangan raja. Mereka hanya bertanya-tanya mengapa Bella keluar dari ruangan tersebut dengan tertatih dan bermata sembab.

Lalu, satu minggu kemudian datang sebuah surat yang membuat Raja Hernes syok lemas tak berdaya. Tertulis di surat tersebut kalau kaisar Brigard menginginkan Gloriana Elisa Von Deux sebagai pengantinnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status