Share

Istri Settingan 10 Miliar
Istri Settingan 10 Miliar
Penulis: Senchaaa

Prolog

 "Bayar aku sepuluh miliar maka aku akan menerima tawaranmu," putus Aya mantap.

Dia menatap serius lawan bicaranya, tak peduli jika nominal yang dia patok terlampau tinggi. Aya bukan gadis sembarangan, harga dirinya bahkan jauh lebih mahal dari itu sebenarnya. 10 miliar itu terbilang cukup worth it dalam negosiasi ini. Mengingat misi yang diembankan padanya benar-benar harus mempertaruhkan kehidupan pribadinya.

Pria itu mendecih mendengar permintaan fantastis gadis di hadapannya. Ia mengambil cangkir berisi espresso kesukaannya lalu menyesap minuman itu sedikit demi sedikit. Entah mengapa Aya sebal melihat pria itu bersikap demikian. Pria itu belum memberi tanggapan apa pun tapi Aya merasa dirinya sudah dihina habis-habisan.

"Kamu mahal juga ternyata,” tandas pria bernama Alister itu usai menyimpan kembali cangkir minumannya.

"Kurasa nominal itu sama sekali tidak ada artinya bagi keluarga Byantara."

“Memang, keluarga kami terkenal sangat loyal dalam berbisnis. Jika ada hal yang bisa mendatangkan keuntungan, seberapa besar pun pengeluarannya tentu akan kami keluarkan. Akan tetapi, dalam kasus ini aku tidak yakin apakah kinerjamu layak dihargai 10 miliar.”

Aya mendengkus, benar kan, pria itu sedang merendahkan dan meremehkannya saat ini? Emosi Aya mulai terpancing. Apa maksudnya coba apakah Aya layak atau tidak dihargai 10 miliar? Kesannya terdengar seperti Aya sedang menjual diri. Ya walaupun sebenarnya pria itu tidak sepenuhnya salah, sih. Mereka memang sedang melakukan negosiasi layaknya yang terjadi dalam proses jual beli. Tapi tetap saja, harusnya Alister bisa menyaring bahasanya agar layak didengar telinga manusia.

"Jika kamu tidak percaya padaku lalu kenapa kamu menawariku hal ini?"

"Vincent yang merekomendasikan, aku percaya pada apa pun yang dia katakan sejauh ini karena hasilnya tidak pernah melenceng. Namun, khusus untuk masalah ini, begitu bertemu denganmu, kurasa Vincent agak keliru akan pendapatnya."

"Sabar Ayaaa, sabar, orang kaya memang begini. Tahan emosi dulu, oke."

Kalau saja mereka sedang tidak berada di tempat umum mungkin Aya sudah memaki pria bermulut lancang itu. Sayang saja keduanya saat ini sedang ada di coffe shop yang ramai orang.

"Aku juga sangat mengenal Vincent, dia merekomendasikanku padamu bukan tanpa alasan. Seperti informasi yang kamu dapat, aku cantik, masih muda, dokter sukses, dan berasal dari keluarga baik-baik yang juga bersih dari segala kasus atau skandal kejahatan. Untuk kualifikasi setinggi itu, sangat wajar kalau aku memasang tarif mahal. Coba kamu pikir, perempuan terhormat mana yang mau diajak menikah settingan dan parahnya dia dijadikan istri kedua? Aku yakin tidak akan ada yang mau, kecuali aku!"

Entah ini keputusan tepat atau tidak, Aya jelas-jelas sedang melakukan kekeliruan namun dia terlihat bangga pada tindakannya, sampai bisa promosi sepercaya diri itu. Melakukan negosiasi seperti ini memang perlu perhitungan matang dan keberanian besar. Yang sedang gadis itu hadapi bukanlah orang sembarangan.

Dia adalah Alister Byantara, pengusaha muda yang berasal dari keluarga konglomerat negara ini. Pada tahun lalu, secara resmi ayahanda Alister yaitu Reanaldy Byantara dinobatkan sebagai orang terkaya kedua di Asia. Jujur saja, sampai detik ini Aya masih sedikit tidak percaya bahwa dia bisa mengobrol empat mata dengan sosok Alister Byantara. Ini seperti mimpi di siang bolong yang mungkin sudah menjadi mimpi ribuan orang di luar sana selama ini.

Mendengar rasa percaya diri Aya yang diungkapkan dengan penuh emosi menggebu, untuk kali pertama Alister mengangkat satu sudut bibirnya. Seperti tergelitik oleh pernyataan Aya yang benar-benar di luar dugaan.

"Tidak sulit bagiku mencari perempuan yang mau kunikahi meskipun harus menjadi istri kedua. Aku hanya berusaha percaya pada penasihat hukum sekaligus konsultanku. Makanya aku menemuimu. Dan tentang perempuan terhormat yang tadi kamu katakan, kamu mengklaim dirimu terhormat, lalu kenapa kamu mau dan tertarik pada tawaranku ini? Bukankah dengan menyetujui ini artinya kamu sedang menjual dirimu padaku?”

Aya terdiam, dia menggigit bibir bawahnya mencoba mencari alasan agar ia tidak mati kutu di hadapan Alister.

"Bukankah kamu terpaksa menemuiku karena sedang terdesak keadaan?" lanjut Alister membuat kening Aya sepenuhnya berkerut.

"Aku tahu kamu baru saja melakukan tindak kejahatan. Kasusmu masih bergulir dan akan segera dibawa ke pengadilan dalam waktu dekat. Segala hal yang kamu miliki sekarang; status, profesi, dan bahkan kebebasan, tak lama lagi semua itu akan terenggut dari genggamanmu. Kamu pikir aku bodoh? Jadi tolong jangan terlalu membanggakan dirimu sendiri di depanku. Kamu terlihat sangat menyedihkan saat ini.”

Aya mengepalkan tangannya di bawah meja, bagaimana bisa Alister tahu tentang masalah yang sudah berusaha ia tutupi rapat-rapat? Orang tua Aya saja bahkan masih tidak tahu tentang kasus tersebut. Aya janji akan menyelesaikan masalah itu tanpa harus membuat kedua orang tuanya khawatir. Apalagi saat ini, papa Aya sedang mencalonkan diri menjadi pejabat publik. Bisa hancur semuanya jika masalah ini terendus media.

"Vincent yang memberitahumu?"

Aya mengatur pernapasannya, dia berusaha untuk tetap tampil tenang.

"Tentu saja bukan, aku punya mata dan telinga di mana-mana. Tidak sulit bagiku mencari informasi semacam itu."

Aya menyugar rambutnya, ia kalah telak.

"Baiklah, karena kamu sudah tahu latar belakang masalahku jadi mari kita jujur-jujuran saja di sini. Ya, semua yang kamu katakan barusan memang benar. Aku tertarik dengan tawaranmu karena tergiur dengan bayaran lima miliar yang kamu tawarkan di awal.”

Aya menjeda sejenak ucapannya, menimbang apakah keputusannya sudah tepat? Apakah tidak masalah jika dia menceritakan tentang masalah ini sejujur-jujurnya pada Alister? Gadis itu tidak punya pilihan. Mau tidak mau Aya harus menceritakan semuanya.

“Vincent bilang kamu royal, makanya kupasang tarif lebih tinggi dengan harapan kamu bisa menyetujuinya. Aku sedang perlu banyak uang, selain untuk memenuhi kebutuhanku yang sekarang jobless, aku juga masih harus membayar denda dan membiayai korban dari kasusku. Dia adalah kepala keluarga, memiliki tiga anak usia sekolah yang semuanya harus kubiayai. Semua upaya itu aku lakukan agar aku bisa menang di pengadilan dan tidak jadi ditahan."

Aya menceritakan semua masalahnya dengan sedikit emosional. Dia frustrasi menghadapi masalah ini. Sudah hampir dua bulan berlalu namun belum juga ada titik temu. Setiap malam dia terus dihantui rasa bersalah, penyesalan, juga rasa takut. Izin tugasnya sebagai dokter bedah sudah dicabut, kehilangan pekerjaan, dan uang tabungan ludes karena kasus ini. Aya putus asa! Dia tidak ingin masa depannya lebih hancur. Oleh karena itu dia memilih jalan pintas ini.

Berawal dari curhatan Vincent—teman Aya—dia menceritakan ada seorang pengusaha muda yang tengah mencari kandidat istri kedua yang akan menjalankan skenario khusus. Vincent tidak menjelaskan detail apa misi dan tujuan si laki-laki mencari istri kedua. Dia hanya mengatakan, jika Aya tertarik, dia bisa langsung menemui pria itu dan mendiskusikannya sendiri. Dan di sinilah Aya sekarang.

"Kamu egois ternyata, jika bersalah seharusnya terima saja semua risiko dan konsekuensi dari tindakan cerobohmu."

Aya mendesis, apa hak Alister mengatakan hal yang demikian? Memang benar, di sini Aya bersalah. Dia tidak menjalankan tugasnya dengan baik sampai bisa melakukan kecerobohan yang fatal dan bisa membahayakan nyawa pasien. Aya akui itu dan dia juga sudah menyesal karenanya.

Aya berani mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Tapi apakah salah jika Aya membela diri demi masa depannya? Dia ingin berjuang untuk meringankan hukuman tanpa bermaksud melarikan diri dari segala sanksi.

"Sepertinya kamu tidak punya hak untuk mengomentari masalah pribadiku sampai sejauh itu. Tujuan kita bertemu di sini adalah untuk membuat kesepakatan tentang pernikahan settingan yang kamu tawarkan. Aku tidak peduli tentang apa alasanmu melakukan ini semua, yang pasti aku akan menerima berapa pun  yang kamu tawarkan selagi nominalnya masih worth it untukku."

"Sepertinya aku harus meralat sedikit ucapanmu. Pertama, aku tidak pernah menawarkan pernikahan settingan. Kedua, walaupun kamu tidak ingin tahu alasanku melakukan ini semua tapi aku akan tetap menjelaskannya. Kenapa? Karena kamu harus mengerti akar masalah ini. Dan tentang bayaran, aku akan memberikan lima kali lipat dari nominal yang kutawarkan jika kamu berhasil dalam misi ini."

Mata Aya sontak membelalak penuh, ia terkejut tepat di kalimat akhir yang pria itu ucapkan.

"Bagaimana, kamu setuju?"

"Deal! Aku mau jadi istri keduamu!" jawab Aya cepat dengan semangat 45.

Tidak peduli apa yang terjadi nanti yang ada di pikiran gadis itu saat ini adalah uang, uang, dan uang! Dia harus menyukseskan misi Alister Byantara agar bisa menikmati bonus fantastis itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status